[11] Sandaran

67 8 0
                                    

Dia mengusap pelan rambutku. Sebuah kehangatan terasa olehku dalam pelukannya ini.

"Maaf, maafin gue Ki." Aku menghentikan pelukanku dan segera melangkahkan kakiku kebelakang.

"Gak papa. Gue akan selalu ada disaat lo lagi butuh gue Puja."

Dan kini dia sedang menatapku dengan tatapan yang sangat dalam dan penuh dengan ketulusan.

Jika perempuan lain sudah ditatap seperti itu oleh Rizky, mungkin hati mereka akan luluh. Tapi entah kenapa aku tidak bisa luluh dengan tatapan nya. Seolah tatapan nya hanya tatapan biasa.

"Lo kenapa? Cerita sama gue. Kenapa lo bisa nangis kaya gini?"
"Gak, gue gak apa-apa ki."
"Bohong. Gue yakin lo kenapa-napa, tapi lo gak mau cerita sama gue kan? Gak papa kok, gue ngerti."
"Makasih ki"
"Makasih buat apa?"

"Makasih karena lo udah ada disaat gue lagi butuh seseorang buat nenangin gue."
"Kan tadi gue udah bilang. Gue akan selalu ada buat lo saat lo lagi butuh seseorang yang bisa nenangin hati dan pikiran lo."

Entah kenapa aku tiba-tiba tersenyum mendengar ucapan nya barusan. Dan aku baru tersadar, kenapa Rizky bisa mengetahui rumahku? Aku tidak pernah memberitahukan alamat rumahku padanya.

"Kenapa lo bisa tau rumah gue?"
"Gue akan nyari tau semua hal tentang lo Puja."

Dia baru akan mencari tahu tentang ku. Sedangkan Kris sudah tahu semuanya tentang ku. Ya ampun, kenapa aku membanding-bandingkan mereka berdua lagi? Sudah cukup. Kris tidak sama dengan laki-laki manapun.

"Jalan yuk," dia mengajakku pergi? Pergi dengannya menurutku pasti akan membosankan. Tapi dari pada aku hanya diam dirumah pasti akan lebih membosankan.

"Kemana?"
"Ke hati lo aja. Bisa gak?"
"Gak bisa."

Dia segera diam dan menutup mulutnya. Ucapanku tidak ada yang salah bukan? Dia tidak bisa pergi ke dalam hatiku. Karena disana masih ada Kris. Ada, dan selalu ada.

"Ya udah, sekarang lo siap-siap dulu ya"
"Ayo masuk dulu ki"

Aku pun masuk kedalam rumahku dan segera disusul oleh Rizky dibelakangku. Ternyata ibuku sedang berada diruang keluarga.

"Assalamualaikum mah. Puja udah pulang"
"Waalaikumsallam nak. Dia siapa?" mungkin ibuku heran karena yang berada dibelakangku bukanlah Kris, melainkan pria lain.

"Dia Rizky mah, teman sekelas Puja."
"Oh teman barunya Puja ya?"

"Iya tante, nama saya Rizky Seftian. Teman sekelasnya Puja."

"Lo tungguin dulu sebentar di sini"
"Santai aja, sambil gue ngobrol-ngobrol dulu sama ibu lo."

"Ya udah, terserah lo aja. Mah aku ke kamar dulu ya..."
"Iya nak"

Setelah kembali kekamar, aku pun segera membersihkan dan menyiapkan diri. Setelah selesai, aku segera turun untuk menemui Rizky dan ibuku di ruang keluarga.

"Puja, kok lama sekali? Rizky dari tadi nungguin kamu loh"
"Iya mah, maaf..."

"Ayo berangkat Puja"
Dia menarik pergelangan tanganku. Aku ingin sekali menepisnya, tapi ada mamah didepanku. Mana bisa aku menepisnya, bisa-bisa nanti aku kena marah karena tidak sopan kepada Rizky.

Senja & RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang