Kutatap diriku didepan cermin kusam itu. Melihat kondisi diriku yang semakin memburuk. Ingatanku kembali ke kejadian dua bulan lalu. Aku kembali menangis. Saat mengingat kejadian itu, aku selalu merasa takut. Aku trauma. Aku.. Aku
Hiks
Pecah sudah tangisku. Lagi lagi aku memikirkan kejadian itu. Tubuhku merosot ke lantai yang hanya beralaskan terpal kusam dirumahku. Ibuku tidak tau ada apa denganku. Aku tak pernah cerita kepadanya. Aku tak ingin ada orang yang tau jika aku adalah pembunuh. Katakan saja aku pengecut. Karena tidak mau mengakui kesalahanku
"Nduk" panggil seseorang sambil mengelus bahuku
Kupeluk tubuh lemah yang ada didepanku" kamu itu sebenarnya kenapa ?, cerita sama ibu" lanjutnya
Aku menggeleng. Tak sanggup untuk menceritakan kejadian itu. Katakan aku egois.
Hiks hiks
Aku terus menangis. Ibuku membiarkan itu. Dia hanya mengelus punggungku pelan, yang malah membuatku tambah menangis
"Udah nduk, udah. Ini sudah dua bulan loh. Kamu itu kenapa ?. Lihat tubuh kamu, tubuh kamu itu udah semakin kurus karena jarang makan" kata ibuku sambil melepaskan pelukannya
Aku menggeleng. Selalu seperti ini. Jika ditanya oleh ibuku, aku pasti menggeleng
"Ya udah kalau kamu belum mau cerita. Kapan pun kamu mau cerita. Cerita aja aja sama ibu. Ibu pergi dulu" ucapnya kemudian pergi meninggalkanku yang masih menangis
Satu jam kemudian. Aku sudah tidak menangis. Hanya isakan yang terdengar. Kutolehkan kepalaku mengarah jam yang ada didinding rumahku itu. Pukul tujuh malam. Aku keluar dari kamarku. Tak ada siapa siapa. Rumah sepi, jika ibuku pergi ke pengajian seperti sekarang
Kulangkahkan kakiku menuju dapur. Menuangkan air didalam teko jaman dulu itu kedalam gelas. Kemudian minumnya
Aku kembali ke kamar. Merebahkan diri diatas tikar tempatku tidur setiap malam. Hal ini sudah biasa. Jadi tubuhku tidak pernah merasakan sakit
Tok tok tok
Pukul sepuluh malam. Siapa malam malam gina datang bertamu ?, pikirku
Segera aku keluar kamarku dan berjalan kearah pintu ruang tamu. Orang yang bertamu itu sudah pasti bukan ibu. Karena jika itu ibu, orang itu tidak perlu mengetuk pintu. Dan lagian, ibuku sudah pulang sejak dua jam yang lalu
Cklek
Mataku melebar. Perasaan takut kembali datang kepadaku. Aku kembali menutup pintu ruang tamu" (namakamu)" panggilnya sambil mengetuk pintu
Aku takut. Mataku sudah buram karena tertutup oleh air mata yang menggenang dipelupuk mataku. Aku kembali menangis. Ketika melihat orang itu, ingatanku kembali kepada kejadian waktu itu
Aku takut
Hiks
"(Namakamu)" panggilnya lagi
"Loh nduk, kamu ngapain disini ?, terus siapa yang bertamu malam malam gini ?" ibuku tiba tiba keluar dari kamarnya dan menghampiriku
Dia memegang kenop pintu ruang tamu, bertujuan untuk membukakan pintu itu. Tapi, aku segera memegang tangan ibu. Agar dia tidak membukakan pintu itu
"Kamu kenapa nduk ?. Orang yang diluar kenal kamu kan ?, tadi ibu dengar dia manggil nama kamu" katanya sambil melepaskan tanganku ditangannya
"Jangan bu, (namakamu) takut" ucapku lirih dengan kepala menunduk
"Jangan takut, ada ibu" kata ibu sambil membukakan pintu
Disana. Dia berdiri dengan membawa anaknya. Dia seperti kelelahan. Ibu yang melihat orang itu kaget. Ibu segera menyuruh orang itu masuk, karena kasihan melihat anak yang ada digendongan orang itu
"Silahkan masuk, pak" suruh ibuku
