13

175 29 3
                                    

"Belum ada kabar" Chaerin menatap langit yang gelap dengan ponsel yang masih ada di genggamannya, "kau yakin tidak ingin pulang?"

"Aku sudah bilang bahwa akan menginap diluar, Minhyuk dan Wonho juga sudah ku kabari"

"Sepertinya ada perubahan kecil, tapi aku tidak tau apa itu" sahut Hyungwon duduk menemani Chaerin, "aku tidak ingin melihat foto temanku yang terpampang dirumah duka.."

"Chaerin-ah.."

"Kenapa aku harus melalui ini? Sudah sangat menyakitkan kehilangan mereka secara berturut-turut.."

"Hwang Chaerin.."

"Aku seperti orang bodoh yang tidak melalukan apapun untuk mereka, jika saja aku sedikit lebih berani pasti mereka bisa bertahan di dunia lebih la..." Chaerin menjatuhkan ponselnya saat Hyungwon meraih dagunya dan membuat bibir mereka saling menyentuh.

Chaerin mencoba melepaskan diri tapi tidak berhasil, meski Hyungwon memiliki fisik yang kurus dan tinggi sepertinya Chaerin tidak bisa menyaingi kekuatannya. Atau mungkin.. Chaerin tidak sepenuhnya ingin menepis?

Hyungwon mulai mundur ketika Chaerin sedikit lebih tenang, ia mengusap wajah dan mata bengkak gadis itu. Ia kembali membiarkan tangannya melingkar di sekitar tubuh Chaerin, "maaf atas kata-kata ku tadi.." lirihnya, "kau tidak salah.."

"Aku tidak tau apa yang akan terjadi nanti, jika keajaiban itu ada.. maka aku sangat berharap akan ada keajaiban" Chaerin melepaskan diri dan membiarkan Hyungwon melanjutkan kalimatnya.

"Meski pada akhirnya kau akan melupakanku, kuharap setidaknya aku akan mengingatmu" Chaerin mengerutkan kening, "kita akan bertemu lagi kan?"

"Kuharap begitu, aku juga ingin bertemu dengan yang lainnya" Hyungwon menatap arloji yang ada di pergelangan Chaerin, "apa jam ini akan tetap milikku jika saja tidak ada yang berubah nantinya?"

"Ntahlah, aku tidak yakin. Apa tidak masalah jika kau sendirian disini?" Hyungwon memeriksa sekelilng, kamar penginapan yang menurutnya kurang cocok untuk Chaerin. "Tentu saja, kau harus melarikan diri lagi kan?"

"Baguslah kalau kau mengerti" Hyungwon tersenyum.

Ia keluar kamar dan menunggu Chaerin mematikkan lampu, meski petugas antar waktu sudah berada hampir mendekati posisinya, Hyungwon tidak peduli lagi karena ia bisa menebak apa yang akan terjadi besok hari.

Hyungwon kembali masuk ke dalam kamar yang di tempati Chaerin, duduk di tepi ranjang dan mengusap lembut surai gelap gadis yang sudah terlelap itu.

"Harusnya aku tidak melibatkanmu jika pada akhirnya aku akan jatuh cinta lagi. Kau harus kuat saat aku tidak lagi berada di dekatmu. Aku juga berharap bisa melihat dan jatuh cinta lagi pada gadis sepertimu" ucapnya memberikan kecupan singkat di kening Chaerin dan segera pergi.

...

Suara tangis memenuhi ruangan, rasanya sangat dingin meski diluar sana matahari sedang bersinar terik dengan cerah. Untuk sebagian orang mungkin cuaca sedang panas-panasnya, tapi khusus untuk orang yang berduka...

Chaerin memijat keningnya, dan menatap wajah di depan cermin. Nafsu makannya hilang sejak pagi karena kabar yang tak mengenakkan dari Kihyun, ia bahkan tidak kuat jika harus kembali keruangan serba putih tersebut.

Ia melihat Kihyun yang duduk di lorong dengan kepala tertunduk, mungkin lelaki itu paling meras bersalah karena tidak bisa mencegah kepergian Jooheon. Chaerin mencoba mendekat untuk menenangkan.

Perlahan ia memeluk Kihyun yang malah membuatnya menangis kencang, beberapa orang yang melayat hanya bisa berbisik melihat pemandangan itu.  Sementara Minhyuk dan Wonho hanya fokus menyambut orang yang datang.

Kihyun akhirnya mengangkat wajah dan mengusap pipi Chaerin, "kau terlihat buruk"

"Kau juga begitu, bodoh" Kihyun tertawa kecil, "kau masih memakai jam itu"

"Jam? Sejak kapan aku pakai jam?"

"Ntahlah, apa itu dari seseorang?" Chaerin menatap arloji asing di tangan yang tidak tau sejak kapan ada di sana. "Ini jam tangan laki-laki kan? Kenapa terlihat kuno begini?"

"Menururku itu barang antik, sepertinya aku tidak pernah melihat ukiran itu" Kihyun menarik tangan Chaerin dan memperhatikan setiap detail arloji tersebut.

"Kau tidak apa-apa kan?" Tanya Chaerin sedikit menunduk, "tentu saja, Jooheon akan marah jika kita terlalu banyak menangis"

"Aku yakin Minhyuk masih menunggu kabar keadaan Changkyun" Chaerin kini menatap laki-laki yang sedang mencoba tersenyum di antara para pelayat, "bukankah persahabatan kita ini sangat manis?"

"Maksusmu?"

"Terlalu banyak yang terjadi, aku beruntung punya kalian yang saling menguatkan. Mungkin jika aku mati juga, aku akan berharap pada Tuhan untuk mempertemukan kita semua di kehidupan selanjutnya" Chaerin mengulum bibir dan memukul bahu Kihyun hingga meringis. "Kenapa kau ini!"

"Aku akan menghajarmu jika mengatakan hal menyedihkan seperti itu lagi"

"Ternyata Hwang Chaerin juga bisa menangis" ledek Kihyun, "aku sedang tidak memiliki energi untuk memukulmu"

"Hoi! Mau sampai kapan duduk disana?" Panggil Wonho dari kejauhan, "si gendut itu memanggil" bisik Kihyun berjalan lebih dulu.

Chaerin memeriksa sekeliling dan melihat seseorang tak di kenal meninggalkan area duka, karena mengira sosok itu adalah kenalan Jooheon, Chaerin berlari kecil untuk mengejar.

Kini ia berhenti tepat di depan lelaki tinggi tersebut sambil mengatur nafas yang memburu, "maaf, apa kau kenal dengan Lee Jooheon?" Chaerin mencoba tersenyum dan tetap sopan di hadapan pria asing, tapi yang ia dapati hanya tatapan kosong. Seperti sedang bicara dengan batu.

"Gwenchana?" Pertanyaan dengan kata informal yang langsung mengerutkan kening Chaerin, "apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"... tidak.. mungkin aku salah orang" sahutnya membungkuk sedikit, begitupun Chaerin yang terfokus pada pergelangan tangan lelaki dengan pakaian serba hitam.

"Arloji?" Gumamnya menoleh namun tak mendapati pria misterius itu, Chaerin yakin bahwa jam yang digunakan pria tadi persis seperti di tangannya.

...

"Sudah puas?"

"Sebenarnya belum"

"Kau sedang bergurau denganku?" Suara dingin yang mencekam tapi tidak berlaku untuk Hyungwon, "kalau begitu kenapa bertanya? Sudah jelas aku tidak akan pernah merasa puas dengan pertemuan sesingkat itu"

"Aku sudah bilang jangan berani-beraninya mencoba hal diluar kekuasaanmu, pada akhirnya kau sendiri yang akan menderita" Hyungwon menyodorkan kedua tangannya dan membiarkan sebuah borgol melingkari kedua pergelangannya.

"Masa hukumanmu mungkin akan lebih lama dari dugaan"

"Aku tidak peduli lagi, dengan melihat mereka aku bisa sedikit lebih tenang"

"Kau memang sudah gila, toh mereka tidak akan mengenalimu di kehidupan selanjutnya"

"Apa menurutmu aku akan jatuh cinta pada orang yang sama?" Hyungwon nampaknya masih ingin berlama-lama di atas atap sebuah bangunan tempat rumah duka berada. "Itu bukan kuasa ku, kemungkinan besar kalian akan bertemu. Tapi aku tidak yakin kalian akan saling jatuh cinta atau tidak"

"Aku mencintainya sepihak, dia menyukai orang lain dan aku tau siapa itu" Hyungwon berjalan lebih dulu mendekati sebuah lubang hitam.

"HYUNGWON!" suara yang membuat kedua lelaki berpakaian serba hitam menoleh serentak, mata Hyungwon yang selalu terlihat datar kini membulat.























.
.
.
.
.
.
TBC

DramaramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang