"Sejauh apa Ayah pergi? Sampai tak bisa aku jangkau dari sini. Sebanyak apa pekerjaan Ayah di sana? Sampai tak bisa bertemu denganku, meski hanya sebentar saja."
-Altar Raga Syaputra
***
Setelah serangkaian acara lomba sudah selesai, orang-orang berbubaran untuk pulang. Sama halnya dengan Ayanna, yang mengajak Altar untuk pulang. Namun, anak itu belum mau pulang, Altar malah kembali berdiri di depan gerbang sekolahnya seperti yang dilakukannya tadi pagi.
"Raga ayo pulang, sayang. Kenapa kamu malah diam di sini?" tanya Ayanna masih bingung.
"Tunggu sebental, Bunda. Kalau Bunda pegel, Bunda duduk dulu di sana," ucap Altar, sambil menunjuk sebuah bangku yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Ayanna menghela napas panjangnya, ia tak tahu untuk apa lagi mereka tetap berada di sana? Acaranya sudah selesai sejak tadi, bahkan di sana pun mulai sepi. Karena orang-orang lebih dulu pergi.
"Ayanna sama Altar belum pulang?" tanya Adzwa, yang ternyata baru keluar dari lingkungan sekolah bersama rombongannya.
"Belum, Mbak. Nggak tau, nih, Raga lagi nunggu apa? Diajak pulang, malah diam terus di sini," jawab Ayanna.
"Altar kenapa belum mau pulang?" Kali ini Zivan yang bertanya.
"Altal lagi nunggu kejutan dali, Bunda," jawabnya, masih dengan kepalanya yang tidak berhenti celingak-celinguk seperti mencari seseorang.
Seketika Ayanna teringat ucapannya tadi, ia akan memberikan Altar kejutan kalau Altar mengikuti lombanya dengan semangat. Dan, Altar sudah membuktikannya, dengan semangat mengikuti lomba sampai mendapatkan juara pertama. Itu artinya Ayanna harus menepati janjinya untuk memberikan Altar kejutan.
Tetapi, ia tidak tahu jika Altar akan menagih kejutannya sekarang juga. Karena Ayanna belum mempersiapkannya sama sekali.
"Wah, Altar mau dikasih kejutan ternyata. Kira-kira kejutan apa yang akan dikasih Bunda Altar?" tanya Aldi.
"Bunda pasti suluh Ayah datang ke sini sambil bawa mobil-mobilan buat, Altal. Kejutan dali Bunda itu, pasti kedatangan Ayah Altal, Om. Iya, kan, Bunda?" tebak Altar dengan senyum senangnya, membuat Ayanna menggigit bibir bawahnya.
Ia tidak menjawab pertanyaan anaknya, ia memang akan memberikan kejutan pada Altar. Tetapi, bukan mendatangkan ayahnya di hadapan Altar sebagai kejutannya. Namun, kenapa Altar bisa berpikiran seperti itu?
"Raga ayo kita pulang, sayang," ajak Ayanna, ia tak bisa membiarkan Altar untuk tetap menunggu di sana. Karena bukan kejutan itu yang akan diberikannya pada Altar.
"Kok, pulang, sih, Bunda? Ayah, kan, belum datang ke sini, nanti kalau kita pulang. Ayah bakalan bingung nyali kita, kalena kita nggak ada di sini," protes Altar, membuat hatinya terasa sesak. Kenapa harus selalu ayahnya yang diinginkan Altar? Kenapa bukan yang lain?
"Ayah belum bisa pulang, sayang. Ayah belum bisa datang ke sini. Jadi, Ayo kita pulang Raga," bohong Ayanna, untuk kesekian kalinya ia membuat hati Altar kecewa karena terus berbohong tentang ayahnya.
"Bunda bohong! Ayah itu masih di peljalanan menuju ke sini. Jadi, Altal mau nunggu Ayah dulu sampai Ayah datang," keukeuh Altar, membuat Ayanna bingung harus membujuk Altar bagaimana agar anaknya itu mau pulang.
"Mas, Mbak kita pulang duluan. Permisi," ucap Ayanna sambil menarik tangan mungil Altar, agar mengikutinya untuk pulang.
Namun, Altar menahan tubuhnya, tidak menggerakkan kakinya karena tidak mau beranjak dari tempatnya. Hingga Altar berjalan terseret karena ditarik Ayanna. Membuat Adzwa dan yang lainnya tak tega sebenarnya, karena Ayanna terlalu memaksa Altar agar pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altar >< Altarik ✓
Любовные романыPertemuannya dengan seorang anak laki-laki bernama Altar, membuat hatinya terasa hangat dan selalu ingin tahu tentangnya. Ia tak mengerti, kenapa tiba-tiba ingin selalu bertemu dengan Altar? Regi hanya bingung, kenapa wajah Altar terasa mirip dengan...