Part 34. The Truth

815 63 2
                                    

"Hahaha...gue enggak tahan buat ketawa, Ren." Reihan mengeluarkan gelak tawa yang terlalu menggelikan di perutnya.

"Jangan ngejek lo! Gue udah engap-engapan nahan emosi di depan si Sitta. Kayaknya itu perjuangan paling berat seumur hidup gue. Mana dia main cupika-cupiki melulu, astaghfirullah!" Reno bergidik ngeri jika mengingat apa yang ia perbuat kemarin dengan Sitta. Reno meraup wajahnya dengan kasar.

Bukannya menghentikan tawanya, kadar kegelian Reihan justru semakin bertambah mendengar curhatan Reno. Sedangkan Reno hanya memutar bola matanya melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Tapi, Sob setidaknya lo udah berhasil menjalankan misi. Mission accomplished! Enggak sia-sia 'kan pengorbanan lo?" Reihan yang sudah berhasil menenangkan dirinya, menepuk pundak Reno..

"Alhamdulillah. Untungnya langsung sukses. Enggak kebayang kalo kemarin gagal terus gue harus lebih lama lagi akting jadi Lee Min-Ho." Reno mengelus dadanya lega.

"Ashyedaaap! Jadi Lee Min-Ho? Gaya lo, Ndro!"

"Gue bukan Indro. Nama gue Reno!"

"Yaelah, becandaan doang ma-meen! Yang jelas sekarang urusan lo sama si wanita demit udah kelar. Waktunya menjalankan next mission!" Mata Reihan mengarah ke Reno, satu sisi alisnya dinaikkan.

                                  -----

"Apa Kak?? Lo cerita sama Kak Reno?" Sena membelalakkan kedua matanya mendengar penuturan Sitta yang sedang asyik mengikir kuku kakinya dengan santainya di atas ranjang.

"Iya, gue cerita.Tenang, Sen! Gue udah berhasil menaklukkan dia. Sekarang dia udah tekuk lutut sama gue."

Sena mengepalkan kedua tangannya. Sungguh ia tak percaya wanita yang dicintainya ini bisa sebegitu bodohnya.

"Kak, lo enggak curiga sama dia? Bertahun-tahun dia reject Kak Sitta. Terus sekarang baru sehari dia baikin, Kak Sitta percaya gitu aja?" Sena mulai meradang emosi.

Sitta menengadahkan kepalanya menatap Sena yang sedang berdiri di hadapannya, dengan tatapan polosnya.

"Hmmm...ya mungkin dia udah dapet yang namanya hidayah, terus baru menyadari gimana gigihnya perjuangan gue selama ini, terus ternyata dia jadi suka sama gue. Bisa aja 'kan? Lagian gue udah pernah bilang sama lo, cinta datang karena terbiasa." Sitta mengakhiri kalimatnya dengan senyuman menggoda.

"Damn!"

Lagi-lagi iman Sena sedang diuji.
Melihat orang yang selama ini dianggapnya kakak berpenampilan mengenakan tanktop dan short-pants, rambut panjangnya yang tergerai, wajahnya yang menggoda, membangkitkan gairah yang sejak SMP sudah ditahannya.

Tapi mengingat kebodohan yang dilakukan kakaknya ini, pikirannya lebih panik memikirkan konsekuensi yang harus ia terima nantinya.

Sena membalikkan badannya, ia berjalan mondar-mandir, mencoba menggunakan otaknya untuk memikirkan rencana yang tepat.

"Lo ngapain sih mondar-mandir kayak nyetrika baju kusut? Jengah gue lihatnya!"

"Gue lagi mikir. Gimana kalo sampai...aaargghhh!" Sena mengacak-acak rambut ikalnya yang mulai gondrong.

"Apaan sih? Lebay banget!" Sitta mencibir sikap adiknya itu.

Sena berjalan mendekati Sitta hingga wajah mereka sedikit berjarak.

"Ini gara-gara lo juga!" Tak sadar Sena membentak Sitta di depan wajahnya.

"Apaan sih lo? Jangan kurang ajar sama gue!" Sitta mendorong badan Sena menjauh. Tiba-tiba Sitta merasakan aura ketakutan muncul saat menghadapi adiknya itu. Mendadak adiknya terasa seperti orang asing baginya.

She Is BLUE (Completed) (Masih Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang