Part 27. Bisik-bisik Tetangga

985 86 5
                                    

"Pada lagi ngomongin apaan sih?" Ara bertanya dengan penasaran melihat Reno dan Faisal yang sedang saling berbisik dengan raut wajah serius di ujung ruangan.

"Ya ngomongin urusan mereka 'lah. Mau tau aja kamu. Makan buah dulu ya, buat nambah-nambah asupan." Digo sedang berusaha mengalihkan perhatian Ara yang sedari tadi memandangi kedua pria di sudut ruangan itu. Ia mengambil sebuah apel di keranjang buah.

"Emangnya Ara bayi kudu dikasih asupan segala?" Ara memanyunkan mulutnya.

"Iya kamu bayi, bayi gede. Kayak Baby Huey." Digo mengejek Ara yang menjadi semakin manyun.

"Ck...Mas Digo lawas banget sih!"

Sebenarnya Faisal sedang menceritakan pada Digo kenapa ia bisa mengenal Digo, yang dipanggilnya Indi itu.

Ia menjelaskan pada Reno bahwa Digo adalah sahabatnya di kampus saat menempuh pendidikan S1 di salah satu universitas negeri di Bandung.

Saat mereka masih kuliah, Digo banyak bercerita pada Faisal tentang keluarganya, sekaligus perihal musibah yang menimpa Ara dan Violet adik-adiknya.

Bahkan, saat Digo mengalami kesulitan finansial, Faisal-lah yang membantu memberikan pinjaman padanya.

Dan Faisal jugalah yang dulunya mengajak Digo untuk berbenah diri, memperbaiki akhlak, agar menjadi pribadi yang lebih soleh dan taat pada Allah SWT serta meneladani Rasul-Nya.

Awalnya Faisal mengajak Digo yang juga teman satu kosnya untuk mengikuti Mabit, Malam Bina Iman dan Takwa di kampus. Ternyata mengikuti majelis ilmu dan dzikr tersebut menjadi titik balik hidup Digo.

Ia bertekad menjadi seorang muhajir, orang yang melakukan hijrah, meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah dan kembali pada jalan Allah.

Karena memang sebelumnya, ia merasa jauh dari Sang Pencipta, ia masih melakukan apa yang menjadi larangan-Nya, jangankan sholat sunnah, sholat fardhu saja ia lakukan sesempatnya. Dunia ia kejar, akhirat ia tinggalkan.

Digo menyadari dosa-dosanya di masa lalu. Namun setelah mengikuti kegiatan Mabit perdananya itu, ia bertekad berubah untuk menjadi pribadi yang lebih baik, bukan hanya untuk bekal di hari akhir, tapi juga bekalnya agar menjadi manusia yang bermanfaat dan bekal menjadi imam jika nantinya sudah berkeluarga.

"Mas, mereka kok ngomongin urusannya lama bener sih? Eh, kok bisa ya Pak Faisal kenal sama Kak Nanta? Pak Faisal kan temannya Mas Digo."
Ara menopang dagunya dengan tangan bertumpu di atas bantal. Dahinya sedari tadi mengernyit memandangi kedua pria itu.

"Ckckck...kepo aja sih? Mas juga enggak tahu." Digo mengangkat kedua bahunya.

"Emang Mas enggak kepo? Maksud mereka kesini mau ngapain sih?"

"Eh Ra, tugas akhir kamu gimana? Udah bimbingan sama Faisal?" Digo kembali mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Kok Ara enggak inget ya, Mas? Sepertinya sih udah...tapi...kok...samar-samar ya?" Ara mencoba memutar ingatannya, tapi kenapa nyeri di kepalanya datang menghampiri lagi.

"Ooh...ya udah, enggak usah dipaksa mikir. Nanti tanyain aja langsung ke Faisalnya." Digo kembali khawatir, takut-takut alter-ego adiknya muncul kembali.

Saat Zura lulus SMA, Faisal sudah menjadi seorang dosen. Awalnya Digo berpikiran agar sebaiknya Zura kuliah di kampus dan juga di program studi yang diajar oleh Faisal, agar lebih mudah mengawasi jika sewaktu-waktu adiknya itu berganti alter-ego di kampus. Bisa dibilang Faisal merangkap dosen  sekaligus semacam guardian-angel Zura selama di kampus.

Namun karena selama di kampus Ara jarang muncul ke permukaan, akhirnya Faisal perlahan melepas pengawasannya.

Zura adalah alter-ego dari Ara. Semenjak insiden tujuh tahun yang lalu itu, yang sering muncul ke permukaan adalah karakter Zura. Sementara kemunculan Ara selama tujuh tahun ini bisa dihitung dengan jari.

She Is BLUE (Completed) (Masih Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang