Clek ...
Pelangi melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Bu Olva, speaker Sekolah yang terdengar beberapa menit lalu membuat Pelangi bangkit dari duduknya-kebetulan sedang ada kegiatan belajar mengajar di kelasnya, informasi yang berasal dari pengeras suara itu mengatakan bahwa anggota olimpiade mohon untuk diizinkan keluar kelas untuk mengisi formulir di ruangan Bu Olva.
"Permisi," ucap Pelangi dengan sopan.
Senyum hangat Bu Olva menyambut kedatangan Pelangi yang masih terdiam bingung di depan daun pintu yang masih belum tertutup.
"Sini," ajak Bu Olva masih dengan senyumannya.
Percayalah, siapa pun yang memperhatikan Pelangi saat ujian, akan terheran-heran terlebih lagi Pelangi merupakan peserta terakhir yang keluar dari ruang kelas, ini sangat tidak masuk akal! Pelangi benar-benar takut, panik dan gugup. Dia tidak bisa menerima bahwa dirinya lolos, karena dirinya sama sekali tidak menjawab soal dengan benar.
"Ibu, tuh sudah tahu kamu pasti yang lolos jadi anggota tim olimpiade SMA Pelita tahun ini," kata Bu Olva dengan nada bangganya.
Pelangi tersenyum tipis, ditutupnya pintu ruangan tersebut kemudian kedua kakinya kembali melangkah untuk mendekat ke meja Bu Olva dan duduk di antara Biru dan Ari. Ari tersenyum kearah Pelangi, seperti menyambut perkenalan Pelangi dengan Ari,, namun berbeda dengan Biru yang hanya diam, acuh tak acuh dengan kehadiran Pelangi.
Biru mengetahui Pelangi sudah cukup lama, nama Pelangi sangat tidak asing di setiap perlombaan antar kota maupun provinsi. Walaupun Pelangi beda tingkat dengan dia, namun banyak sekali teman sebayanya yang sangat takut jika berhadapan dengan Pelangi saat lomba.
"Isi formulirnya ya," titah Bu Olva.
Dengan gugup, Pelangi meraih kertas yang diberi Bu Olva kemudian membaca seluruh isinya dan mengisi formulir tersebut. Sekali lagi, Pelangi merasa tidak yakin bahwa dirinya bisa lolos menjadi anggota tim olimpiade.
"Seperti yang sudah saya sampaikan sebelum seleksi dilakukan, di olimpiade nanti, ada 200 soal yang harus kalian pecahkan selama satu jam setengah, ditambah dengan soal memecahkan rumus." Bu Olva menatap tiga muridnya yang tampak biasa saja- mungkin bagi mereka sudah biasa melahap soal-soal.
"Setelah mengerjakan 200 soal, kalian akan istirahat selama 15 menit kemudian dilanjut dengan memecahkan rumus," jeda Bu Olva, "Ingat! rumus yang dibutuhkan adalah kekompakan tim dan juga kecepatan. Jadi, siapa yang mengacungkan tangan duluan dialah yang dipersilahkan untuk menjawab rumus duluan," sambung Bu Olva.
"Dan disini lah kesempatan kalian memperebutkan beasiswa besar yang diadakan tiap tahun oleh SMA Admijaya." Bu Olva melirik Pelangi dengan senyum tipisnya.
"Apa kalian bisa bekerja sebagai tim?" tanya Bu Olva dengan nada rendahnya.
Ari melirik Biru yang hanya diam, berbanding balik dengan Pelangi yang sudah menganggukkan kepalanya.
"Kalau salah satu anggota tidak bisa diajak bekerja dalam tim, bagaimana Bu?" tanya Ari, telak menyindir Biru yang begitu gila dengan beasiswa besar ini. Padahal, ujung-ujungnya mereka bertiga akan sama-sama mendapatkan beasiswa.
Bu Olva tersenyum, "Saya harap bisa ya." jawab Bu Olva.
Ari menghembuskan napasnya kemudian menganggukkan kepalanya pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI
Ficção Adolescentekisah klasik yang akan kalian nikmati dari awal hingga akhir✨ "Jika awalnya kamu hanya sandiwara, tapi kenapa kamu tidak ingin mengakhiri?" -🌈