10

249 41 6
                                    

Seminggu berlarut dalam kesedihan, Minhyuk akhirnya bisa tersenyum lagi. Meski melihatnya kembali seperti biasa sangatlah sulit, perjalanan Jooheon dan Kihyun juga di tunda beberapa hari sejak kejadian kecelakaan pesawat yang melenyapkan kehadiran Chankyun di sisi mereka.

Hyungwon tidak sering datang menghampiri Chaerin karena Minhyuk bisa melihatnya, semakin jarang mereka bertemu maka semakin sulit untuk agen lintas waktu mendeteksi posisi Hyungwon.

Chaerin ada di dekat Minhyuk bukan tanpa alasan, ia ingin mengembalikkan si penghidup suasana tersebut agar normal lagi. Jujur saja, Chaerin merindukkan sosok manis dan aktif Lee Minhyuk. Walau terkadang selalu membuatnya kesal.

Hyungwon duduk manis di dekat tempat tidur Chaerin, mengamati gadis yang sedang menatap arloji seperti miliknya. "Kau menyesal?" Tebak Hyungwon karena Chaerin tidak bicara sama sekali sejak ia datang. "Ya, aku tidak suka merasa sedih begini.. aneh rasanya"

"sepertinya Aku salah memilih, harusnya aku mencari orang lain"

"percuma kau menyesal, jadi bagaimana? Mana mungkin aku membiarkan Kihyun yang mati? Aku tidak ingin ada yang meninggalkanku lagi" Chaerin mengusap wajahnya, "itulah hidup, akan selalu ada pilihan. Meski kau tidak ingin melakukannya"

"Hei.. di masa depan, apa kau selalu berpakaian formal seperti ini?" Chaerin terduduk, "tidak.. tapi ada seseorang yang mengubahku?"

"Siapa? Bukan aku kan?"

"Tentu saja bukan, kenapa aku harus berubah untuk orang sepertimu" sanggahnya, "biasanya jika kasus seperti ini, pasti antara aku dan kau itu ada hubungan"

"Kau terlalu banyak nonton drama" Hyungwon menggeleng menyentil kening Chaerin. "kan aku bilang biasanya, kadang drama dan kehidupan nyata itu tidak jauh beda"

"terserah kau saja".

Tepat saat itu, ia kembali diam dan memejamkan mata sesaat. Ada bayangan yang melintas sekilas saat Hyungwon melakukan sentilan itu, Hyungwon langsung berlutut untuk memeriksa wajah Chaerin yang tertunduk.

"Apa aku memukulnya terlalu keras?" Hyungwon mencoba melihat wajahnya, "apa itu tadi?"

"Kau lihat sesuatu?"

"Mungkin karena aku banyak berpikir, jangan cemas" Chaerin tersenyum singkat, "cemas? Aku tidak cemas"

"Kalau tidak kenapa wajahmu jadi kaku begitu?" Goda Chaerin, "wajahku memang begini, yasudah aku akan pergi..."

"Baiklah, sampai bertemu besok"  Hyungwon terus melaju tanpa merespon lambaian tangan Chaerin.

Setelah pria itu pergi, Chaerin memijat kening. Mencoba mengingat bayangan yang sekelebat datang hanya karena sentuhan Hyungwon, ini pertama kali walaupun mereka sudah lama melalui banyak hari bersama. Chaerin mulai penasaran akan hubungannya dengan Hyungwon di masa depan.

Sementara Kihyun sedang memasak di dapur kediamannya, ada Wonho yang menginap. Sesekali mereka melakukan itu, Jooheon berniat ikut namun laki-laki dengan lesung pipi itu memilih menemani sang kakak yang masih dalam suasana berduka. Sebenarnya bukan hanya Minhyuk, mereka semua merasakan hal yang sama. Bahkan Hyungwon sekalipun.

"Wonho-yah" panggil Kihyun meski tangannya masih sibuk, "ada apa?"

"Apa kau percaya bahwa masa depan dapat dirubah?" Tanya-nya membuat Wonho menjeda kegiatannya mencuci selada, "kenapa bertanya begitu? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Hanya ingjn tanya pendapatmu"

"Aku tidak percaya pada hal semacam itu, tapi jika memang ada.. aku tidak akan merubah apapun" Wonho berhasil membuat Kihyun menoleh padanya, "lalu bagaimana jika kau bisa menghantikman takdir seseorang. Seperti menggantikkan posisi Shownu Hyung"

"Ada apa denganmu malam ini? Jangan buat suasana jadi menyedihkan" Wonho merangkul tubuh mungil Kihyun, menyembunyikan fakta bahwa ia bisa saja menangis hanya karena menedekar nama mendiang rekannya itu. "sudah selesai dengan seladanya? Sebentar lagi masakkanku matang" Kihyun menyudahi topik.

Bisa dibilang Kihyun adalah satu-satunya yang bisa membaca situasi diantara yang lain, meski kadang sikapnya bisa sangat menjengkelkan karena hal kecil. Terutama bagi Minhyuk yang sudah seperti tikus dan kucing jika sedang bersama Kihyun.

...

Minhyuk membuka pintu yang sudah di ketuk berkali-kali dengan tempo cepat, mungkin pintunya akan jebol jika saja di abaikan. Sudah jelas siapa yang bisa begitu, hanya satu orang. Wonho dan Kihyun, seorang gadis juga ada di belakang mereka. Chaerin.

Jooheon ikut menyambut kedatangan mereka, "bisa-bisa aku bosan karena melihat wajah kalian" sahut Jooheon mendapat rangkulan dari Wonho, membiarkan otot-otot lengannya mencengkram leher si pemilik lesung pipi tersebut.

"Aku lapar, apa ada makanan?" Tanya Chaerin memasuki dapur, "aku belum belanja"

"Kalau begitu kau harus pergi belanja, jangan dirumah terus" kata Kihyun memeriksa lemari pendingin, "Chaerin, kau ikut dengan Minhyuk sana, nanti biar Kihyun yang masak" perintah Wonho menyamankan posisinya di atas sofa yang lumayan empuk.

"Ayo" ajak Minhyuk meraih dompet dan ponselnya di dekat meja, Chaerin melambaikan tangan pada yang lain dan mengekori Minhyuk.

Ntah kenapa mereka merasa canggung, sudah lama tidak berdua seperti ini. Apalagi sejak kejadian yang menimpa Changkyun, Minhyuk jadi sulit di ajak bicara ataupun bercanda. Chaerin jadi tidak berani untuk sekedar melihatnya.

Suasana mobil yang biasanya terasa sangat nyaman apalagi ketika bersama Minhyuk, kini hanya ada hawa dingin dan suram. Seperti aura negatif Minhyuk menyebar luas di sekitarnya.

Chaerin melirik ke belakang dan sudah mendapatkan sosok Hyungwon, kedua matanya kembali melihat ke arah Minhyuk sekilas. Memastikkan bahwa lelaki di balik kemudi itu bisa benar-benar melihat Hyungwon, ia yakin mereka sempat berdebat beberapa hari lalu.

"Aku tidak bisa melihatnya sekarang" Chaerin menoleh cepat ketika Minhyuk seakan menjawab pertanyaan di benaknya yang tak terucap, "ma.. maksudmu?"

"Lelaki tinggi itu, aku tidak bisa melihatnya hari ini" jelasnya sekali lagi sambil memeriksa bangku belakang yang tidak menunjukkan apapun padanya.

"Apa kau mengenal orang itu?" Tanya Chaerin, "hei kau tidak bisa membicarkanku hanya karena dia tidak bisa melihat ku" protes Hyungwon mendapat tatapan tajam dari Chaerin untuk bungkam dan diam saja.

"Ntahlah, wajahnya terlihat tidak asing"

"kau pernah melihatnya? dimana? kenapa aku tidak pernah ya?" Chaerin mencoba mengingat ulang berharap menemukan bayangan Hyungwon di kepalanya, "aku hanya penasaran kenapa orang dari masa depan sungguh bisa datang kemari" Minhyuk melirik kaca di dekat kemudi meski tidak bisa melihat Hyungwon, tapi sepertinya ia bisa merasakan kehadiran pria itu.

"singkirkan matamu" kesal Hyungwon karena tatapan tajam Minhyuk, "he.. hei kau harus fokus ke depan"

"apa dia ada di belakang?" tanya Minhyuk kembali memperhatikkan sudut jalanan, "ti..tidak, memang kenapa?"

"aku akan mampir ke suatu tempat, kau nanti bisa pulang sendiri?" Chaerin hanya mengangguk, tidak bisa protes karena kondisi Minhyuk. Mana mungkin ia berani menyela seperti biasanya, dan sungguh keadaan itu membuat Chaerin ingin segera keluar dari mobil.

Minhyuk langsung melesat meninggalkan supermarket, Chaerin memperhatikkan pergerakkan mobil yang di kemudikan cukup cepat. Hyungwon ikut turun dan menggeleng miris dengan sikap Minhyuk yang menurutnya tidak sopan, meninggalkan seorang wanita dan memintanya untuk pulang sendiri.

"apa kau juga mengenal Minhyuk?" tanya Chaerin, "aku akan cerita jika sudah saatnya, bersabarlah sedikit"

"aku ini tidak bisa sabar"

"cepatlah belanja! yang lain sedang menunggumu" perintah Hyungwon mendorong bahu Chaerin agar segera berjalan masuk.

.

.

.

.

TBC

adakah yang kangen sama cerita ini?

DramaramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang