[7] Awal Kelas Baru

81 11 0
                                        

Pelaksanaan Ujian Kenaikan Kelas telah berakhir, para siswa dan siswi tinggal menunggu hasil rapor mereka.
Hari pembagian rapor pun tiba. Para orang tua murid kelas X IPA 11 pun mulai berdatangan.
Setelah selesai para orang tua murid keluar satu persatu, para murid pun mulai menghampiri orang tuanya.

"Mah, gimana sama hasil rapor Puja?," tanya Puja yang segera menghampiri Anita.

"Puja, mamah tau kamu sekarang sibuk sama hobi nari kamu itu. Jadi ya..." ujar Anita tergantung.

"Jadi gimana mah? Nilai rapor Puja kecil ya? Maafin Puja ya mah," ujar Puja meminta maaf kepada mamahnya dengan penuh penyesalan.

"Kamu rangking satu Puja!," ujar Anita yang bangga terhadap anaknya sulungnya itu.
Oh iya, Puja adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dia mempunyai adik, namanya Ghifari Ramdhan atau yang biasa disebut Ramdhan. Dia sekarang masih duduk dibangku kelas 4 SD.

"Alhamdulillah mah," syukur Puja.

"Kamu pasti bakal masuk kelas unggulan Puja, sedangkan aku gak akan masuk ke kelas yang udah aku impikan," ujar Amalia yang baru datang sembari menunduk malu. Kelas unggulan yang Amalia impikan. Ya, ada dua kelas unggulan disekolah kami. Tapi, hanya kelas 11 dan 12 saja. Kelas 11 Ipa 2 dan kelas 11 Ipa 7, sama halnya dengan kelas 12.

"Jangan seperti itu dulu Amalia, siapa tau kelas 12 nanti kamu masuk kelas unggulan. Pokoknya, kamu harus tetap semangat belajarnya. Oke," Puja memberi semangat kepada Amalia. Sebenarnya Amalia juga pintar, tapi sayangnya ia hanya pintar di matematika saja. Jadi, pelajaran yang lain hanya mendapat nilai yang kurang memuaskan.

"Iya Puja. Makasih ya kamu udah semangatin aku," ujar Amalia yang segera memeluk Puja.

"Sama-sama Amalia," jawab Puja sembari mengusap pelan punggung Amalia.

"Ya sudah, aku mau kembali lagi ke sana ya. Selamat berlibur" ujar Amalia berpamitan pada Puja.

"Selamat berlibur juga Amalia," jawab Puja menunggingkan senyumannya.

Setelah hari terakhir pembagian rapor, seluruh siswa dan siswi SMA Harapan Bhakti menjalani liburan kenaikan kelas dan juga liburan Idul Fitri selama 1 bulan.

****

Puja Pov

Sudah lama aku tidak melihat Kris. Kemana dia? Apa dia sudah lupa denganku? Ah, masa sih?
Semoga itu tidak benar Kris, semoga kau masih tetap sama seperti saat aku baru mengenalmu.

Hari ini, hari pertama aku masuk kembali ke sekolah dan mulai duduk dikelas 11. Setelah selesai upacara bendera, para murid pun mulai berhamburan meninggalkan lapang dan segera beralih pada papan pengumuman untuk mencari kelas mereka masing-masing.

Sebenarnya aku juga tidak sabar melihat kelasku sendiri. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku harus mengalah karena yang ingin melihat bukan hanya aku saja tapi kakak kelasku dan teman-teman seangkatanku juga heboh dari tadi.

"Misi-misi, saya juga mau liat," ucapku yang menerobos kerumunan orang-orang ini.
Setelah aku sudah bisa melihat papan pengumunan, tentu saja aku langsung mencari namaku dan melihat kelasku.

Oh Tuhan, ternyata aku masuk kelas 11 IPA 7. Itu merupakan suatu kebanggan bagi diriku sendiri. Tapi, yang ku takutkan adalah persaingan di kelas itu pasti akan lebih sulit. Bagaimana tidak, para siswa-siswi nya pun merupakan peraih peringkat 1-10 di kelas 10 nya masing-masing.

Dan ternyata dari kelas 10 IPA 11 yang masuk ke 11 IPA 7 bukan hanya aku, tetapi juga ada 2 orang temanku yaitu Balqis Nur Syafira dan juga Dino Adha Maulana. Mereka memang pintar, Balqis meraih peringkat 2 setelahku sedangkan Dino meraih peringkat ke-3.

Setelah melihat papan pengumuman tak ada salahnya jika aku langsung saja ke kelas. Ketika sudah sampai dikelas aku pun mulai mencari tempat duduk dan teman sebangku tentunya.
"Puja!" Teriak seseorang memanggilku dari arah kelas.

"Wah, Dilla ternyata kamu juga masuk kelas ini," ujarku senang. Bagaimana tidak? Yang memanggilku adalah teman mainku ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar yaitu Fadilla Arsy.

"Iya, Alhamdulillah kita bisa sekelas ya. Biar bisa pulang bareng terus hehe."

"Iya juga ya. Eh kamu udah ada temen sebangku belum? Kalau belum sama aku aja" Aku masih kebingungan mencari teman sebangku dari tadi.
"Maaf ya Puja, aku udah punya temen sebangku. Jadi aku gak bisa duduk sama kamu," ujarnya meminta maaf padaku.
"Gak papa kok, aku bisa cari yang lain."

"Ya udah aku ke sana dulu ya," pamitnya yang segera meninggalkanku. Aku hanya membalasnya dengan anggukan pelan dan seulas senyuman.

"Puja, kamu belum ada temen sebangku kan? Sama aku aja ya. Aku juga belum punya temen sebangku" tiba-tiba Balqis menghampiriku dan berkata seperti itu. Yah aku sih mau-mau saja, walaupun rasanya agak canggung. Mungkin karena saat kelas 10 kita tidak terlalu mengenal. Tapi, aku akan mencoba lebih berinteraksi dengan teman sekelasku kali ini.

"Ya udah mau tunggu apa lagi? Ayo cari bangkunya," ujarnya sembari menarik pergelangan tanganku.

"Puja! Duduk belakang aku aja," titah Fadilla yang sudah menunjukan tempat duduk untuk kami. Aku dan Balqis pun segera menghampiri bangku belakang Fadilla dan segera mengisinya.

"Makasih ya dil," tak ada salahnya aku memberikan terima kasih kepada Fadilla yang telah memberitahukan tempat duduk-ku.

"Sama-sama Puja. Eh nama kamu siapa?," tanya Fadilla pada Balqis. Karena dia baru melihat Balqis.

"Nama aku Balqis Nur Syafira," Balqis memperkenalkan dirinya pada Fadilla dengan sopan. "Nama aku Fadilla Arsy," balas Fadilla sembari tersenyum.

"Oke, sekarang giliranku. Nama aku Puja..." baru saja aku memperkenalkan namaku langsung saja mereka berdua memotong ucapanku. "Kita udah tau Puja," itulah yang mereka katakan padaku. "Hehehe iya iya maaf."

"Sekarang pasti gak akan belajar kan? Aku mau ke luar dulu sebentar ya," pamitku kepada Balqis. "Iya," jawab Balqis singkat.

Berjalan-jalan keluar sebentar bukanlah ide yang buruk. Dengan menyelipkan earphone pada telingaku, mendengarkan beberapa lagu favoritku, dan segera menuju taman belakang sekolah untuk menghirup udara segar di hari pertama masuk kelas 11 ini.

Di taman sekolah terlihat tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang yang sedang membaca buku, memainkan handphone nya masing-masing, dan masih banyak lagi aktivitas yang mereka lakukan. Aku hanya duduk pada kursi taman dan menikmati angin sejuk dengan memejamkan mataku sejenak.

Baru saja aku memejamkan mata, terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekatiku dan ikut duduk disampingku. Awalnya aku tidak peduli, tetapi lama-lama aku juga merasa penasaran dan melihat sekilas kearahnya serta melepaskan earpohone yang sedang kukenakan. Ternyata dia adalah seorang pria.

"Hai, nama gue Rizky Seftian. Gue sekelas sama lo. Dari tadi gue penasaran sama lo jadi gue ngikutin lo ke sini," dia memperkenalkan dirinya padaku, tetapi aku masih saja tidak memperdulikannya dan masih menatap lurus ke depan.
"Kenapa lo gak sama temen-temen yang lain?" Lanjutnya.

"Belum kenal," aku hanya menjawab dua kata saja. Menurutku itu sudah cukup untuk membalas pertanyaannya.

"Gue belum tau nama lo"

"Terus?"

"Lo gak ngerti banget sih. Ya kenalin nama lo lah," ucapnya dengan nada sedikit kesal.
"Nanti juga tau," jawabku santai dan kembali memasang earphone serta meninggalkan laki-laki itu sendirian.

"Lo unik," ujarnya sedikit berteriak yang membuatku masih bisa mendengarkan apa yang diucapkannya barusan. "Unik" dua pria berbeda telah mengatakan hal yang sama padaku.




Senja & RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang