****
"Walaupun tes kemarin lo ngaco."Ah- kalimat tersebut terus berputar di dalam benak Pelangi, padahal kalimat tersebut telah dikeluarkan lebih dari setengah jam yang lalu. Namun, sampai sekarang masih menggerogoti pikiran Pelangi. Apakah Biru mengetahui sesuatu yang sebenarnya terjadi?
Pelangi menoleh kearah Biru yang tampak tenang membaca buku yang berada di meja hadapannya, bibir Pelangi sedari tadi sangat gatal ingin bertanya apa yang Biru ketahui dari kejadian olimpiade kemarin.
"Kak Biru." Panggil Pelangi, pelan. Membuat sang empunya nama menoleh kearah gadis cantik itu.
"A ... aku mau tanya," ucap Pelangi kemudian menyengir menunjukkan rentetan gigih putihnya.
Biru mengerutkan kedua alisnya yang tebal. "Hmm?"
"Kak Biru tahu soal kejadian olimpiade kemarin?"
"Kak Biru tahu skor olimpiade aku sebenarnya?"
"Kenapa kak Biru bilang kalau tes kemarin aku ngaco?"
"KAK BIRU SEBENARNYA ADA APASIH!?"
Pelangi menahan jeritannya dalam hati, dia sangat ragu bertanya kepada es batu berjalan disampingnya ini.
"Kenapa sih lo?" tanya Biru kesal, pasalnya sejak pertama kali Biru bertemu dengan Pelangi, dia sangat muak dengan gadis di sampingnya itu, bertingkah seperti anak kecil yang memaksa, tidak jelas dan polos. Biru benci orang yang terlihat polos, karena nyatanya mereka lebih hebat dari apa pun.
Pelangi menggelengkan kepalanya, "Kakak ikut nilai ujian tes seleksi kemarin?" tanya Pelangi pelan-pelan, kedua sudutnya berkedut kemudian tersenyum kaku.
Biru menghembuskan napasnya, "Gue gak tahu " jawab Biru penuh penekanan.
"Terus kenapa kak Biru bilang tes Pelangi ngaco?" tanya Pelangi lagi, dan sekarang dia lebih berani.
Biru melirik Pelangi dengan sinis, "Karena harapannya, gue gak mau lo yang jadi partner gue." Biru menarik earphone dari sakunya, kemudian menyumpalkannya ke lubang telinga Biru. Lelaki itu kembali fokus untuk belajar dan mengabaikan Pelangi yang cengo di tempat.
"Karena harapannya, gue gak mau lo yang jadi partner gue"
Pelangi tersenyum kecil, gadis itu meraih buku yang berada di hadapannya kemudian membuka dan meneliti tiap-tiap angka di dalam buku tersebut. Sesekali ekor matanya melirik aktivitas Biru yang tidak berubah, lelaki itu tampak begitu fokus untuk bernapas dan belajar. Mungkin Beasiswa ini sangat berarti baginya, jika saja Biru adalah saudara kandungnya, pasti di rumah, dia akan terus dibanding-bandingkan oleh Papa dan Mamanya.
Pintu terbuka, Ari datang dengan wajah semringahnya, wajah lelaki itu sangat menyebalkan namun tetap saja terlihat tampan, Pelangi mengakui itu, Ari memiliki daya tarik sendiri, ditambah lagi Ari bukanlah tipikal seperti Biru yang cuek dan bodo amat tentang sekitar.
"Sepi banget!" ketus Ari, "Kuburan nih?" tanya Ari menyindir Pelangi dan Biru yang sama sekali tidak bersuara.
"Kak Ari lama banget di kamar mandi?" tanya Pelangi, mencairkan suasanya menyebalkan yang diciptakan oleh Biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI
Teen Fictionkisah klasik yang akan kalian nikmati dari awal hingga akhir✨ "Jika awalnya kamu hanya sandiwara, tapi kenapa kamu tidak ingin mengakhiri?" -🌈