[4] Memberikan Harapan

96 13 0
                                    

Sesampainya disana mereka memesan terlebih dahulu bakso yang akan mereka beli.

"Pak, mésér mie bakso dua porsi," ( pak, beli bakso dua porsi ya) ujar Puja dalam bahasa Sunda.

"Muhun néng, mangga calik heula," ( iya neng, silahkan duduk dulu) jawab bapak penjual bakso itu.

"Tanganku hangat," ujar Kris tiba-tiba saat mereka sedang berjalan menuju meja.

"Kenapa?," tanya Puja yang tidak mengerti.

"Karena tanganmu," jawab Kris dengan wajah tengilnya.

"Yaampun, maaf-maaf. Aku lupa," sesal Puja yang langsung melepaskan genggaman tangannya dari tangan Kris.

"Tak apa, aku suka tanganmu. Lembut dan hangat sama seperti tangan ibuku," ujar Kris yang lagi-lagi menerbangkan hati Puja.

"Ini néng baksonya. Mangga dinikmati," ( ini neng baksonya. Silahkan dinikmati) ujar bapak penjual bakso yang baru saja datang.

" Hatur nuhun pak," ( terima kasih pak) ujar Kris dengan sopan.

"Muhun, sami-sami néng,"( iya, sama-sama neng) balas bapak itu dan langsung pergi meninggalkan tempat duduk Puja dan Kris.

"Asikk! Bakso sudah didepan mata nihh," ujar Puja dengan bersemangat.

"Pelan-pela Puja, nanti jatuh loh bakso nya, kan sayang," ujar Kris memperingati Puja.

"Iya Kris bawel," jawab Puja sembari menuangkan sambal yang begitu banyak tanpa saus dan kecap kedalam mangkuk baksonya.

"Astaga Puja, jangan banyak-banyak. Nanti kamu sakit perut loh," khawatir Kris karena Puja menuangkan sambalnya terlalu banyak.

"Kau ini kerjaannya hanya mengomeliku, seperti ibuku saja," jawab Puja yang tidak peduli dengan omelan Kris.

"Terserah kau saja lah, awas ya kalau besok kau sakit perut," peringat Kris yang terakhir kalinya.

"Kau tenang saja, perutku sudah terbiasa dengan hal seperti ini," jawab Puja yang hendak melanjutkan aktifitas makannya.

"Eh tunggu dulu, kita belum berdoa," ucap Puja sebelum melanjutkan aktifitas makannya.

"Oh iya, ayo kita berdoa dulu," jawab Kris yang langsung menyatukan tangannya untuk berdoa, sedangkan Puja menengadahkan tangannya sembari mengucapkan doa sebelum makan.

Setelah selesai berdoa dengan kepercayaan-nya masing-masing, mereka pun melahap bakso masing-masing hingga habis, mungkin karena lapar.

"Alhamdulillah, kenyang," ujar Puja yang telah menghabiskan semangkuk bakso.

"Puji Tuhan, aku juga kenyang," ujar Kris yang hampir bersamaan dengan Puja.

"Pak, sadayana sabarahaeun?," ( pak, semuanya jadi berapa?) Tanya Puja yang sudah menghampiri bapak penjual bakso itu.

"Janten 30 rèbu nèng," ( jadi 30 ribu neng ) jawab bapak itu.

"Ini pak," ujar Puja yang hendak memberikan uang kepada bapak itu.

"Ini saja pak," ucap Kris yang tiba-tiba menghentikan tangan Puja dan menjulurkan uang selembaran 50 ribu.

"Udh gak papa, dari aku aja," ujar Puja yang kembali menyodorkan uang itu.

"Dari aku aja udah," ujar Kris.

"Dari aku aja Kris," ujar Puja yang sedikit kesal.

"Aduh, néng, ujang, mau dari siapa atuh? Meni raribut waé keur bobogohan teh," ( Aduh, neng, ujang, mau dari siapa ini? Berantem melulu lagi pacaran teh) jawab bapak itu sedikit kesal karena Kris dan Puja yang selalu bertengkar.

Senja & RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang