Bab 4: Kebangkitan 💜

197 21 3
                                    

Bab 4: Kebangkitan

Titik pusat Dunia Moirei, 3333 Lux

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titik pusat Dunia Moirei,
3333 Lux.

“Takdir selalu mengejar, walau itu mustahil,” -Asier de Azul.

Mataku menangkap sosok pria tampan yang gagah perkasa, mata terpejam dan kepalanya sedikit menunduk dengan lemah. Pria itu terikat rantai emas yang diselubungi sihir biru. Sihir itu mirip dengan sihir milik ayah. Ayahku, Raja Arfan terkenal sebagai pemilik sihir biru satu-satunya di Dunia Moirei dan hanya ayah yang dapat menetralkan Samudra Xea.

Aku terus menelusuri rantai yang memancarkan sihir biru. Indah, tapi berbahaya. Ayah hanya menggunakan sihir biru untuk menetralkan kekuatan Samudra Xea, tapi faktanya arus laut yang terlihat diam itu sering mencakar kulit hingga terkelupas.

Di tengah mengamati pria misterius yang terikat rantai, tubuhku berputar-putar dan membentur tebing. Rasanya perih, tapi aku tetap berusaha untuk keluar dari pusaran laut sialan ini. Namun, pusaran laut tidak terima dengan pergerakan. Ia tetap melempar tubuhku, hingga terhempas ke dasar palung. Aku terpejam, menahan rasa sakit yang akan menghampiri. Aku menunggu rasa sakit hadir, tapi sebaliknya, bibirku menempel dengan benda kenyal.

Benda apa itu? Rasanya manis, lembut dan bergerak. Aku yang penasaran, mencoba membuka mata perlahan-lahan. Sembari, merasakan sensasi baru yang aneh. Pandanganku bertemu dengan mata merah  tajam dan indah. Mata itu mengunciku untuk beberapa saat. Ternyata, bibirku bertemu dengan bibir pria tampan yang terikat rantai emas, aku berusaha melepaskan ciuman itu. Namun, ia menahan tengkuk leherku. Seolah, ciuman ini ganggang hijau yang bisa menjadi candu. Aku hanyut dalam ciuman itu, meluapkan semua emosi, kecewa, dan dendam. Kami berciuman cukup lama, hingga aku sadar ini salah. Aku berusaha memberontak.

Ciuman itu semakin dalam, rasanya manis dan kekuatan spiritualku terasa bertambah.  Begitu pun pria yang ada di depanku. Pria dengan tangan terikat rantai itu melepas ciuman. Ia menatap mataku penuh nafsu yang membara. Lalu, secara tiba-tiba ia menarik rantai yang mengikatnya. Rantai emas besar yang terdapat sihir biru hancur dengan sekedip mata. Aku terkejut, lalu ia mengeluarkan sihir berwarna merah dari kedua tangannya. Ia melemparnya ke sihir biru yang merambat ke tebing. Palung yang awalnya gelap menjadi terang benderang, pahatan wajah pria itu terlihat jelas olehku. Rahangnya kokoh, hidung mancung, kulit putih dan bibir tebal. Pahatan Tuhan yang sangat tampan. Aku takjub melihat penampakannya.

“Terima kasih, kamu telah membangkitkanku.” Pria itu memeluk pinggang dan hendak mencium bibirku lagi.

Otak warasku masih berfungsi dengan baik, aku tidak akan memberikan ciuman kepada pria asing yang tidak aku kenal. Aku mendorong tubuhnya yang berusaha mencium bibir. Aku berhasil terlepas, tapi terhuyung ke belakang dan menabrak tebing, setelah itu  terpental ke dasar palung. Kepalaku terbentur tebing berbatu. Seketika semuanya gelap.

Mermaid In Love With Handsome DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang