Reno sudah kembali ke kamar rawat inap ayahnya selesai berkunjung dari kamar Violet.Untung saja saat ia masuk tadi, ayahnya sedang tertidur. Tadi sebelum ia menyeret Sita keluar dari kamar ayahnya, Reno meminta bantuan perawat untuk menjaga ayahnya sebentar.
Dan ia baru saja teringat akan pertolongan si Mbak Perawat saat sedang asyik mengobrol dengan Fadil dan Violet.
Alhasil saat ia tiba di kamar ayahnya, ia langsung mendapat tatapan tidak bersahabat dari sang perawat. Salahnya juga, menjadi orang yang tidak tahu diri.
Saat sedang menunggu kedatangan Raras untuk berganti giliran jaga, Reno kepikiran akan wanita yang disebutnya sebagai calon istri. Lalu ia mencoba mengirimkan pesan ke Digo lewat ponselnya. Namun sudah 10 menit berlalu, balasan pesan dari Digo belum juga ia terima. Padahal ia sangat ingin tahu bagaimana kondisi Zura saat ini.
Setelah mendengar peristiwa naas yang menimpa Ara dan Violet, Digo menjadi gemar mengumpat dalam hati. Sungguh diluar nalarnya, adanya remaja-remaja tanggung yang bisa begitu sadis dalam mem-bully sesamanya sampai-sampai seorang Ara berniat untuk bunuh diri.
Kemarin ia lupa menanyakan pada Digo dan Fadil kelanjutan dari kasus penganiayaan dan pelecehan yang dialami oleh Ara, apakah para pelakunya sudah diproses ke ranah hukum atau belum? Karena jika memang belum, bisa dipastikan Reno yang akan mengambil langkah tersebut.
Tok...tok...tok! Ckrek! Pintu kamar dibuka dari luar.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Maaf ya Ren, Tante telat. Tadi nungguin Ical pulang dari kampus, katanya meeting dulu sama Dekan." Tante Raras memasuki ruangan dengan menenteng plastik keresek berisi bungkusan makanan yang dikemas dalam dus.
"Iya enggak apa-apa, Tan. Terus Pak Dosen-nya mana sekarang?" Reno melangkah maju untuk menyalami Tante-nya itu dengan takzim.
"Masih nyari-nyari tempat parkir. Penuh banget parkirannya. Di makan nih Ren, Tante bawain nasi padang." Raras mengeluarkan tumpukan dus makanan dari dalam keresek.
Ical yang sedang dibicarakan di sini adalah Faisal, putra pertama Raras, sekaligus sepupu Reno yang berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas swasta terkemuka di Jakarta. Reno dan Faisal sudah menjadi teman sepermainan sejak kecil, meskipun Faisal lebih tua tiga tahun dari Reno.
"Kayaknya emang penghuni rumah sakit lagi rame, Tan. Musim pancaroba biasanya musim penyakit." Reno menyambar dus kotakan berisi nasi padang di hadapannya.
"Mau musim apa juga yang namanya rumah sakit ya pasti rame. Kalo sepi namanya kuburan." Raras tertawa sendiri sembari melipat keresek.
"Garing deh, Tan." Reno melirik malas ke arah Tantenya.
"Kriuk...kriuk gitu ya, kayak emping di goreng." Raras mencoba melucu kembali.
"Yassalaaam, masih dilanjut aja!" Reno menepuk dahi untuk kedua kalinya.
"Biar kamu ketawa Ren. Habisnya mukamu tuh kusut kayak jemuran enggak disetrika seminggu."
"Banyak pikiran, Tan." Reno melanjutkan makannya.
"Pikiran enggak usah dipikirin, kayak Tante nih. I'm single and very happy." Raras menyanyikan lirik salah satu lagu Oppie Andaresta yang pernah nge-hits itu sambil menggoyangkan badannya bak seorang penari.
Reno tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Tante-nya itu. Walaupun Reno tahu di dalam hati wanita paruh baya tersebut menyimpan luka dan sedih yang cukup dalam.
Raras bercerai sekitar dua tahun yang lalu, mantan suaminya kembali berhubungan dengan mantan pacarnya zaman SMA dulu, malah kabarnya mereka akan segera menikah. Mereka bertemu kembali di acara reuni akbar SMA. Mungkin memang percikan-percikan di masa lalu masih tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is BLUE (Completed) (Masih Revisi)
RomanceJudul awal : Ketika Ungu Menjadi Biru "Gimana Mas Reno bisa menghadapi masa depan kalau masa lalu aja masih digenggam? Lepasin aja. Siapa tau masa depan Mas Reno jauh lebih berharga dari masa lalu. Nggak rugi kan jadinya." "Kalau kamu mau jadi masa...