kelima : Rindu Mengakar

225 4 0
                                    

Kau adalah barisan kalimat yang belum selesai aku rangkai. Masih tertata dalam frasa rasa yang ku pendam sendiri. Disana tempat rinduku tumbuh dengan baik. Usahaku untuk merawat semoga tak sia-sia. Diluarpun sedang hujan, semoga badanmu kuat dan tak rentan diserang angin yang menusuk. Karena harap agar kau baik-baik saja membuat rinduku yakin untuk tumbuh dengan kuat.

Begitu besar aku berharap kau selalu lancar dalam setiap rencana hidupmu. Begitu dalam aku mempertahankan rindu yang belum dibalas temu. Ku titip rasa pada rintik yang jatuh ke tanah ; aku sangat merindukanmu dengan utuh. Genangan yang enggan berangsur surut bersamaan dengan aku yang membisu di sudut ruang menikmati setiap percikan air hujan yang kuyakini kau pun merasakan hal yang sama. Bila kau datang duduklah sejenak, akan ku sajikan kopi kesukaanmu. Tak terlalu manis tetapi cukup untuk membuatmu merasa tenang. Agar kau merasa dekapan hangatku adalah tempat sebaik-baiknya kau untuk pulang. Agar hanya keningku yang kau kecup selepas lelah melaksanakan tanggungjawabmu sebagai kepala keluarga.

Ku lihat anak-anak berlari kesana kemari dengan riang. Tanpa beban, begitu bebas. Seakan hanya dia dan dunianya saja yang berhak bahagia. Lihatlah lengkingan senyumnya, tak ada kepalsuan yang tersirat. Kelak, kitapun akan bermain bersama. Mengejar mereka yang sedang asyiknya berlari padahal makanan belum dihabiskan. Menangkap mereka ketika hendak jatuh karena bermain sepeda. Ah, membayangkannya saja sudah membuatku geli bahagia. Yang berang tentu aku sebagai yang akan mereka sebut Ibu dan kau yang akan mereka sebut Ayah.

Beberapa memilih untuk menyebrangi batas diluar diri. Sebagian lagi berani berucap meskipun ia tau 2 hal yang akan ditaruhkan ; disambut atau dipatahkan. Dan aku memilih bagian lain dari mereka; memendam semuanya sebelum waktunya tiba. Kau yang memilih dan akupun menyetujui bahwa akan ada hari dimana aku dan kamu tak malu lagi menyebut kata "kita". Sesekali mungkin sepi akan lebih sering menyapa. Menemani diantara riak kalbuku yang semakin meronta-ronta. Sesekali mungkin hampa akan terlintas dalam benak. Membuatku memilih memejam lalu bermimpi. Tenang saja, aku takkan lemah hanya karena ini. Akupun akan meneruskan rencana hidupku untuk masa depan. Akupun tak ingin menjadi wanita parasit dalam atap rumah tangga kita. seatap itu membangun bersama, bukan saling acuh. Aku tak ingin jadi pasangan yang hanya membuatmu menjadi timpang. Melangkah itu seirama, bukan perihal siapa yang paling dulu berada di depan.

Kita sadar rasa yang kita punya saat ini tak serta merta datang begitu saja. Ada banyak alasan untuk pergi darimu, tapi aku memilih menetap. Harapku sempat lusuh hanya karena kau menghilang tanpa pamit. Cemburu pernah terpatri kuat manakala ku dengar ada wanita lain yang berusaha menarik segala duniamu. Aku patah arang. Seperti mengharap tapi takut akan terusir lagi. Ada mentari pagi yang selalu menariku beranjak untuk mulai merindumu lagi. Ada terik siang yang mengajakku bermain-main dengan ingatan akan senyummu dibangku putih kala itu. Ada malam yang selalu aku bebani dengan deras tangis sebab mencinta begitu dalam.

Ternyata tak terasa rindu yang sudah ku tanam berkali-kali tak layu hanya karena belum bertemu pemiliknya. Padahal aku hampir parau. Bertahanku lumayan payah. Akar dalam tanah seakan memilih mati mengubur dirinya sendiri. Serupa anganku, kini tlah menjalar dari menyayangi manjadi ingin membersamai. Semoga kelak ketika rindu ini sudah bisa dipetik buahnya tidak habis dilahap ego dan keangkuhan. Bertahan hingga kita sama menua. Duduk di pelataran sore sembari menyanyikan lagu syahdu penikmat semilir angin. Aku mungkin sesekali lupa menghidangkan teh hangat, tolong ingatkan dengan tutur lembutmu bukan dengan seribu bisu. Barangkali tingkahku merepotkanmu,semoga sabarmu takkan pernah tahu batas.

Jaga selalu sujudmu karena kelak genggamanmu yang akan menuntunku ke syurga-Nya. Indah ku bayangkan aku akan satu shaf denganmu, ikut mengamini semua do'a-do'a baikmu. Jangan biarkan mukamu kering tak ada air wudhu yang membasahi. Dengan menjaga segalanya sama aja kau tlah membuat komitmen dengan Tuhan bahwa kau memiliki kesungguhan untuk menggenapiku menjadi utuh.

-bersama berarti utuh, rindu tanpa rapuh, cintaku itu kamu-

Prosa RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang