[10] Trauma Hati

72 10 0
                                        

Hari Minggu adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang, terkecuali aku.
Malas sekali jika sudah berhadapan dengan hari yang satu ini. Bukan nya aku tidak suka weekend, tapi hanya tidak suka jika sudah berada dirumah dari pagi sampai sore tidak keluar atau tidak main dengan teman-temanku.
Sekarang jam menunjukkan pukul 06.45. Dari pada tidak ada pekerjaan, lebih baik aku lari pagi saja di taman dekat komplek.

"Mah, Puja mau lari pagi dulu ya" pamitku pada ibuku yang sedang memasak di dapur.

"Sama siapa nak?"
"Sendiri aja"
"Gak sama Kris?"
"Nggak mah"
"Ya sudah hati-hati ya"
"Iya mah. Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam."

Setelah berpamitan, aku segera meninggalkan rumah dengan berbekal handphone dan earphone tentunya.
Lumayan lelah juga ternyata. Padahal jarak rumahku dan taman tidak terlalu jauh, hanya sekitar 350 meter saja.

Duduk dikursi taman ditemani dengan lagu favorit yang terus berputar dan memejamkan mataku sejenak sedikit membuat lelahku hilang. Coba saja kalau ada Kris, pasti akan lebih seru.

Saat aku sedang memejamkan mataku, tiba-tiba saja pipiku terasa sangat dingin. Aku tau ini pasti ulah Kris.
Aku tidak langsung membuka mataku, aku hanya tersenyum saat mataku masih tertutup.
Dan ketika aku membuka mata, kau pasti tidak akan percaya apa yang aku alami sekarang.

Sungguh aku tidak ingin berada di sini. Semesta, tolong aku. Tolong aku untuk menghilang saja dari sini sekarang juga, sekarang Semesta. Aku tidak ingin melihat dia lagi, aku mohon Semesta.

"Hai Al, apa kabar? Nih minum dulu airnya." suara yang sangat tidak ingin aku dengar lagi seumur hidupku dengan lancangnya dia telah menyapa ku dan menanyakan kabarku? Sungguh aku tidak ingin dia kembali lagi. Tidak, aku tidak pernah meminta dia kembali lagi Semesta, tidak pernah.

"Baik. Setelah kau pergi dari hidupku keadaanku membaik sekali." Tidak ada yang perlu dikatakan lagi padanya. Aku sudah muak melihatnya, lebih muak dari pada aku melihat Rizky.

"Al, aku mohon sama kamu. Maafin aku ya? Maafin aku yang hampir nyelakain kamu dulu."

Al, ya dia memanggilku dengan nama Al. Tentu saja itu dari nama Alika, Puja Alika Putri. Kenapa dia memanggilku Al? Katanya aku pantas disebut Al supaya nama panggilanku mirip denganya, agak geli sih tapi ya itu alasannya. Dan yang kedua, karena dia suka dengan nama Alika dari pada Puja.

"Hampir nyelakain katamu? Kamu sudah mencelakakan ku! Dan sekarang dengan mudahnya kamu minta maaf dan bilang kalau kamu cuman hampir nyelakain aku doang? Setelah kamu ngajakin aku untuk ketemuan di bar itu dan kamu gak datang-datang sampai malam. Kamu tau? Saat itu aku sendirian, gak ada orang yang aku kenal mereka semua sudah dewasa sedangkan aku masih kelas 9 SMP. Kamu juga tau kalau orang-orang itu udah maksa aku masuk bar dan mereka hampir nyentuh aku."

Sudah Semesta, aku sudah tidak tahan lagi dengan semuanya. Air mataku menerobos benteng pertahanan yang sudah ku tahan dari tadi.

Dia memang pria brengsek, sangat brengsek. Aldi dan aku sudah saling mengenal dari SMP kelas 1, tapi saat kelas 9 dia dipaksa melakukan tantangan dari teman-temannya yaitu meninggalkan aku sendirian di bar tanpa memperdulikan apapun yang terjadi padaku nantinya.

Bukankah dia sangat brengsek? Mungkin lebih dari iya. Dia telah mengorbankan ku hanya sebagai lelucon sebuah permainan saja. Kau tahu, bagaimana jika kau berada pada posisiku saat itu? Untung saja ada tetanggaku yang melihat dan segera menolongku.

Senja & RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang