Tujuh tahun yang lalu ...
Regi menghentikan motornya, saat sudah sampai di depan rumahnya. Ia pun memarkirkan motornya, dan melepas helm full face-nya. Lalu, berjalan masuk menuju rumahnya. Hari ini ia sangat lelah, selain belajar di sekolah untuk berusaha menjadi murid yang baik. Ia juga lelah harus berpura-pura menjadi orang yang bukan dirinya sendiri di hadapan semua orang.
Menjadi orang konyol, humoris, seperti orang bego adalah pilihannya saat pindah ke sekolah barunya satu tahun lalu. Ia ingin terlihat seperti itu saja di hadapan semua teman-teman barunya, hidup dengan sifat baru, di tempat yang baru, dan orang-orang yang baru pula.
Bersyukur, di sekolahnya kali ini tidak ada yang mengenalnya sebagai Alta–Si ketua geng Antariksa yang banyak ditakuti orang–di sekolah itu, ia dikenal sebagai Regi. Cowok berotak minim.
Berjalan menaiki satu-persatu anak tangga untuk pergi ke kamarnya, Regi tanpa sengaja mendengar suara isak tangis seseorang. Dahinya mengeryit, siapa yang menangis? Sumber suara tangisan itu, berasal dari kamar adiknya.
Penasaran dengan adiknya yang sedang menangis, Regi pun berjalan menuju kamar adiknya. Tanpa mengetuk pintu, ia langsung masuk ke dalam kamar adiknya. Di dalam sana, Regi dapat melihat adiknya yang masih memakai seragam putih abu-abunya, tengah menangis di pojok kamar. Apa yang terjadi pada adiknya?
“Tira, kamu kenapa nangis?” tanya Regi, penasaran. Namun, tak mendapatkan jawaban dari adiknya itu. Tangis adiknya itu malah semakin kencang, membuatnya menjadi khawatir. “Tira, jawab kakak. Kamu kenapa nangis?”
Attira mendongkakkan kepalanya, menatap wajah kakaknya dengan kedua mata sembabnya. “Kak Alta,” ucapnya purau.
“Kamu kenapa?”
“Kak Alta, apa yang harus Tira lakukan, kak? Tira harus apa, kak?” tanya Attira yang tidak dimengerti Regi maksudnya apa.
“Kamu kenapa? Maksud kamu apa?” Attira tidak menjawabnya, hanya saja ia memberikan sebuah benda yang membuat tubuh Regi mematung saat melihatnya. Sebuah testpack yang terdapat dua garis merah, yang diberikan Attira padanya.
“I–ini, ini punya siapa? Kenapa kamu pegang kayak beginian?” tanya Regi.
“Apa yang harus Tira lakukan, kak? Tira harus apa?”
Regi terdiam mendengar jawaban yang sama sekali bukan itu yang mau didengarnya. Tetapi, jawaban adiknya itu, membuat Regi menyimpulkan, jika tespack itu milik Attira. “Siapa? Siapa yang melakukannya? Katakan sama kakak, siapa yang telah melakukannya sama kamu?” desaknya, sambil mencengkram erat kedua bahu Attira.
“Kak Julian, di–dia orangnya, kak. Dia jebak Attira, dia sakiti Attira. Dan, dia yang melakukannya.” Regi merutuk Julian di dalam hatinya, kedua tangannya menggepal. Bisa-bisanya Julain melakukan itu pada adiknya.
Dengan emosi yang sudah tersulut di dalam hatinya, Regi keluar dari kamar Attira. Lalu, pergi ke suatu tempat untuk menemui seseorang.
---
Brak!
Hanya dengan satu kali tendangan, Regi mendobrak sebuah pintu gudang tua yang menjadi markas kumpulan geng Julian. Dan, suara yang ditimbulkan Regi itu, membuat semua orang yang tengah berkumpul di sana mengalihkan pandangannya pada Regi.
Regi meneliti satu-persatu orang yang berada di sana, hingga manik matanya berhenti saat melihat orang yang dicarinya, kini sudah tertangkap oleh kedua matanya. Di sana, Julian tengah duduk dengan seorang gadis yang tak ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altar >< Altarik ✓
RomancePertemuannya dengan seorang anak laki-laki bernama Altar, membuat hatinya terasa hangat dan selalu ingin tahu tentangnya. Ia tak mengerti, kenapa tiba-tiba ingin selalu bertemu dengan Altar? Regi hanya bingung, kenapa wajah Altar terasa mirip dengan...