Dia masuk. Duduk disalah satu kursi kayu yang tersedia di rumahku. Kemudian dia berkata" maaf bu bertamu malam malam seperti ini"
"Ndak papa. Kalau boleh tau bapak ini siapa ya ?, kenapa malam malam seperti ini datang kerumah saya ?" Tanya ibuku
"Saya iqbaal. Majikan (namakamu) " jawabnya tersenyum tipis
"Astaghfirullah, maaf pak saya ndak tau kalau bapak majikan anak saya. Bapak mau minum apa ?" tanya ibu senang
"Gak usah bu, saya datang kesini ada perlu sama (namakamu)" ucapnya sambil melihat kearahku yang masih terduduk didekat pintu ruang tamu
"Nduk, sini, duduk dekat ibu. Ndak sopan bicara sama majikan jauhan gitu" ucap ibuku sambil membantuku berdiri
Aku menurut. Duduk disebelah ibu dan berhadapan dengan dia yang masih menggendong ananknya
"Saya datang kesini mau minta maaf, (namakamu)" ucapnya yang membuatku bingung
Sebenarnya aku masih merasa takut. Air mataku juga masih mengalir, meskipun hanya isakan yang terdengar
"Loh, minta maaf untuk apa tuan ?" tanya ibuku
"Saya datang kesini untuk minta maaf atas kejadian waktu itu" sesal pak iqbaal
"Waktu itu ?" tanya ibuku bingung
"Iya, waktu itu....."
Dia mulai bercerita. Kututup telingaku dengan tanganku, karena tak sanggup mendengarnya. Aku tak mendengar dia berkata apa. Tapi tak lama, aku merasakan ada orang yang memelukku dan suara isakan yang terdengar
"Kamu kenapa ndak cerita sama ibu dari dulu nduk ?" tanyanya terbata
"(Namakamu) takut"
Beberapa menit kemudian, ibu melepaskan pelukannya dan dia berkata" kalian berdua butuh bicar, ibu tinggal ya"
Aku mencekal tangan ibuku sebelum ibu pergi"(namakamu) takut" ibu hanya menggelengkan kepalanya dan melepaskan tanganku kemudian dia pergi
Kini, tinggal kami bertiga. Aku melihat anak pak iqbaal yang bergerak gelisah digendongan ayahnya. Tanganku sudah gatal karena ingin menggendong anak itu. Tapi, rasa bersalah dan takut membuatku mengurungkan niatku
Pak iqbaal berdiri dari duduknya. Dia berjalan kearahku kemudian duduk disebelahku. Aku sedikit menjauh. Tapi dia semakin mendekat kearahku. Aku menjauh kembali. Dia kembali mendekat. Aku berdiri, tapi dia memegang tanganku dan membuatku duduk kembali
"Kamu mau gendong anak saya ?" tanyanya sambil mengarahkan anaknya didepanku. Aku menggeleng
"Kenapa ?" aku kemvali menggeleng
"Saya kesini mau minta maaf. Saya tau semuanya. Waktu itu bukan hanya kamu yang salah. Tapi saya juga salah" ucapnya sambil mencoba menenangkan anaknya yang mulai menangis
"Mak...maksud bapak ?" tanyaku takut
Dia menceritakan semuanya. Rasa takutku sedikit berkurang. Aku menangis kembali saat mendengar dia yang meminta maaf begitu tulus
Aku tak paham akan sikapnya sekarang. Seharusnya dia meminta maaf biasa kepadaku. Bukan seperti ini. Rela datang jauh jauh dari Jakarta untuk datang kerumahku. Seharusnya dia bisa menelfonku. Bukan seperti ini
"Kamu mau gendong anak saya ?" tawarnya. Aku mengangguk. Dengan hati hati, aku mengambil alih anak digendongan tuanku
"Namanya siapa, tuan ?" tanyaku sambil membelai wajah kecil digendonganku
"Namanya......"
Tbc
Gimana ?
Masih nyambung ndak ceritanya ?Maaf ya kalo ceritanya ndak nyambung
Makasih ya yang udah mau vote
Tunggu part selanjutnya ya;)
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Boss
Fanfiction"Kalau takdirnya memang seperti itu, kamu mau apa ?" Iqbaal X (namakamu) Start= Kamis,14/03/2019 Finish= Jumat, 05/04/2019