Bagian 14 : Rumahku cemas

173 2 0
                                    


Riuh tak kenal arah, lalu lalang menuruti kaki-kaki mereka

Kita hanya bawah, bukan yang teratas

Padahal Tuhan tak pernah kurang memberi kasih dan sayangnya

Tak pernah memilih siapa yang memakai baju compang camping ataupun yang berdasi rapih


Hobi sekali rupanya

Mencipta tangis manusia lainnya

Membutakan rasa untuk peka terhadap sesama

Demi memberi makan ego yang tak ada arti apa-apa


Dentuman dan ledakan menjadi musik paling mengancam

Antara terjaga atau terpejam

Tak ada yang bisa disembunyikan termasuk dendam

Tapi kuasa sekali lagi menuntut kita diam


Mereka bilang mimpiku tlah mengganggu

Ambisi hanya jadi kata tanpa wujud nyata

Meneriakan kemalangan hingga parau

Namun keahlian mereka hanya menghalau


Anak-anak dipaksa dewasa sebelum masanya

Obat pahit kehidupan ditelan paksa

Mereka harus memaafkan dunia yang menghujam masa depannya

Hingga yang tersisa hanya pandangan kosong


Mulai terasa getaran saat terlelap

Rumahku kini sedang cemas

Ada yang sedang dalam pesakitan

Menunggu takdir menyelamatkan atau menebas habis impian


Tundukan kepala sejenak saja

Kita ini manusia diciptakan tidak satu

Kepala kita sama, isi yang berbeda

Tuhan menciptakan perasaan jangan ditepis


Semua orang punya waktu, tapi tidak semua orang punya pengertian

Mulailah untuk memanusiakan manusia lainnya

Ciptakan atap untuk yang sedang meratap dan yang sedang menabung harap

Semoga diakhir pusara nanti kebaikan masih tetap mengalir.



Salam. Sesama makhluk Tuhan.

Prosa RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang