Bagian 7 : Ego siapa yang paling menarik?

238 4 0
                                    


Kita yang pernah memasuki fase bersama, kini hanya terdiam penuh tanya. Perihal arah mana yang harus diambil ; menggenggam atau menghilang. Sudah lama tak ada pembicaraan tentang akan seperti apa masa depan kita nanti. Yang ada hanya bagaimana cara kita memisahkan dari masing-masing jiwa tanpa menyakiti salah satunya.


Kau tak bisa dustakan tangis di ujung retak. Mengadu pikiran siapa yang paling terbaik. Padahal hubungan itu meniti bukan tertatih. Berdua bukan sendiri. Kini tak lagi tahu kabar masing-masing. Sibuk mempersiapkan pelabuhan hati yang baru, sesuai dengan keinginan masing-masing. Ingin sempurna tapi tak mampu sempurna. Inikah kita saat ini? Dua manusia yang lagi tak mengenal hatinya sendiri. Batinnya sudah tergadaikan dengan rasa ego dan amarah. Tengkar demi tengkar tak bisa dihindarkan. Kau teguh dengan pendirianmu, aku yang tak ingin disalahkan, sebenarnya ego siapa yang paling menarik?


Kisah itu semakin menghitam saja, tak terlihat apapun. Seperti menyerah adalah jalan satu-satunya. Semesta urung membuat kita damai karena teguhnya keinginan untuk pisah. Kenangan di sudut jalan itu tak lagi berguna, bahkan untuk menengok pun rasanya enggan. Akan terbiasa dengan kata kehilangan tanpa merasa hilang. Jangan terkejut bila rindu menyapamu tiba-tiba dan jangan berfikir untuk kembali hanya karena sepi. Aku mulai berjalan lagi,bedanya kini hanya ada sepasang yang melangkah : selebihnya sudah pergi.


Maafkan ucapku yang dulu ingin seatap denganmu,kini tak bisa aku wujudkan. Untuk melepas yang pernah disayang tak mudah yang kau fikirkan. Berkali-kali pertimbangan serta perasaan yang akan meninggalkan sakit. Aku menyerah pada dinding masalah yang tak pernah menyingkir. Aku lelah dengan perdebatan yang tak membuat kita maju. Aku jengah dengan pertengkaran yang selalu hadir tanpa pernah sudah. Akhirnya aku memilih meredam semuanya. Jalan berbeda bukan berarti kita saling menjahati. Hanya ingin kita bahagia tanpa harus pura-pura.


Bila suatu saat nanti bukan aku tempat kau pulang, semoga dengannya kau tak menemukan lara. Perlahan kita akan memiliki dan dimiliki yang mau menerima dengan lapang. Saling topang tanpa timpang. Sudah tak ada lagi rindu yang perlu dibicarakan.


Sudahlah aku akhiri tulisan ini, tak sanggup menggambarkan lebih jauh lagi tentang kita saat ini. Terimakasih sudah pernah hadir memberikan kasih sayang melebihi apa yang ku pinta. Jangan membenci. Jangan mencaci. Semoga bahagia tak pernah lekang oleh waktu. Salam.


-Melepas yang harusnya dilepas memang tak mudah, tapi semua akan lupa pada waktunya-

Prosa RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang