Pelangi memandang ketiga temannya yang sedang mengunyah, dua diantaranya duduk di seberang Pelangi, dan Lalisa duduk di samping Pelangi. Tidak ada niat Pelangi sedikit pun untuk menghabiskan makanan yang sudah dia pesan tadi bersama-sama.
"Gak mau dimakan?"
Pelangi menoleh ke samping kirinya kemudian melemparkan senyum tipisnya.
"Iya," jawab Pelangi.
"Kenapa gak mau dimakan?" tanya Viola heran.
"Diet?"
Pelangi menggelengkan kepalanya dengan spontan, "Ah gak pa-pa," jawab Pelangi kemudian menundukkan kepalanya.
"Kalau ada sesuatu lo boleh cerita ke kita Pelangi." Viola menatap kedua mata Pelangi kemudian tersenyum memastikan Pelangi.
Pelangi menggelengkan kepalanya, "Aku gak pa-pa sih," jawab Pelangi, jujur.
Bahkan dirinya tidak kenapa-napa. Apa yang harus Pelangi ceritakan kepada ketiga temannya?
"Jangan-jangan lo keberatan soal olimpiade ya?" tanya Lalisa mencoba menebak isi pikiran Pelangi yang sama sekali tidak terlintas di otaknya sekarang.
"Ha? Gimana?" tanya Pelangi.
"Lo pasti merasa terbebani karena lo terpilih jadi kandidat olimpiade di kelas kita, iya kan?"
Pelangi menghembuskan napasnya, untuk mengikuti hal tersebut bagi Pelangi hal yang menyenangkan. Namun, tempat dan waktunya membuat Pelangi harus berpikir hingga tujuh kali, apa iya dia harus mencobanya?
"Nah lu diam berarti iya!"
Pelangi menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku senang kok ikut seleksi. Cuman kayaknya, aku kaget aja karena aku murid baru di sekolah ini," jawab Pelangi mencoba menenangkan perasaan Lalisa.
Kelihatannya Lalisa merasa bersalah, padahal Lalisa sama sekali tidak membuat kesalahan kepada Pelangi. Lucunya, wajah gadis itu tampak takut dan khawatir jika Pelangi akan marah.
"Tuh kan, benar! Lo merasa terbebani banget," ucap Lalisa dengan nada dan raut wajah sedihnya.
Pelangi menggelengkan kepalanya sembari tersenyum hangat. "Aku senang kok, mungkin kalau memang rezeki aku pasti bisa lolos." Pelangi mengusap tangan Lalisa menenangkan gadis itu.
"Jadi kapan seleksinya?" tanya Yowi mencoba mencairkan suasana keruh diantara Lalisa dan Pelangi.
"Besok," jawab Pelangi.
"Lah? Cepat amat!"
Pelangi menganggukkan kepalanya. "Kalau ditunda terus sayang, waktu seleksinya pasti terbuang untuk belajarnya nanti. Waktu kan gak dikejar," ujar Pelangi.
"Lo pintar banget sih, Pelangi!" puji Viola.
Pelangi tersenyum malu, "Gak ada orang bodoh di dunia," kata Pelangi mencoba menyangkal pujian Viola yang menurut Pelangi terlalu lebay.
"Iya memang," jeda Viola sembari menganggukkan kepalanya. "Tapi, orang pintar di dunia itu gak semuanya," lanjut gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI
Novela Juvenilkisah klasik yang akan kalian nikmati dari awal hingga akhir✨ "Jika awalnya kamu hanya sandiwara, tapi kenapa kamu tidak ingin mengakhiri?" -🌈