14 || Berhenti sekolah

4.6K 432 9
                                    

Pagi ini, aku sudah mulai melakukan aktivitas seperti biasa. Membersihkan rumah pak iqbaal, mengurus Achel dan menyiapkan segala kebutuhan pak iqbaal

"Achel. Kamu haus ya ?" tanyaku kepada Achel yang menangis ditempat tidur

"(Namakamu)" panggil seseorang dibelakangku. Aku menoleh dan menemukan pak iqbaal yang berada di ambang pintu kamarnya

"Iya, pak ?" tanyaku setelah mengangkat achel ke gendonganku

"Kamu yakin gak mau sekolah ?" tanyanya mendekat ke arahku

"Kalau sekolah Achel gimana, pak ?"

Sehari setelah kami—aku dan pak iqbaal kembali dari desaku, aku berkata kepadanya bahwa aku ingin berhenti sekolah. Aku punya alasan kenapa aku memutuskan untuk berhenti sekolah

"Kamu gak perlu pikirin Achel. Bunda bisa menjaganya ketika kamu dan aku di sekolah" aku tersenyum

"Ndak papa pak. Saya berhenti sekolah aja. Nanti, gaji dari bapak bisa saya gunakan untuk kebutuhan saya dan ibu saya di desa" jelasku. Itu adalah salah satu alasan mengapa aku berhenti sekolah

"Aku bisa biayai kamu. Kamu gak perlu mikirin biaya. Biar aku yang tanggung. Kamu hanya perlu belajar. Raih cita cita kamu" ucapnya sambil mengelus kepalaku

Aku menggeleng sambil tersenyum. Aku tidak akan melanjutkan sekolahku. Sekolah memang penting, tapi lebih penting dengan bayi kecil yang berada di gendonganku sekarang

"Ndak perlu pak. Saya mau rawat Achel di rumah. Lagian saya udah ndak sekolah selama hampir tiga bulan. Apa kata guru guru nanti pak ?"

"Kamu gak perlu pikirin soal guru ataupun siswa. Aku bisa usahain kamu agar bisa masuk sekolah. Kamu mau ya ?" bujuknya lagi. Aku kembali menggeleng

"Atau kamu berhenti sekolah karena ingin menjaga Achel ?"

"Pak, dengerin saya. Saya berhenti sekolah, karena saya ingin. Memang salah satunya karena Achel. Saya juga ndak ingin merepotkan bapak dengan membebankan bapak agar bapak membiayai sekolah saya" ucapku menatap kedua matanya

"Kamu yakin mau berhenti ?. Kamu udah kelas dua loh. Tinggal satu tahun lagi kamu lulus" ucapknya kembali membujukku

"Keputusan saya udah bulat, pak. Ndak bisa di ganggu gugat" ucapku sedikit bercanda

"Yaudahlah terserah kamu. Kamu memang keras kepala" ucapnya datar kemudian meninggalkanku

Mungkin dia marah

* * *

Malam hari. Sejak dia pulang dari sekolah sore tadi, aku dan pak iqbaal sama sekali belum berbicara. Sedikit aneh. Karena biasanya kami menghabiskan waktu sore dengan mengobrol santai di ruang kemuarga

"Pak" ucapku sambil duduk didekatnya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga

"Hmm" jawabnya bergumam

"Bapak marah ?" tanyaku ragu

"Hmm"

"Pak"

"Hmm"

"Bapaaak" panggilku kesal

"Apa ?" ketusnya

"Bapak marah ?" tanyaku lagi

"Enggak" ketusnya lagi

"Tuhkan marah. Saya berhenti sekolah karena saya ingin menjaga Achel. Sa..."

"Tuhkan kamu berhenti sekolah karena Achel" potongnya sambil menatap kearahku dengan tatapan sinis

"Jangan potong ucapan saya dulu" kesalku

"Sok atuh"

"Saya berhenti sekolah karena saya mau bantu bapak"

"Kamu bantu saya apa ?" potongnya lagi

"Karena saya kasihan sama bapak"

"Kasihan gimana ?" tanyanya bingung

"Saya kasihan sama bapak kalau setiap hari harus bolak balik ke rumah orangtua bapak untuk mengantarkan Achel"

"Sesimple itu ?"

"Endak. Dengerin dulu makannya" kesalku

"Iya iya"

"Saya berhenti sekolah karena saya mau jadi calon ibu yang baik" ucapku pelan yang tidak terdengar oleh pak iqbaal

"Kamu ngomong apa ?" tanya pak iqbaal

"Ndak ada kok pak. Lupain aja"

"Kamu ngomong apa tadi ?" tanyanya sambil mendekat ke arahku. Aku diam dan sedikit menjauh

"Kamu ngomong apa, hmm ?" tanyanya lagi dan semakin mendekat kearahku

"Ndak....ndak a...da pak" jawabku terbata

"Jangan bohong" katanya pelan dengan wajah tepat di depan wajahku

"En....endak" kupastikan wajahku sudah memerah sekarang

"Gak usah bohong sayang" ucapnya tepat di depan bibirku

Sayang ?

"Ba...pak ja...jangan de...ket de..ket" ucapku terbata

"Kamu ngomong apa tadi, hmm?" tanyanya lagi

"Nd..ndak ada"

"Sayang" geramnya

Aku mendorongnya kuat dari atas tubuhku. Kemudian aku berjalan cepat menuju kamar Achel yang ada dilantai dua. Samar samar aku mendengar langkah sesorang dibelakangku. Pasti pak iqbaal, pikirku. Aku semakin cepat melangkah. Tapi ketika aku sampai di ujung tangga, ada seseorang yang memelukku dari belakang. Dia menumpukan kepalanya dibahuku dan berkata

"Sebenarnya aku denger kamu tadi ngomong apa. Emang kamu udah siap jadi ibu buat Achel ?"

Tbc

Gimana ?

Ndak nyambung ya ?
Pasti ndak sesuai ekspetasi kalian 'kan ?

Maaf ya

Hari ini satu part aja

Otak gue lagi buntu

Sulit buat cari kata kata

Kemarin gue cuma bercanda kok,
Vote kalian ndak mempengaruhi kelanjutan cerita. Hehe

Jangan lupa vote dan comment

Vote kalian itu penting buat nambah semangat ngetik gue;)

Yang ini ndak bercanda loh ya

Oke ?

Bye

He Is My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang