16 || Jihan

4.5K 408 3
                                    

Senin pagi. Aku melakukan aktivitas seperti biasa. Membersihkan rumah, menyiapkan perlengkapan pak iqbaal dan lainnya. Di umur yang masih terbilang anak ini, seharusnya aku melakasanakan kewajibanku. Sekolah. Bukan malah melakukan pekerjaan rumah tangga seperti ini

Memang. Ada sedikit rasa sesal kala aku memutuskan untuk berhenti sekolah. Namun, disisi lain aku juga merasa senang. Senang karena bisa mengurus Achel dengan tanganku sendiri. Dan menyesal karena aku tidak bisa merasakan masa masa remajaku

Sebenarnya bisa saja aku merasakan masa remajaku. Bukan dengan merasakannya di sekolah, melainkan melakukannya dirumah. Menurutku itu sama saja. Sama sama merasakan masa remaja

Aku menggelengkan kepalaku. Mencoba menghilangkan pikiranku yang akan berfikir buruk. Kembali aku melakukan kegiatanku. Memasak. Membuatkan sarapan pak iqbaal adalah salah satu rutinitasku. Seharusnya sekarang aku harus mengurus Achel. Tapi berhubung Achel masih tidur, aku bisa membuat sarapan untuk pak iqbaal terlebih dahulu

Aku mendengar ada langkah yang semakin mendekat kearahku. Kutolehkan kepalaku mengarah sumber suara langkah kaki itu. Disana. Dia berjalan kearahku dengan menggendong anaknya di gendongannya

"Loh, kok Achel udah bangun sih ?" tanyaku sambil berjalan mendekat pak iqbaal. Tapi sebelumnya aku mematikan komporku terlebih dahulu

"Udah dong. Kan udah pagi. Achel kan gak mau jadi orang males" jawab pak iqbaal dengan suara yang dibuat buat seperti anak kecil. Aku terkekeh

"Sarapannya udah jadi belum ?" tanya pak iqbaal

"Sudah. Mau sarapan sekarang ?"

"Iya. 'Kan aku harus berangkat ke sekolah" jawabnya sambil duduk disalah satu kursi meja makan

"Aku ambilin dulu"

Menu sarapan pagi hari ini adalah nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya. Kuletakkan sepiring nasi goreng dan segelas air dihadapan pak iqbaal. Kemudian mengambing Achel dari pangkuan pak iqbaal

"Buatin susu buat Achel ya. Meskipun dia gak nangis, dia harus minum susu. Sini, Achel biar saya pangku lagi"

" 'Kan bapak mau sarapan. Biar saya gendong aja Achel-nya. Nanti ganggu bapak. Saya bisa kok gendong Achel sambil buat susu. Biasanya juga gitu kok" ucapku protes

"Gak papa. Achel gak ganggu kok. Sana, buatin Achel susu" aku menurut. Meskipun aku membantah, tetap saja dia yang menang

Selesai sarapan pagi. Pak iqbaal pamit bekerja kepadaku. Aku mengantarkannya ke pintu depan. Persis seperti yang dilakukan seorang istri saat suaminya akan berangkat bekerja. Eh

Ngomong apa aku ini

"Sayang, aku berangkat dulu ya" ucapnya kepadaku

Aku yang mendengar itupun merasa geli sendiri. Tapi disisi lain juga senang

"Iya" jawabku

"Aku berangkat ya" pamitnya lagi sambil mengecup pelan kepalaku dan kepala Achel bergantian

"Jangan nakal di rumah. Jagain calon mama kamu" gumamnya kepada Achel yang masih bisa kudengar. Diam diam aku tersenyum mendengar gumamannya

* * *

"(NAMAKAMU)"

Samar samar aku mendengar suara teriakan seseorang dan suara gedoran pintu dari arah ruang tamu. Yang pasti, pemilik suara orang itu bukan pak iqbaal. Melainkan suara perempuan

Siapa ?

Aku mengubah posisiku. Yang sebelumnya tidur, kini ku ubah menjadi duduk. Aku menolehkan kepalaku kesamping. Melihat Achel yang masih nyenyak dalam tidurnya. Tanpa peduli dengan suara teriakan seseorang tadi

He Is My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang