Riuh tak kenal arah, lalu lalang menuruti kaki-kaki mereka
Kita hanya bawah, bukan yang teratas
Padahal Tuhan tak pernah kurang memberi kasih dan sayangnya
Tak pernah memilih siapa yang memakai baju compang camping ataupun yang berdasi rapih
Hobi sekali rupanya
Mencipta tangis manusia lainnya
Membutakan rasa untuk peka terhadap sesama
Demi memberi makan ego yang tak ada arti apa-apa
Dentuman dan ledakan menjadi musik paling mengancam
Antara terjaga atau terpejam
Tak ada yang bisa disembunyikan termasuk dendam
Tapi kuasa sekali lagi menuntut kita diam
Mereka bilang mimpiku tlah mengganggu
Ambisi hanya jadi kata tanpa wujud nyata
Meneriakan kemalangan hingga parau
Namun keahlian mereka hanya menghalau
Anak-anak dipaksa dewasa sebelum masanya
Obat pahit kehidupan ditelan paksa
Mereka harus memaafkan dunia yang menghujam masa depannya
Hingga yang tersisa hanya pandangan kosong
Mulai terasa getaran saat terlelap
Rumahku kini sedang cemas
Ada yang sedang dalam pesakitan
Menunggu takdir menyelamatkan atau menebas habis impian
Tundukan kepala sejenak saja
Kita ini manusia diciptakan tidak satu
Kepala kita sama, isi yang berbeda
Tuhan menciptakan perasaan jangan ditepis
Semua orang punya waktu, tapi tidak semua orang punya pengertian
Mulailah untuk memanusiakan manusia lainnya
Ciptakan atap untuk yang sedang meratap dan yang sedang menabung harap
Semoga diakhir pusara nanti kebaikan masih tetap mengalir.
Salam. Sesama makhluk Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prosa Rasa
Randomsekumpulan rasa yang dirangkum dalam kalimat-kalimat syahdu. nikmati saja, tak usah banyak bicara. biar kata ini mewakili rasamu