When everything has changed
Would you still be the same?
Would i still be the same?
Or shall we be just a complete strangers?
Walking by across each other with silent-lips.***
"Makasih lho," ucap Zura sekali lagi sembari mengambil-alih kedua tasnya dari tangan Reno.
"Sama-sama." Reno menjawab santai.
Tak sengaja matanya menangkap tulisan yang tertera di cover buku dalam genggaman Zura. Sebuah nama yang sangat ia kenal.
Azura Andhara?
Matanya membulat seksama.
Dia ...???
Reno meneliti kembali wajah Zura dengan seksama. Bertanya pada daya ingatnya sendiri, benarkah ia orang yang Reno duga?
"Ada apa, Mas?" tanya Zura saat menangkap kerutan di dahi Reno.
"Itu ... nama panjang kamu?" tunjuk Reno pada tulisan tangan itu.
"Iya. Kenapa?"
"Eh ... enggak. Nama kamu bagus."
Zura tersenyum lebar. "Mas Reno tipe player ternyata."
"Player?"
"Tadi di lift, ngajak kenalan aja halus banget caranya. Padahal tinggal nanya nama aja. Terus sekarang, bilang nama saya bagus."
Reno belum paham maksudnya sehingga dahinya berkerut.
"Cara-cara begitu nggak mempan di saya, Mas. Saya bukan cewek pada umumnya. Yang kalo direcehin dikit langsung malu-malu meong, pipi merah-merah macam dioles buah naga. Bukan Zura banget itu."
"Hahaha ..." Tawa Reno pecah seketika.
"Ternyata dia masih cewek yang sama."
"Kok ketawa sih? Emangnya lucu?" Zura menggaruk kepalanya yang tertutup jilbab.
"Ada-ada aja kamu. Hahaha ..." Tawanya masih berlanjut.
Zura heran kenapa pria itu tidak terlihat lelah. Padahal mereka baru saja mendaki gunung, untungnya tidak melewati lembah juga. Bahkan kini Reno tertawa lepas. Napasnya sangat teratur. Tidak seperti dirinya yang masih megap-megap. Ritme jantungnya pun masih tak beraturan.
"Mungkin cowok ini terbiasa berolahraga", ucapnya dalan hati.
Reno memang rutin menjaga staminanya. Jogging di pagi hari dan terkadang nge-gym di malam hari sudah jadi kebiasaan Reno sejak lulus SMA. Olahraga juga membantunya dalam mengurangi stres.
"Ngomong-ngomong, saya boleh minta air minum?" pinta Reno sembari mengelus lehernya, menunjukkan jika kerongkongannya kering dan membutuhkan pelepas dahaga.
"Sebentar ya. Saya ambilkan dulu. Tapi, Mas Reno tunggu di luar aja ya. Nggak enak kalau ada yang lihat." Zura membuka pintu apartemennya, meninggalkan Reno yang kembali memandangnya lekat.
Ia tersenyum tipis ketika punggung Zura menghilang di balik pintu. Menurutnya, perempuan ini tidak banyak berubah, kecuali dengan fisiknya. Beda sekali dengan yang dulu. Tapi Reno bertanya-tanya dalam hati. Kenapa nama panggilannya berubah?
Tidak sampai dua menit, Zura membuka pintu lalu menyerahkan segelas air putih dingin kepada Reno. Reno mengambil gelas tersebut lalu mendudukkan diri di lantai. Dalam sekejap, isi gelas beling itu kandas olehnya.
Reno bangkit untuk menyerahkan gelas kosong itu pada Zura.
"Terima kasih minumannya."
Zura membalas dengan anggukan dan senyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is BLUE (Completed) (Masih Revisi)
RomanceJudul awal : Ketika Ungu Menjadi Biru "Gimana Mas Reno bisa menghadapi masa depan kalau masa lalu aja masih digenggam? Lepasin aja. Siapa tau masa depan Mas Reno jauh lebih berharga dari masa lalu. Nggak rugi kan jadinya." "Kalau kamu mau jadi masa...