[14] Selamat Tinggal

61 9 1
                                        

Setelah sampai di rumah sakit setempat Kris buru-buru turun dari motornya tanpa menghiraukan Helena. Kris tahu rumah sakit mana yang membawa Puja karena ia sempat melihat alamat rumah sakit pada bagian badan ambulan. Dia segera mencari dimana keberadaan Puja sekarang. Dia sangat khawatir kalau Puja kenapa-napa, apalagi penyebab semua ini adalah dirinya sendiri.

Matanya tak henti-henti menyapu seluruh sisi rumah sakit. Dan pada saat Kris ingin melangkahkan kakinya ke depan, langkahnya terhenti. Ya, dia melihat Puja yang terbaring lemah tak berdaya dengan berlumuran darah sedang didorong oleh beberapa perawat rumah sakit.

Kris segera mengikuti para perawat yang membawa Puja. Para perawat itu pun segera memasuki suatu ruangan dan Zahra dilarang untuk ikut bersamanya.

Kris hendak menghampiri Zahra tapi langkahnya terhenti. Sepertinya Zahra sedang menghubungi keluarganya. Niatnya ia urungkan dan Kris memustuskan untuk menunggu lagi.

"Assalamualaikum tante"

"Waalaikumsallam salam ra, kamu dan Puja dari mana saja? Kenapa kalian belum pulang? Ini sudah sangat malam"

"Kami sedang berada di rumah sakit tante"

"Loh siapa yang sakit? Kalian gak kenapa-napa kan?"

"Puja tan..."

"Ada apa dengan Puja?"

"Puja kecelakaan didepan taman, dan sekarang kondisinya kritis," kini tangis Zahra kembali pecah.

"Innalillahiwainnailaihirojiun, Zahra tolong sekarang juga kamu beritahu dimana ditempatkannya Puja"

"Iya tan, Zahra tunggu kehadirannya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsallam."

Setelah menelfon Anita, Zahra segera duduk pada kursi yang sudah disediakan oleh rumah sakit.

"Ra, gue mau ngomong sebentar sama lo," ujar seseorang yang sedang berdiri menghadapi Zahra.

"Ngapain lo kesini lagi hah?"

"Gue mau ngejelasin semuanya ra"

"Semuanya udah jelas, gue gak perlu denger alesan lo lagi Kris. Gue heran sama Puja, kenapa dia mau percaya sama cowok kaya lo!" amarah Zahra sudah membara saat ini.

"Maka dari itu gue mecahin keheranan lo dengan menjelaskan semuanya."

"Gampang banget lo ngomong kaya gitu," ucap Zahra yang menurutnya Kris tidak pantas menjelaskannya lagi karena dia sudah tahu semuanya.

"Plis ra, sekali aja," lagi-lagi Kris memohon dengan menyatukan kedua tangannya. Ini bukan salah Puja, ini juga bukan salah Helena, tapi ini semua adalah kesalahannya sendiri.

"Ya udah silahkan." kali ini Zahra memberikan kesempatan kepada Kris untuk menjelaskan semuanya.

"Cewek yang lo liat itu namanya Helena. Dia temen masa kecil gue sampai kelas 6 SD. Dan setelah dia lulus, dia pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan sekolahnya. Disitu gue kehilangan dia. Asal lo tau dia itu cinta pertama gue. Gue mulai cinta sama dia itu waktu masih kelas 3 SD. Dan semenjak dia pindah, gue merasa kesepian, sangat kesepian. Hobi gue sama dia itu sama, sama-sama suka liat bulan dan bintang dari atas genting. Semenjak dia pergi, hobi gue gak pernah berubah, karena saat gue merhatiin bulan, rasa rindu gue buat dia tersalurkan," kris menghentikan sejenak penjelasannya, dan segera menarik nafas lalu mengeluarkannya.

Senja & RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang