Ayanna membersihkan meja yang baru saja ditempati pelanggan dengan pandangan kosongnya, tangannya bergerak mengelap meja itu. Tetapi, fokusnya hilang entah ke mana. Raganya berada di tempat itu, tapi pikirannya melalang buana. Sudah empat hari setelah kejadian di mana Regi mengetahui jika Altar adalah anaknya, ia merasa tidak tenang di manapun dirinya berada. Ia takut jika Regi datang kembali dan bilang pada Altar jika dia adalah ayahnya. Ia takut jika setelah Regi mengakui bahwa dirinya adalah ayahnya Altar, Regi akan melakukan sesuatu pada putranya itu. Ia tidak ingin Altar kenapa-kenapa, cukup dirinya saja yang selama ini menderita karena Regi.
Selama empat hari itu juga, Ayanna selalu mengantar Altar lebih pagi dari biasanya. Karena ia takut Regi akan datang ke rumahnya pagi-pagi. Dan, ia juga pergi menjemput Altar lebih awal agar saat Altar pulang bisa langsung pergi dari sekolahnya. Ia tidak membiarkan Altar menunggunya lama, seperti biasanya. Ia takut jika Regi akan datang ke sekolahnya Altar.
Dan, setelah menjemput Altar dari sekolah, Ayanna tidak mengantar putranya itu pulang ke rumah. Melainkan membawanya ke tempat kerja, ia sudah meminta izin sebelumnya pada Adzwa untuk membawa Altar ke restoran dengan berjanji jika Altar tidak akan mengganggu dirinya atau yang lainnya bekerja.
Adzwa tidak mempersalahkan itu, Adzwa mengizinkan Ayanna untuk membawa anaknya. Malahan Adzwa mengizinkan Altar untuk main di tempat permainan anak yang ada di samping restoran. Tempat bermain yang emang dibuat secara khusus oleh mereka, katanya buat nanti anak mereka semua. Jika memiliki anak masing-masing, anaknya bisa bermain di sana.
"Masih pagi, udah bengong aja," ledek seseorang yang mengagetkan Ayanna.
Ayanna tersenyum kaku, malu karena ketahuan melamun saat bekerja oleh Zivan. "Eh, Mas Zivan. Udah lama di sini, Mas?" tanyanya.
"Enggak juga, sih, baru datang," jawabnya yang langsung dibalas dengan anggukan Ayanna. "Kamu kenapa bengong? Lagi ada masalah?" tanya Zivan.
"Enggak, kok, Mas. Saya nggak apa-apa," jawabnya berbohong, kenyataannya ia memang memiliki masalah. Sangat besar karena telah bertemu dengan Regi.
"Jangan sering-sering melamun, nggak baik," ucap Zivan yang langsung diangguki Ayanna, bahkan Ayanna tidak sadar ia bisa melamun.
"Lho, Bang Zivan kapan ke sini?" tanya Adzwa yang baru saja datang menghampiri mereka.
"Baru aja, katanya mau pada ngumpul di sini, ya, trio curut?" ujar Zivan, ia tahu info itu karena di grup WhatsApp-nya penuh dengan notifikasi chatt yang membahas pertemuan pagi hari di A Five Resto.
Untuk itu, Zivan datang ke resto karena ia sedang malas berada di rumah. Ia tidak pergi bekerja, karena sedang sakit (katanya). Tetapi, saat Azka dkk merencanakan untuk berkumpul di resto, ia jadi ingin ikut gabung. Bukan hanya ikut gabung saja sebenarnya, tapi ada hal lain yang membuat dirinya datang ke resto itu.
"Iya, Bang. Mereka pada mau bolos kerja ke sini, apalagi ada Azka yang nggak ada jadwal kuliah," jawab Adzwa.
"Azka ada di sini?"
"Lagi ngambil barangnya yang ketinggalan di mobil," jawab Adzwa yang langsung dibalas dengan anggukan paham Zivan.
"Oh ya, Ayanna. Tolong buatkan dua jus alpukat, satu jus mangga, dua jus buah naga sama jus jeruk satu. Sebentar lagi pemilik resto ini yang lain akan datang, mereka suka rusuh kalau datang nggak disediain minuman seger," pinta Adzwa, membuat Ayanna sedikit bingung mendengar kata pemilik resto yang lain.
"Bukannya pemilik resto ini, Mbak Adzwa sama Mas Azka, ya?" tanya Ayanna, yang ia ketahui memang seperti itu. Adzwa dan Azka lah pemilik resto itu.
"Sebenarnya pemilik resto ini ada lima, saya, Azka sama tiga sahabat saya. Mereka memang paling jarang datang ke sini, karena kesibukannya masing-masing. Jadi, yang lebih banyak ngurus resto ini saya sama Azka," jawab Adzwa, ia memang tidak sibuk bekerja seperti yang lainnya. Azka yang melarangnya bekerja di tempat lain, mengurus resto saja sudah cukup merepotkan katanya. Sedangkan, Azka sendiri belum bekerja, karena masih kuliah kedokterannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altar >< Altarik ✓
RomancePertemuannya dengan seorang anak laki-laki bernama Altar, membuat hatinya terasa hangat dan selalu ingin tahu tentangnya. Ia tak mengerti, kenapa tiba-tiba ingin selalu bertemu dengan Altar? Regi hanya bingung, kenapa wajah Altar terasa mirip dengan...