1

1.4K 72 5
                                    


Chaerin (you) POV

Tepat saat ini, hari ini, jam ini, menit dan detik yang sedang ku lalui bersama tiga orang pria. Kami berdiri menyambut orang-orang yang datany dan pergi dengan ucapan yang hampir terdengar sama. Itu sangat memuakkan.

Kalimat bela sungkawa yang membuat suasana semakin menyedihkan, aku tidak suka kalimat itu. Kantung air mataku sepertinya sudah kosong, tidak ada lagi buliran yang menggenang di sana.

Aku tidak berani menatap sebuah foto yang sedang tersenyum disana, di ruangan duka. Alasan kami semua disini, sampai orang yang tidak kami kenal datang untuk sekedar memberikkan setangkai bunga sebagai tanda penghormatan.

Bukan hanya aku yang sedih saat ini, seseorang yang duduk dengan tangan mengepal itu tak bisa menyembunyikkan perasaannya. Yoo Kihyun, pria yang paling dekat dengan orang yang fotonya terpampang di ruangan ini.

Mengalihkan pandangan, Minhyuk mungkin persis sepertiku. Dia hanya diam dengan bersandar pada dinding dengan wajah datar, ini kedua kalinya ia kehilangan seseorang yang berharga.

Beda lagi dengan Wonho yang menyibukkan diri dengan menyambut tamu berlalu-lalang meski tidak bisa menutupi hidungnya yang memerah. Aku benci suasana menyakitkan seperti ini, rasanya aku sangat mual seakan seluruh isi perutku harus di keluarkan.

Ketika mulai senyap, aku memaksa Minhyuk untuk beristirahat. Kihyun dan Wonho ada di ruang lain, melayani pelayat. Yah, tinggal aku sendiri disini.

Dengan sosok Lee Jooheon yang masih bisa tersenyum dalam foto, mata sipit dan lesung pipi yang masih ku ingat jelas. Aku akan sangat merindukkan orang itu, kenapa dia harus pergi dengan mengenaskan?

Kakiku mendekati figura hitam yang di kelilingi bunga segar, sangat harum. "Berhenti menunjukkan senyum itu! Apa kau senang? Minhyuk tidak perlu menendangmu di pagi hari agar tidak telat, kenapa kau pergi dengan cara itu!" Mungkin aku sudah gila berbicara dengan foto seorang diri.

"Aku ingin kita semua tertawa, tertawa seperti biasanya. Bahkan untuk hal yang tidak lucu sekalipun, aku merindukkan hal itu. Jahat!

Jika aku bisa memutar waktu, aku tidak akan membiarkanmu mati dengan mudah! Kau masih punya hutang padaku! Seharusnya bayar dulu!" Tidak kusangka ternyata air mata yang telah habis kini kembali berproduksi.

Aku menghela nafas panjang dan memejamkan mata sesaat, menenangkan pikiran sebelum aku membicarakan hal yang tak masuk akal lagi. Memutar waktu? Itu hanya ada dalam cerita fiksi anak-anak, tidak mungkin di dunia nyata.

Hati kecilku masih beraharap kemungkinan itu, walaupun hanya ada keyakinan 0.01% setidaknya aku akan terus berharap sampai semua bisa terjadi. Aku ingin menikmati waktu bersama mereka lebih lama lagi.

Kelopak mataku terbuka, merasa ada yang berdiri di dekatku dengan pakaian serba hitam. Tidak aneh memang karena ini rumah duka, tapi itu membuatku terkejut karena tak terdengar langkah kaki. Apa dia hantu? Atau malaikat maut?

"Nugu..?" Aku memeriksa penampilannya yang begitu rapi, kaki jenjang dan wajah seperti tokoh manga jepang hang keluar dari komik. Untuk beberapa detik aku mulai berhalusinasi.

"Hwang Chaerin, matchi?" Dia bertanya tanpa menoleh padaku, dasar tidak sopan. "Nuguseo? Bagaimana kau tau namaku?"

"Apa kau merasa kesal karena hal ini terjadi?" Keningku hanya bisa berkerut dengan pertanyaan anehnya, "chogi, sebenarnya siapa kau ini?"

"Kita pernah bertemu, apa kau lupa?" Akhirnya pria itu menoleh dan aku terpaku dengan wajah tampannya, bisa-bisanya aku berpikiran kotor seperti itu di ruangan duka.

DramaramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang