pertama : kita ingin bahagia, kan?

871 15 2
                                    

Mari kita ingat lagi, pertemuan lucu antara kau dan aku. Siang menjelang sore, ku beranikan diri menjajakan usahaku padamu dan teman-temanmu. Hanya kau yang merespon, karena kau peduli. Kita berbincang ringan soal usahaku. Kau begitu antusias yang membuatku semangat kala itu. Tak bisa ditebak, kini jalinan pertemanan berlanjut hingga hubungan yang tak bisa kusebutkan jelasnya bagaimana.

Kau lihat, kan? Betapa Unik cara Tuhan mempertemukan dua insan yang awalnya asing berujung saling. Tak terlelakkan, kita pernah menjauh hanya karena perihal status. Memperdebatkan rasa siapa yang paling kuat, memperkukuh keinginan masing-masing yang tak mau mengalah. Akupun menyerah dan memilih mundur kala itu. Aku pergi berlabuh pada hati yang lain, sementara diujung sana aku tak tahu kabar bagaimana hidupmu selanjutnya. Memilih saling melupa bahkan tak saling kenal. Ku tepikan diri sekuat-kuatnya hanya karena sakit dengan sikapmu yang arogan.

Hingga Tuhan mempertemukan kita lagi, bedanya kini kita sudah saling mengerti bahwa cinta tanpa kedewasaan akan patah dengan mudah. Kelak ketika aku sudah menjadi wanitamu seutuhnya, jangan mudah marah hanya karena sifat pelupaku yang akut. Mungkin sesekali aku mengeluh soal rutinitas tanpa batas, semoga kau mau membantu meringankan. Karena hidup berdua bukan soal cinta saja, tetapi lebih memahami tentang arti "saling" di dalam satu atap. Agar kelak ketika kita dalam keadaan sama-sama tersulut amarah, tak terucap kata pisah.

Dipilih oleh Tuhan untuk menemani hidupmu kelak menjadi suatu anugerah beserta resiko yang harus aku nikmati, bekerja sama agar tak goyah diterpa angin. Pasti kita akan menghadapi keadaan terburuk dari masalah sosial hingga ekonomi, tapi sungguh aku ingin kita tetap bersama dan jangan lepaskan genggaman ini. Ajari aku cara mencintai Tuhan dengan lebih baik---bersujud kepada-Nya dengan posisi aku sebagai makmummu ; kau sebagai imam dunia akhirat.

Aku sadar, di perjalanan langkahmu sebelum kita menjadi genap, aku tak terlalu banyak peran. Hanya bermodalkan harap pada Tuhan semoga kau selalu baik-baik saja. Selebihnya biar aku dan Tuhan yang tahu bagaimana rindu muncul tak sesederhana senja kesukaanmu. Sudah bertumpuk, tak tahu harus ditaruh dimana jadi segeralah menggenapi.

Kita ingin bahagia, kan?

Berjuanglah sekuat mampumu, akupun akan menjaga ini untuk kita. Sungguh, menjadi teduhmu atas lelah-lelah di masa datang adalah bagian mimpi yang diimpikan ; setidaknya oleh hatiku sendiri. Aku siap menjadi rumah untuk kesahmu yang kian resah. Jadi jangan berpaling hanya karena aku tidak sempurna.

Kita ingin bahagia, kan?

Berhenti mematok standar tinggi untuk hidup di masa depan. Bersyukurlah dengan apapun yang didapat dan dimiliki, yang tentunya dengan usaha tanpa mengeluh. hidup tanpa berpangku tangan dengan orang lain lebih bahagia dibanding harus menjadi parasit yang merepotkan. Indah bila kita tak egois, sengsara bila kita tak saling paham.



-Tentang rasa yang disebut cinta, semoga aku dan kamu segera menjadi kita-

Prosa RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang