Part 40. Jealousy part 2

874 57 4
                                    


Ting!

Pintu lift terbuka. Ara segera menekan kembali tombol lift hingga pintunya menutup. Lalu ia menekan tombol B. Tadi Ara telah tidak sengaja mendengarkan percakapan antara Reno dan Sitta, hingga ke bagian di mana Reno menawarkan untuk mengantarkan Sitta ke apartemennya yang berada di Pakubuwono. Jadi saat ini mereka pasti berada di lantai basement.

Ia mengingat kawasan apartemen mewah itu. Seluruh ingatan Zura telah menyatu di otaknya. Lalu Ara memutar otaknya, jika pria itu memiliki apartemen mewah, kenapa sekarang justru tinggal di apartemen yang bisa di bilang rusun kelas menengah keatas ini? Ara mencoba menepis segala dugaan, apapun alasannya bukan menjadi urusannya.

Ting!

Pintu lift terbuka. Dan kini pria itu berdiri tepat di depannya. Ada beberapa orang penghuni yang juga berdiri di samping dan belakang Reno.

"Ara? Kamu...?"

Ara melangkah keluar, berpapasan dengan para penghuni lainnya yang melangkah masuk ke dalam lift. Pintu lift menutup di belakangnya pun menutup.

"Ini, Kak! Lupa, tadi juga sebenarnya mau mengembalikan kunci mobilnya." Ara memberikan kunci itu. Reno pun mengambilnya.

"Hmmm...lupa? Karena ada Sitta jadi lupa?"

"Ihhh...enggak ada hubungannya sama Mbak Sitta. Ya udah, gitu aja. Ara mau balik lagi."

"Ara, tunggu!"

Ara membalikkan badannya tapi tangannya segera ditarik oleh Reno. Ara terkesiap, ia menoleh ke tangannya yang sedang dalam genggaman Reno. Ini pertama kalinya pria itu menyentuhnya. Reno pun menyadari hal itu. Ia cepat-cepat melepas genggamannya.

"Maaf...ehm..." Hanya itu kata-kata yang dapat keluar dari lisannya, sisanya tercekat di kerongkongannya.

"Ada apa?" Ara buru-buru bertanya, ia sedang berusaha menstabilkan debaran jantungnya.

"Itu...kuenya benar buat Violet?" Reno menunjuk ke arah box yang sedang ditenteng oleh tangan kanan Ara.

"Ya 'kan tadi sudah bilang. Udah ah, nanti kelamaan dibawelin Mbak Vi." Ara membalik badan lagi. Ia menekan tombol lift.

"Ehm...setahuku Violet enggak doyan kue yang manis-manis, apalagi cake yang seperti kue ulang tahun begitu." Kembali Reno menunjuk ke arah cake berukuran 10 x 20 cm itu.

"Hmmm...hapal banget ya sama seleranya mantan." Ara menyindirnya.

"Ya hapallah. Kenapa? Cemburu?"

"Iihhh...GR banget sih! Ngapain cemburu? Kak Reno bukan siapa-siapanya Ara juga." Ara melengos.

"Ya udah, maunya dijadikan apa?" Reno menantangnya. Momen menggoda Ara seperti ini sudah lama dirindukannya.

"Ren, sudah ketemu kunci mobilnya?" Dari arah belakang terdengar suara Sitta memotong pembicaraan.

Lagi-lagi Reno menghela napas. Sungguh, timing yang tak tepat! Diperhatikannya ekspresi wajah Ara yang telah berubah. Padahal tadi ia sedang menikmati detik-detik perubahan warna wajah Ara yang terus meningkat kadar kemerahannya.

"Ehm...sudah kok, Mbak. Tuh, sudah di tangan Kak Reno. Saya duluan ya."

Ting! Pintu lift terbuka. Saved by the elevator! Ara pun segera masuk ke dalamnya. Ia sengaja menengadahkan wajah ke atas untuk menghindari tatapan Reno yang terlihat kecewa.

                                ----

"Hah? Mas Reno nganterin Sitta nginap di Pakubuwono??" Sherin terkejut mendengar cerita Ara.

She Is BLUE (Completed) (Masih Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang