"Sudah jalan-jalan nya?"
Dia bertanya sembari tersenyum padaku.Aku bingung harus menjawab apa. Pertanyaan yang sederhana tapi sangat membingungkanku Kris. Sekarang dipikiranku hanya ada kata maaf.
"Puja, sudah jalan-jalan nya? Kalau sudah kamu harus segera istirahat ya. Oh iya satu lagi, kau sudah makan belum?" lagi-lagi kau menanyakan hal yang sama. Pertanyaan yang sama-sama membuatku merasa bersalah.
Akankah kata maaf mampu mengubah kau kembali? Jika itu benar, maka aku akan meminta maaf. Sungguh aku ingin sekali mendapatkan maaf darimu Kris.
Aku tidak tau kenapa aku harus mengucapkan maaf tanpa aku tau kalau kau cemburu atau tidak. Bagaimana kalau kau tidak cemburu? Kalau begitu, maka aku yang salah.
Ini adalah kata maaf yang pertama kali ku ucapkan padamu. Untungnya aku tidak berjanji untuk tidak mengucapkan kata maaf padamu dulu.
Aku ragu. Ya aku ragu kau cemburu atau tidak. Aku takut kalau kau tidak cemburu. Bukan maksudku untuk membuatmu cemburu, aku hanya takut kalau aku sudah berharap kau cemburu tapi ternyata kau tidak peduli sama sekali.
Sayangnya aku dan kau tidak terikat dalam suatu hubungan. Jadi, untuk mengira kau cemburu pun aku tak punya hak.
"Sudah Kris. Dari kapan kau berada disini?"
"Semenjak tadi siang Puja"
"Sudah lama dong Kris"
"Hanya sebentar. Aku kan menunggu kamu. Jadi walaupun seberapa lama waktunya menurutku itu adalah waktu yang singkat." Dalam keadaan seperti ini dia masih sempat menerbangkanku.Aku tau kalau kau kecewa denganku Kris. Tapi, dari mana saja kau tadi? Kenapa Rizky yang pertama menghampiriku Kris? Kalau saja kau tidak telat datang pasti kau lah yang akan berada disampingku.
"Ya sudah, aku pulang dulu. Kau pasti kecapean. Istirahat yang cukup ya Rembulanku." Tangannya yang hangat itu kembali menyentuh dan mengacak pelan rambutku. Setelahnya dia pun berbalik badan dan segera melangkah pergi menjauh.
"Puja, tunggu dulu"
"Apa lagi hm?"
"Jam 8 di taman ya"
"Siap pak bos!" ucapku sembari melemparkan senyuman dan memberikan hormat.Walaupun dia sedang merasa kecewa, dia tidak pernah marah padaku. Aku beruntung bisa mengenalnya lebih dulu sebelum wanita lain.
Setelah Kris pulang, aku pun segera memasuki rumah dan beristirahat.
"Assalamualaikum mah, Puja pulang"
"Waalaikumsallam nak, jalan-jalan nya kok lama sekali? Dari tadi Kris nungguin kamu loh. Semenjak kamu pergi sama Rizky, Kris udah dateng Puja""Kenapa dia gak bilang sama aku mah? Padahal tadi kan kita ketemu diluar"
"Loh, mamah kirain Kris udah pulang dari tadi. Ternyata dia masih nungguin kamu digerbang. Kasihan dia""Mah kok ngomongnya gitu sih?"
"Emang kenapa? Mamah benar kan. Kasihan Kris udah nungguin kamu yang lagi jalan sama cowok lain"
"Terserah mamah aja, aku capek mau istirahat dulu..."
"Anak jaman sekarang ya, kalau dibilangin susah ngertinya."Yang dikatakan ibuku memang benar. Kris menungguku dari tadi siang hingga sore seperti ini. Berarti dia belum makan. Aduh, bagaimana sih Kris, nanyain orang aja bisa, kamu sendirinya belum makan.
Setelah beristirahat dan makan malam, aku pun segera pergi ketaman untuk menemui Kris disana. Aku sudah rindu dengannya, meskipun kita baru bertemu tadi.
"Lo mau kemana Puja? Ini udah malem" Tiba-Tiba saja Zahra menghampiriku dan berkata seperti itu.
Oh iya, kalian pasti penasaran bukan, dimana adikku yang masih duduk di kelas 2 SD? Dia tidak tinggal bersamaku dan orangtuaku, dia tinggal dan bersekolah dirumah neneknya yang ada di Kota Jakarta. Sebagai penggantinya Zahra pun tinggal disini bersamaku dan juga kedua orang tuaku.
Harusnya aku yang tinggal bersama nenek di Jakarta, tapi aku tidak mau meninggalkan kota kelahiranku ini lagi pula Bandung lebih nyaman daripada Jakarta yang panas. Jadi ya, adikku harus mengalah dan tinggal bersama nenek di Jakarta.
"Gue mau pergi ke taman dulu sebentar"
"Gue ikut"
"Ah elah pengacau banget sih ni orang," ujarku memelan sembari berdecak."Ayo lah, sekalian jalan-jalan. Gue kan belum pernah jalan-jalan lagi semenjak dateng dari Jakarta."
"Ya udah ayo, cepet ganti baju"
"Galak amat sih lo, bentar gue ganti baju dulu"
"Ya udah cepetan!"Setelah Zahra selesai mengganti pakaian nya, aku dan Zahra pun segera pergi ke taman dan menemui Kris. Setelah sampai di taman, aku mencari Kris tapi hasilnya nihil. Aku tidak melihat Kris dari tadi. Kemana dia? Apa dia lupa dengan janji nya? Atau mungkin dia masih marah padaku dan melupakan janji nya?
"Puja, lo mau ngapain sih ke taman malem-malem?"
"Gue mau ketemu sama seseorang"
"Siapa? Emang penting banget ya?"
"Lo pikir aja nanti setelah ketemu sama dia.""Dimana sih?," ucapku yang sudah kesal dari tadi. Bagaimana tidak kesal? Aku sudah mencarinya ke sekeliling taman tapi belum menemukan Kris sama sekali.
"Marah-marah mulu lo"
Iya, aku memang sedang ingin marah. Zahra tidak tahu bagaimana rasanya manjadi aku.
Tunggu dulu, belum semua sudut di taman ini yang sudah kujelajahi. Masih ada satu tempat disana."Ayo ikut gue!"
"Kemana lagi sih? Kaki gue udah pegel nih"
"Ayo, ikut aja dulu!" terpaksa aku harus menarik pergelangan tangan Zahra yang sudah lelah.Aku dan Zahra pun segera pergi ke tempat itu. Dan setelah sampai, kakiku mendadak tidak bisa bergerak. Mulutku seakan membisu. Dan hatiku, hatiku mulai meretak.
Apa yang aku rasakan ini semesta? Air mataku lolos begitu saja tanpa seizinku. Dia, dia yang aku cintai sedang berada dalam pelukan seorang wanita lain. Apakah itu ibunya? Tidak, wanita itu masih seumuran dengan kita. Apakah ini rasanya cemburu pada seseorang? Apakah ini yang dirasakan oleh Kris tadi sore? Tidak, aku tidak berbuat lebih kepada Rizky. Tapi kau Kris, kau telah mematahkan hatiku.
"Loh itu bukan nya temen lo yang waktu itu dateng kerumah kan? Itu pacarnya ya? Yah gue kalah saing dong."
"Ayo pulang." Aku sudah tidak mau berada disini. Kau janji padaku akan menemuiku ditaman Kris. Tapi mana janji mu? Aku tidak mengenal Kris yang ini. Aku mengenal Kris yang dulu, yang tidak akan pernah mengingkari janji nya sedikitpun.
"Tunggu dulu, lo mau ketemu sama dia?" ucapnya yang baru menyadari niatku untuk pergi ke taman.
"Bukan urusan lo, ayo pulang"
Zahra hanya mengiyakan perkataanku dan segera mengikutiku pulang."Yang tadi itu pacarnya bukan sih?"
"Bukan."
Mendadak langkah Zahra terhenti mendengar ucapanku."Lah terus ngapain dia peluk-pelukan? Bukannya lo sama dia deket ya?"
"Gue gak tau Zahra, jangan bahas itu. Gue mau pulang."
"Gue harus selidikin cewek itu"
"Bukan urusan lo Zahra!"
"Bukan urusan gue, tapi urusan lo Puja!"
Aku terdiam mencarna kalimat yang barusan diucapkan oleh Zahra. Dia benar, ini memang bukan urusannya, tapi ini urusanku. Tapi, aku siapanya Kris? Apakah aku diizinkan untuk cemburu padanya? Sedangkan aku tidak tahu perasaannya untuk siapa."Terserah lo aja"
"Gue mau nyamperin mereka, lo tunggu dulu disini ya"
"Jangan ra.." ucapku sembari memegang tangan Zahra.
"Udah gak apa-apa" Dia pun kembali meyakinkan ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Rembulan
Teen FictionPerkenalan yang tidak terlihat istimewa. Perkenalan yang membawamu masuk kedalam suatu tempat dihatiku. Lalu dia pergi sebagaimana senja dan menutup hatiku rapat-rapat serta membawa satu-satunya kunci yang ku punya. Ya, tuan pemilik senyum yang hang...