"Cuman lelaki bodoh yang menyia-nyiakan perempuan yang berjuang untuk dia."
-Secret Person-
*****
Gaduh.Satu kata yang menggambarkan keadaan kelas 12 IPA 1. Semua murid tampak sangat bingung dengan tugas yang disampaikan Pak Jaguar–tidak sampai semenit yang lalu– hanya 1% populasi di antara mereka yang begitu tenang, salah satu di antara mereka adalah Biru.
"Anjing!"
"Berengsek!"
"Astagfirullah..."
Semua ucapan kotor ataupun tidak keluar dari masing-masing bibir murid, sepertinya mereka benar-benar putus asa dan ingin rasanya mengadakan petisi agar gaji Pak Jaguar dikurangi pihak sekolah, toh kalaupun gajinya dikurangi tidak memudarkan kekayaan Pak Jaguar—pria tersebut sudah sangat kaya raya dan mustahil untuk jatuh miskin— tapi tetap saja guru menyusahkan setiap orang."Perasaan minggu lalu pak Jaguar kasih materi gak serumit ini," ketus Denisa yang kemudian berteriak lelah.
"Yang paham ajari dong! Jangan diam aja!"
"Iya nih, jangan mentang-mentang bisa jadi songong!"
Spontan semua tatapan mengarah kepada Biru, lelaki itu tampak cuek dam diam. Tidak peduli dengan tatapan semua temannya yang sangat frustrasi.
"Bi! Gue tahu banget lo pintar, lo hebat, lo cakep, lo kaya, lo–lo–lo– semuanya!" Denisa berjalan mendekat ke arah Biru, tidak peduli untuk ke sekian kalinya dia akan malu berhadapan dengan Biru—lelaki berhati batu—
"Please, buat kali ini lo ajari kita semua. Gue gak minta ajari diri gue, tapi satu kelas Bi, please! please! please!!" Denisa menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada, tatapan berharap dia lemparkan kepada Biru.
Namun percuma, lelaki itu tampak tenang dengan buku di depannya. Kedua bola matanya sama sekali tidak mengarah kepada Denisa ataupun salah satu temannya. Hal ini sangat membuat Denisa kesal, mungkin benar ini bukan pertama kalinya Denisa berbicara kepada Biru dan berujung dicueki, Awalnya Denisa merasa bahwa Biru belum terbiasa, namun lama kelamaan Denisa sangat paham dengan tabiat Biru yang kurang ajar dan tidak tahu diri.
"BIRU! LO DENGAR GAK SIH!" Denisa berteriak dengan sangat nyaring, mungkin jika kelas sebelah sedang jam kosong, mereka akan berlari dan menyaksikan adegan siaran langsung yang sudah lama tidak ditayangkan.
Biru menghembuskan napasnya, "Apa sih?" tanya Biru, sinis, tubuhnya beranjak dari duduk kemudian berjalan sedikit mendekat ke arah Denisa.
"Harus gue ulangi ucapan gue? Sedangkan lo sudah dengar semua dari awal?" tanya Denisa dibatas kesabarannya. Beberapa teman-temannya mencoba menarik Denisa agar keluar dari kerumunan, namun Denisa tetap kuekeh dengan pendiriannya untuk tetap meladeni Biru sampai lelaki itu sadar bahwa modal kepintaran mata pelajaran saja tidak cukup.
Biru menatap Denisa dengan tatapan datarnya, merasa terganggu dengan ucapan dan teriakan Denisa. Hidupnya memang flat, tapi kalau dibumbui dengan kerusuhan seperti ini, bisa-bisa Biru gila.
"Kalau minggu lalu lo simak. Lo gak akan bego sekarang," ketus Biru, tubuh jangkung itu berbalik menuju bangkunya. Belum sempat dia duduk, tubuh itu kembali berbalik dan mengucapkan beberapa kata yang terpotong.
"Gue ki-"
PLAK!
"Lo kalau gak mau bantu, gak usah kasar ngomongnya!"
Orang yang menampar Biru adalah Hujan, gadis itu menatap kedua mata Biru dengan nyalang, tatapannya sangat benci dan muak. Mungkin Hujan sudah mengumpulkan semua amarahnya selama ini kepada Biru, namun karena rasa suka, semua kalah termasuk rasa benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI
Teen Fictionkisah klasik yang akan kalian nikmati dari awal hingga akhir✨ "Jika awalnya kamu hanya sandiwara, tapi kenapa kamu tidak ingin mengakhiri?" -🌈