10 || Marchelio Dhiafakhri

4.9K 421 6
                                    

"Namanya Marchelio Dhiafakhri" jawabnya

"Panggilannya ?" tanyaku tanpa menoleh kearah pak iqbaal karena aku masih terfokus pada anak yang ada digendongaku

"Achel"

"Hai Achel" ucapku menirukan suara anak kecil pada anak pak iqbaal yang ada digendongaku

Kulihat anak pak iqbaal yang mulai tenang. Kemudian bayi itu tersenyum. Aku yang melihatnya tersenyum pun ikut tersenyum. Aku sangat menyukai anak kecil. Dulu, aku sering mengajak main anak tetanggaku yang masih kecil

Kuamati wajah kecil yang ada digendongaku. Wajahnya sangat mirip dengan almarhumah mbak Farah. Mbak Farah. Nama itu. Aku kembali merasa takut. Kudongakan kepalaku mengarah pak iqbaal yang diam diam melihat wajahku

"Ada apa ?" tanyanya

"Ini pak" jawabku sambil mengarahkan Achel kepada pak iqbaal

Kulihat anak itu kembali bergerak gelisah. Tak lama anak itu menangis

"Sayang, diam dong. Ini udang malam. Nanti suara kamu ganggu ibunya mbak (namakamu)" ucap pak iqbaal sambil mengelus punggung anaknya

Mbak (namakamu) ?

Sedikit aneh. Tapi aku tak protes. Kulihat pak iqbaal yang mencoba menenangkan anaknya itu. Aku ingin menggendongnya lagi. Tapi rasa bersalah masih bersarang didalam diriku

"(Namakamu), saya boleh minta tolong ?" tanyanya yang kubalas dengan anggukan

"Tolong gendong anak saya sebentar ya. Saya mau ambil susu anak saya dimobil" aku mengangguk. Merasa kasihan kepada pak iqbaal yang kerepotan

Aku mengambil alih Achel dari gendongan ayahnya. Kemudian pak iqbaal keluar rumah untuk mengambil susu didalam mobil. Achel yang berada digendonganku mulai diam. Tangannya bergerak abstrak diwajahku. Kucium tangan kecil itu. Bayi itu tersenyum. Menampilkan gusi yang belum ditumbuhi gigi

Aneh. Ketika dia berada digendonganku dia diam. Dan ketika dia berada digendongan pak iqbaal dia menangis. Sangat aneh. Kuelus punggung bayi kecil itu sambil bersenandung pelan

Bayi itu mulai terlelap. Mudah sekali dia tertidur, pikirku. Aku tersenyum. Mengamati wajah kecil itu kembali

Tak lama, pak iqbaal kembali dengan membawa sebotol susu. Dimana dia buatnya, batinku bingung

"Loh, kok Achel udah tidur ?" tanyanya bingung kemudian duduk disebelahku

"Udah pak" jawabku tanpa menoleh kekearahnnya

"Habis ini bapak mau kemana ?" tanyaku bingung. Karena ini sudah malam. Di desaku tidak ada villa, apalagi hotel. Dia akan tidur dimana ?, batinku

"Saya gak tau" jawabnya tenang

"Terus gimana ?" tanyaku kemudian menoleh kearahnya

"Saya boleh tidur disini ?" tanyanya ragu. Aku bingung. Dia akan tidur dimana. Dirumahku hanya tersedia dua kamar. Kamar ibuku dan kamarku. Tak mungkin aku satu kamar dengan ibu. Karena dia pasti sudah tidur dan kamarnya pasti dikunci. Atau pak iqbaal tidur dikamarku. Tapi itu tidak mungkin

"Maksud saya, Achel saja yang tidur disini sama kamu" lanjutnya yang membuatku semakin bingung

"Terus bapak dimana ?" tanyaku

"Saya bisa tidur di mobil" jawabnya tersenyum. Senyum itu masih saja terlihat manis

"Tapi gimana sama Achel ?"

"Emang Achel kenapa ?" tanyanya bingung

"Dirumah saya dingin pak. Gimana nanti kalau Achel ndak kuat sama dinginnya ?"

"Kamu tenang aja. Nanti saya ambilin selimut yang ada di mobil" kemudian dia pergi. Tak lama, dia kembali dengan membawa selimut, bantal bayi, dan tas besar entah apa isinya

"Itu apa pak ?" tanyaku sambil menunjuk tas besar itu

"Perlengkapan bayi Achel" jawabnya tersenyum

"Ooh"

"Kamar kamu dimana, biar saya bawakan semua barang ini ke kamar kamu"

"Disana" tunjukku pada pintu kayu yang sudah mulai rapuh

Aku mengikuti pak iqbaal yang berjalan didepanku. Pintu kamar dibuka. Menampilkan kamarku yang hanya berisi kasur kecil yang ada dilantai, dan lemari tua yang berisi pakaian pakaianku

"Beneran pak, Achel disuruh tidur disini sama saya ?" tanyaku

"Iya saya yakin" jawabnya sambil meletakkan barang barang tadi didekat kasur kecilku itu

"Kalau achel kenapa kenapa gimana ?" tanyaku lagi. Karena aku takut terjadi apa apa kepada Achel. Bagaimanapun juga, Achel tak pernah tidur ditempat yang seperti di rumahku

"Achel gak akan kenapa kenapa. Dia gak selemah itu" jawabnya sambil mengelus kepala anaknya yang ada digendongaku

Wajahku dan wajah pak iqbaal sangat dekat. Hanya terpisah beberapa centi saja. Sudah kupastikan pipiku sudah memerah. Untung saja di rumahku lampunya tidak terlalu terang dan menjadikan warna merah dipipiku sedikit tidak terlihat

"Kalau gitu saya ke mobil dulu ya" ucapnya sambil mencium kepala anaknya. Rambutnya mengenai daguku. Wangi samponya sangat harum

"Saya pergi" ucapnya lagi kemudian mengacak rambutku pelan

Kutatap punggung tegap itu yang mulai menjauh. Kembali kutatap wajah kecil yang ada digendongaku. Dan kucium kepalanya seperti yang dilakukan pak iqbaal tadi

Dengan pelan. Aku meletakkan Achel diatas kasur. Kemudian menyelimutinya dengan selimutnya. Aku ikut merebahkan diri didekat bayi kecil itu. Kemudian memeluknya

Seperti ibu dan anaknya

Tbc

Gimana ?

Masih nyambung ndak ?

Mau dilanjut ndak ?

Vote sama comment itu gratis.
Jadi jangan lupa

He Is My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang