1 || Pertemuan

8.2K 573 1
                                    

"Budhe, (namakamu) boleh nanya ndak ?"

"Mau nanya apa to nduk, kalo mau nanya ya tinggal nanya aja" jawabnya tersenyum

"Yang tinggal disini siapa aja budhe ?"

"Ooh itu, yang tinggal disini hanya tuan iqbaal sama beberapa orang yang kerja disini"

"Tuan iqbaal ?"

"Iya. Dia calon majikan kamu"

"Emang istrinya kemana budhe ?"

"Tuan iqbaal belum menikah. Tapi, sebulan lagi dia akan menikah sama pacarnya"

"Oooh"

"Udah-udah. Tanya-tanyanya besok aja. Sekarang kamu istirahat. Budhe kekamar budhe dulu. Kamar budhe ada disebelah kamar kamu"

"Iya. Makasih ya budhe" budhe hanya tersenyum dan berjalan meninggalkan kamarku

Kupandangi ruangan yang akan kutempati sekarang. Ruangannya tidak terlalu besar dan luas. Dindingnya bercat putih dan ada lemari kecil disana. Ruangannnya jauh lebih baik dari pada kamar yang ada dirumahku

"Bagaimana besok ?" gumamku

Aku memikirkan bagaimana orang yang akan menjadi majikanku. Sungguh, aku sangat takut jika bertemu orang yang akan menjadi majikanku. Tapi, aku sangat berterima kasih kepadanya karena sudah menerimaku bekerja disini

Hari ini sungguh melelahkan. Kurebahkan badanku diranjang yang tidak terlalu besar, tetapi nyaman itu. Tak lama, kegelapan menghampiriku

* * *

Jakarta, 04:30 WIB

Aku terbangun karena mendengar suara adzan. Aku berjalan keluar kamar. Menuju kamar mandi yang ada didekat dapur

Tak sengaja mataku tertuju kepada orang yang berdiri dipinggir kolam renang. Memang posisi dapur dan kolam renang bersebelahan, hanya terhalang oleh kaca. Aku berjalan mendekat kearahnya. Aku menebak dia adalah majikan baruku

"Tu..tuan" panggilku tergagap

Aku melihat dia yang kaget. Dia membalikkan badannya kearahku. Tubuhku menegang. Dia adalah orang yang tampan. Tatapannya datar, tapi tak berlangsung lama. Karena dia menggantinya dengan senyuman. Senyumannya sangat manis

"Kamu (namakamu)?" tanyanya

"I..iya tuan" jawabku menunduk

"Gak usah tegang gitu" candanya

"Iya tuan"

"Nama saya iqbaal. Majikan baru kamu" ucapnya seraya mengulurkan tangannya kehadapanku

Dengan takut takut aku mengambil tangan besarnya dan berkata"(namakamu) tuan"

"Kan saya sudah bilang, jangan tegang gitu"

Aku menyimpulkan bahwa dia adalah orang yang periang. Terlihat dari sikapnya kepadaku. Berdiri didepannya membuatku sedikit tersinggung. Bagaimana tidak tersinggung, jika tinggiku hanya sebatas dadanya saja. Sungguh aku seperti kurcaci disini

"Terima kasih tuan" ucapku saat teringat kemarin malam

"Terima kasih untuk apa ?" tanyanya bingung

"Terima kasih karena sudah menerima saya bekerja disini. Terima kasih sudah mengizinkan saya bekerja sambil sekolah tuan" ucapku dan memberanikan diri melihat kearahnya

"Sama sama. Saya hanya ingin membantu agar kamu bisa meraih cita cita kamu" jawabnya tersenyum

Hatiku menghangat saat melihat senyumannya. Wanita beruntung manakah yang bisa menakhlukkan hati tuanku ini, pikirku.

"Kalo gitu saya masuk dulu ya" pamitnya

"Iya tuan" jawabku seraya menganggukan kepala sopan. Kutatap punggung besar itu yang berjalan menjauh dariku

Kuraba dadaku. Aku merasakan jantungku berdetak dua kali. Kugelengkan kepalaku kuat kuat. Perasaan itu tidak boleh ada. Karena aku tidak pantas untuk merasakannya

"(Namakamu)"

Aku tersentak kaget. Kutolehkan kepalaku mengarah sumber suara itu. Kulihat budhe Ani berdiri dipintu pembatas antara dapur dan kolam renang sedang menatapku bingung

"Apa yang kamu lakukan pagi pagi disini nduk ?" tanyanya dan berjalan kearahku

"I..itu.." aku tergagap

"Ada apa nduk ?"

"Tadi aku menghampiri tuan Iqbaal disini" jawabku menunduk

"Kamu sudah bertemu tuan Iqbaal ?"

"Sudah budhe"

"Bagus kalau begitu. Kamu sudah sholat subuh belum ?"

"Astaghfirullah (namakamu) lupa. Kalo gitu aku sholat dulu ya budhe" pamitku yang dibalas anggukan kepala oleh budhe Ani

Selesai beribadah, aku menuju dapur untuk membantu budhe Ani yang sedang memasak.

"Sini budhe biar aku bantu potong wortelnya" ucapku dan mengambil alih pisau dari tangan budhe Ani

"Kamu nanti jadi daftar sekolah apa ndak ?" tanyanya

"Jadi kok budhe"

"Kamu mau sekolah dimana nduk ?"

"Di SMA Tunas Bangsa budhe. Letak sekolahnya ndak terlalu jauh dari sini dan kata temanku dulu sekolahnya juga cukup terkenal"

"Ooh sekolah itu. Itu kan sekolah yang diajar Tuan Iqbaal loh nduk"

"Emang pekerjaan tuan Iqbaal guru ya budhe ?"

"Iya. Guru sekaligus kepala sekolah disana"

"Hah" mulutku terbuka lebar

"Ndak usah segitunya nduk. Kan enak punya guru sekaligus majikan kamu. Kamu bisa tanya tanya kalau lagi dirumah"

"Ada enaknya ada ndak enaknya budhe" ucapku

"Ndak enaknya apa to nduk ?"

"Ndak enaknya itu, aku harus panggil dia apa kalau lagi disekolah ?" kulihat budhe Ani hanya tertawa menanggapi ucapanku

"Apa sih budhe yang lucu, kayaknya ndak ada deh" ucapku kesal

"Nduk nduk kamu itu loh gitu aja dipermasalahin"

"Terus aku harus manggil apa budhe ?"

"Ya mudah to nduk. Tinggal manggil tuan kalau dirumah dan manggil pak kalau lagi disekolah. Gitu aja ribet to nduk"

"Ooh gitu ya budhe" kepalaku naik turun pertanda aku mengerti

"Ya gitu"

"Udah udah. Sekarang kamu siap siap sana ke sekolah"

"Sebentar budhe, nanggung tinggal dikit lagi"

"Udah sana siap siap"

"Sebentar budhe, tinggal dikit lagi"

"Emang dasar ya kamu. Dari dulu ndak berubah, keras kepala"

Selesai membatu budhe Ani didapur, aku bersiap siap untuk mendaftar disekolah baruku.

Tbc

He Is My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang