Trapped

1.5K 121 1
                                    

Man lives with pride
Woman lives with beauty

***

Reno memperhatikan Zura yang baru saja memasuki lift.

Pasti mahasiswi.

Tebaknya melihat dari penampilan dan bawaannya. Zura mengenakan celana kulot berwarna khaki, kemeja biru tua yang ditutupi jaket denim, dan kepalanya tertutupi oleh hijab biru muda.

Cantik.

Kesan pertama Reno untuknya.
Ditambah dengan lesung pipi yang menambah kesan imut saat ia barusan tersenyum pada Reno. Sesuatu di dada Reno berdesir halus.

"Mau ke lantai berapa?" tanya Reno menawarkan bantuan. Melihat kedua tangan Zura sudah terokupansi oleh bawaannya.

"Sepuluh," jawab Zura sambil sekali lagi tersenyum kecil.

Senyumnya itu, terasa tidak asing di mata Reno. Seperti senyum yang telah lama hilang dari ingatannya. Reno membalas dengan sebuah anggukan lalu menekan tombol panel.

Keheningan terjadi di antara keduanya. Hanya ditemani suara gesekan katrol yang menggerek. Tapi sepi itu tak berlangsung lama.

Karena tiba-tiba ...

Grekkk!

Bruuuk!

Lift sedikit terguncang sebelum akhirnya berhenti beroperasi. Zura syok saat menyadari kini tubuhnya tengah menempel erat di pelukan pria itu. Cepat-cepat ia menarik tubuh salah tingkah.

"Ma—maaf. Nggak sengaja," sesalnya dengan wajah meringis malu.

"Nggak apa-apa. Liftnya mati." Reno membalas tenang.

Padahal ia sendiri sedang berusaha menenangkan jantungnya. Mungkin karena terkejut.

Ya, pasti karena itu.

"Ck, gimana ini?" Kata-kata resah itu begitu saja tercetus dari mulut Zura.

Bukan terkurung di lift yang sedang ia cemaskan. Tapi terkurung di lift bersama seorang pria, hanya berdua saja — itu yang membuatnya takut.

Ganteng pula.

Tambahnya dalam hati.

Pria tersebut menoleh karena menangkap wajah cemas Zura. Zura yang menyadari itu segera mengalihkan pandangan. Ia tidak mau pria itu membaca kekhawatirannya. Bagaimanapun juga Zura harus bisa menunjukkan sifat tangguhnya sebagai seorang wanita.

Reno berusaha menekan berbagai tombol di panel, tapi pintu lift tetap tertutup. Agar tidak menambah kecemasan wanita itu, Reno kembali berusaha terlihat tenang di depan Zura. Meskipun sebenarnya ia sama paniknya. Musibah seperti ini juga baru kali ini Reno alami.

"Tenang ya Mbak, saya coba hubungi operatornya."

Emmm ... bak?

Tombol bertanda bel merah yang ada di panel tombol di sebelah pintu ia tekan. Begitu ada jawaban seorang pria dari sana, Reno menjelaskan situasi yang mereka alami. Pria tersebut meminta keduanya untuk tidak panik dan memastikan jika bantuan akan segera datang.

Tidak panik? Bagaimana mungkin? Keduanya sedang mengkhawatirkan hal yang sama dalam hati.

"Mbak, bukan klaustrofobia, kan?" Reno buka suara untuk membunuh kecanggungan. Sekaligus memastikan situasi.

Embak? Lagi?

Zura menggeleng dalam diam. Kepalanya masih tertunduk. Tubuhnya benar-benar letih hari ini. Dari selesai Subuh, ia sudah meninggalkan apartemen. Dan baru jam segini kembali pulang. Berharap bisa segera rebahan di kasur, tapi malah jadi penghuni lift macet.

She Is BLUE (Completed) (Masih Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang