Part 25. Calon Bidadari

998 87 1
                                    


"Reno...lepas! Lepasin! Sakiiit!" Sitta meraung meronta-ronta. Reno sedang menyeret Sitta keluar dari kamar VIP tersebut.

Reno menyeretnya hingga ke koridor di depan taman, lalu lengan Sitta dihempaskannya dengan kasar.

Sitta yang merasa kesakitan, memutar-mutar pergelangan tangannya untuk mengecek kulitnya yang berbekas merah.

"Lo itu cewek nggak beres ya!" Reno berteriak tertahan di hadapan Sitta. Ia tidak peduli menjadi pemandangan orang-orang sekitar.

"Kamu kasar banget sih! Aku berniat baik datang kesini, mau jenguk ayah. Tapi perlakuanmu kasar sekali!" Sitta balas menjerit kecil, kakinya yang mengenakan stilleto menghentak-hentak lantai.

"Apa tadi lo bilang? Ayah? Lo...bukan siapa-siapa gue!" Reno menunjuk-nunjuk wajah Sitta.

"Reno! Aku calon istri kamu!" Sitta memandang tajam.

"Jangan harap!" Reno tertawa sinis.

"Woiii, yang sopan dong sama cewek! Nggak pernah diajarin apa sama orangtua?" Seorang pria seumuran Zura menegur Reno. Ia sedang mengunyah batang korek api di sudut mulutnya. Reno mengenal pria ini.

"Kalian kali yang nggak pernah diajarin sopan santun sama orangtua." Reno menyengir tipis, menyindir Sitta dan adiknya. Ya, pria itu adalah Sena, adik dari Sitta.

"Sena! Stay out of this!" Sitta memperingatkan adiknya.

"Cih! Kak, ngapain sih masih ngarepin cowok pecundang kayak dia?" Sena melepeh batang korek api ke sembarang arah.

Reno yang melihat perbuatan Sena, merasa jijik. Kakak-adik sama saja horornya.

"Benar yang adek lo bilang. Ngapain deket-deket sama cowok pecundang kayak gue!" Reno membalas nyinyir.

"Sena! Tunggu di parkiran sana!" Sitta memberi isyarat pada Sena.

"Ckkk...ogah ah! Panas! Gue tunggu di kantin aja." Sena mengipas-ngipaskan kerah kaosnya lalu beranjak ke kantin di sebelah.

"Ren, please...be gentle with me. We're meant to be. Aku ini jodoh kamu, sayang." Sitta membelai pipi Reno, suaranya mendayu merayu. Matanya berusaha menghipnotis.

Reno bergidik melihat perlakuan Sitta. Ia menampik telapak tangan Sitta yang menempel di pipinya.

"Nggak usah sok jadi Tuhan. Bukan lo yang nentuin jodoh!" Reno memicingkan matanya.

"Unfortunately...memang aku yang menentukan, sayang. Kamu lupa sama Tante Danish? Tanpa uangnya Tante Danish, kamu bisa apa?" Sitta terkekeh pelan.

Reno terpaku pada gemingnya, ia tak dapat berkutik. Hatinya melaknati wanita di hadapannya ini. Kadang ia bertanya dalam hati, dosakah jika ia mengharapkan wanita terkutuk ini enyah dari muka bumi?

Sitta mendekatkan wajahnya hingga sedikit berjarak dengan wajah Reno. Ia berjinjit dari stilleto-nya.

"Ingat Reno, you're mine! And will always be mine." Sitta mengecup kecil pipi kiri Reno.

Amarah Reno menguak, kedua tangannya mengepal. Andai saja makhluk di hadapannya ini bukan seorang wanita, mungkin ia sudah mengajak baku hantam.

"Kirim salam untuk ayah ya, sayang. Aku pamit dulu..." Sitta melemparkan kecupan jauh dari bibirnya. Ia berjalan ke arah kantin menyusul Sena yang sedang asyik mengepulkan asap rokok di sana.

Reno merasa geli melihat tingkah wanita itu. Digosok-gosoknya dengan keras pipi yang tadi disosor Sitta. Sepertinya ia harus thaharah .

Tak lama kemudian terdengar suara adzan, menandakan panggilan masuk waktu sholat Zhuhur.

She Is BLUE (Completed) (Masih Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang