13. Terbongkar

89K 8.7K 915
                                    

"Tapi lo nggak punya hak! Lo nggak punya hak memaksa Ayanna agar lo bisa ketemu, Altar. Ayanna ibunya Altar! Jadi, Ayanna berhak menentukan siapa aja yang boleh ketemu, Al-"

"Gue berhak ketemu, Altar! Gue berhak atas, Altar! Karena gue adalah ayahnya! Gue ayah kandungnya, Altar!" final Regi, membuat mereka semua kaget mendengar pernyataan dari Regi.

"APA?" teriak Azka, Adzwa, Aldi dan Sandy serentak, dengan kedua mata yang membulat. Sedangkan, Zivan terdiam mematung.

Mereka benar-benar terkejut, dengan apa yang diucapkan Regi barusan, dan juga tidak percaya dengan pernyataan yang Regi utarakan. Benarkah Regi Ayah kandungnya Altar? Tetapi, bagaimana bisa?

"Pergilah ... aku mohon pergi, Alta," lirih Ayanna, ia tak tahu lagi harus apa. Regi telah membongkar siapa dirinya di hadapan sahabat-sahabatnya sendiri.

"Ayanna, aku ingin bertemu dengan Altar. Aku ingin melihatnya, aku menginginkannya Ayanna." Regi juga sudah lelah dengan semuanya, kenapa sulit sekali baginya untuk bertemu dengan anaknya sendiri.

"Nggak! Kamu nggak pernah menginginkannya, Alta. Kamu sendiri yang tidak peduli dengannya, kamu sendiri yang mengabaikannya. Sekarang aku mohon ... Pergi! Pergi dari kehidupanku dan juga Raga. Biarkan aku dan Raga hidup dengan tenang, kami berdua sudah cukup menderita selama ini."

"Jadi, aku mohon ... jangan tambahkan penderitaan untuk aku dan juga, Raga. Aku sudah tidak memiliki apa-apa, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain, Raga. Aku hanya ingin hidup bersama anakku, tanpa ada penderitaan lagi untuk kami," pinta Ayanna, dengan tatapan memohonya pada Regi.

Air mata Regi menetes, sedari tadi ia berusaha agar tidak menangis. Namun, sekarang ia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi untuk tidak menetes.

"Tapi aku juga ingin hidup dengan anakku, Ay-" Regi tak melanjutkan ucapannya, ketika Zivan tiba-tiba menariknya dan membawanya pergi menjauh dari sana. Regi sempat meronta agar Zivan melepaskan cengkraman dari lengannya. Tetapi, lelaki itu malah semakin mempercepat langkahnya dan semakin kuat menarik Regi.

"Bang Zivan mau bawa Regi ke mana?" tanya Aldi bingung.

"Ayo kita kejar," ujar Sandy yang diangguki Azka dan Aldi.

"Kamu tunggu di sini, temani Ayanna, ya. Terus telepon orang rumah buat jemput Alexan," kata Azka pada Adzwa sebelum akhirnya ia pergi bersama dua sahabatnya untuk mengejar Zivan, setelah mendapat anggukan sebagai jawaban dari Adzwa.

---

Bugh!

Regi jatuh tersungkur setelah mendapatkan bogeman mentah secara tiba-tiba dari Zivan, bahkan setelah ia terjatuh. Zivan membawanya ke belakang rumah sakit, di mana tempat itu terlihat sepi. Jarang dilalui orang-orang. Regi tak bisa berbuat apa-apa, termasuk melawan Zivan, karena lelaki itu terus memukulinya.

Bugh!

Azka dan dua sahabatnya langsung menghampiri mereka dengan cepat, lalu Azka menarik Zivan agar tak lagi memukul Regi. Masalahnya sekarang mereka berada di rumah sakit, jangan sampai Zivan membuat kehebohan di rumah sakit itu dengan terus memukuli Regi.

"Bang, udah. Jangan bikin kekacauan," ujar Azka, sambil menjauhkan Zivan dari Regi yang sudah babak belur wajahnya.

"Lepasih gue, dia harus dikasih pelajaran!" ronta Zivan.

"Bang ini di rumah sakit, lo jangan bikin rusuh di sini. Banyak orang sakit, lo mau diseret satpam, huh?" Zivan berhenti meronta. Namun, pandangan matanya masih menatap Regi dengan tajam. "Berengsek lo, Regi!" makinya, ia teramat kesal setelah mengetahui fakta baru ini.

"Kalau lo tau Altar itu anak lo. Terus kenapa tadi lo nggak datang buat lihat dia lomba, huh? Apa lo nggak tau seberapa besar keinginan Altar untuk bisa melihat ayahnya? Apa lo nggak tau seberapa besar kecewanya Altar, karena ayahnya nggak datang?" Regi tak membalas apa pun, ia menyadari kesalahannya. Namun, tadi juga ia tak bisa pergi ke mana-mana. Untuk itu, ia tak bisa hadir sebagai Ayah Altar. Meski, di dalam hatinya ia sangat ingin. "Lo bener-bener berengsek, Regi!" lanjut Zivan.

Regi menundukkan kepalanya, air matanya tiba-tiba menetes. Rasanya sakit, bukan karena luka yang ada di wajahnya karena pukulan Zivan. Tetapi, hatinya yang sakit. Lagi, ia sudah membuat Altar kecewa tanpa ia sadari.

"Jadi, ini masalah lo sejak lima tahun lalu? Masalah yang lo tutup-tutupi dari kita semua?" tebak Azka dengan nada interogasi, dan hanya dibalas dengan anggukan kepala Regi. "Kenapa lo lakuin itu, huh?"

"Untuk balas dendam sama, Julian," jujur Regi, yang membuat mereka semua mengernyitkan dahinya.

"Julian?" beo Sandy.

"Julian Andreas? Ketua geng SMA Pelita dulu?" tebak Aldi, yang dibalas dengan anggukan Regi.

"Kenapa lo jadi cowok berengsek, huh? Apa lo nggak punya otak? Di mana hati lo saat melakukan itu pada, Ayanna? Apa lo nggak mikir gimana akhirnya setelah lo melakukannya?" geram Sandy emosi, tak percaya jika Regi bisa berbuat seperti itu.

"Lo keterlaluan, Regi! Gue nggak percaya, sahabat gue sendiri bisa melakukan hal sebejat itu hanya untuk balas dendam," tambah Aldi, benar-benar kecewa mengetahui fakta ini.

"Lo balas dendam sama si Julian, tapi kenapa Ayanna yang jadi korbannya?" tanya Azka masih tak mengerti, jika Regi ingin balas dendam pada Julian. Kenapa tidak langsung balas dendam pada orangnya, kenapa malah pada orang lain?

"Gue dibohongin sama Angga yang berkhianat sama gue, dia bilang kalau Ayanna adalah adiknya, Julian. Untuk itu, gue membalaskan dendam gue lewat Ayanna," jawab Regi, kini ia sangat menyesal dengan segala kesalahannya yang telah ia perbuat.

"Tapi kenapa harus dengan melakukan itu pada, Ayanna? Lo udah menghancurkan masa depan Ayanna, dan lo dengan teganya nggak bertanggung jawab dengan apa yang telah lo perbuat!" bentak Zivan.

"Gue tau gue salah, pikiran gue lagi kacau waktu itu. Gue percaya aja kalau Ayanna adalah adiknya, Julian. Untuk itu, gue dekatin dia, jadiin dia pacar gue, setelah hampir dua tahun gue pacaran sama dia. Gue melakukan itu, untuk balas dendam pada, Julian. Dia udah bikin adik gue menderita, dia udah memperkosa adik gue, untuk menghancurkan hidup gue. Gue nggak terima dengan apa yang telah dilakukan Julian sama adik gue, untuk itu gue melakukan hal sama pada Ayanna, sebagai balas dendam gue pada Julian ...," Regi menjeda ucapannya, saat dadanya terasa sesak mengingat betapa bejatnya ia selama ini.

"Tapi ternyata Ayanna bukan adiknya, Julian. Gue dibohongi! Angga dan Julian ternyata bekerja sama untuk menghancurkan hidup gue. Angga seolah-olah ada dipihak gue, membantu gue untuk balas dendam pada Julian. Angga kasih tau gue kalau Ayanna adalah adik kesayangan Julian, tapi ternyata bukan."

"Angga menunjuk Ayanna sebagai adik palsunya Julian, karena dia tau. Gue suka sama Ayanna. Dengan cara itu, dia menghancurkan hidup gue. Dan, gue benar-benar menyesal, karena gue balas dendam pada orang yang salah, gue balas dendam pada orang yang gue cintai." Air mata Regi menetes, jika harus mengingat apa yang terjadi pada hidupnya selama ini. Begitu banyak hal yang membuatnya terpuruk selama ini. "Gue nyesel, setelah tau kalau sebenarnya Ayanna bukan adik Julian. Gue udah berusaha cari Ayanna selama ini, tapi gue nggak berhasil. Gue nggak tau Ayanna pergi ke mana," lirih Regi, ia sudah tak tahu harus apa. Ia juga sudah lelah, menahannya sendiri selama ini.

***

Altar >< Altarik ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang