"Luka ini terlalu besar, karena ada berbagai macam torehan luka yang kamu buat secara sadar. Lalu, untuk apa sekarang kamu menyesal? Jika sejak awal, kamu dengan tega membuatku terlantar."
-Ayanna Syifa Vallery
***
Tok ... Tok ... Tok ...
Ayanna berjalan menuju pintu rumahnya, saat mendengar suara ketukan pintu berkali-kali. Baru saja ia duduk setelah Zivan pergi dari rumahnya, tapi sekarang ada lagi yang mengetuk pintunya. Dengan jalannya yang sedikit sempoyongan, Ayanna berhasil meraih knop pintu. Lalu, ia pun membuka pintunya hingga ia dapat melihat siapa yang datang ke rumahnya.
Sesaat tubuhnya menegang, ketika melihat Regi lah yang datang ke rumahnya. Mau apa lagi lelaki itu datang ke rumahnya?
Dengan cepat ia hendak menutup kembali pintunya, ia tak ingin bertemu lagi dengan Regi. "Pergi kamu dari sini, aku bilang jangan temui aku lagi. Kenapa kamu selalu mengganggu aku?" usir Ayanna, sambil mendorong pintunya untuk ditutupnya kembali. Tetapi, Regi juga ikut mendorong pintunya dari luar agar pintu itu tidak tertutup.
"Aya, aku ingin berbicara dengan kamu," ujar Regi, yang terus menahan pintunya agar tidak tertutup.
"Tapi, aku tidak mau berbicara dengan kamu. Pergi dari sini, jangan ganggu aku dan anakku lagi. Pergi!"
"Buka pintunya atau aku nekat, Aya! Jangan pancing emosiku, kamu tau sendiri apa yang akan aku lakukan jika sedang emosi!" ancam Regi, yang membuat Ayanna takut. Ia tahu Regi tidak pernah main-main dengan apa yang diucapkannya.
Perlahan pintu itu terbuka, Ayanna menyerah tidak lagi mendorong pintu dari dalam. Sekarang ia malah takut berhadapan dengan Regi, banyak ketakutan yang berkeliaran di pikirannya saat melihat Regi.
Ayanna merasakan kepalanya semakin pusing, matanya terasa berkunang-kunang. Sebenarnya ia sudah lemas sekali, ia ingin istirahat sebelum menjemput Altar nanti. Namun, Regi malah datang ke rumahnya. Mengganggunya, dan tidak membiarkan hidupnya tenang walau hanya sebentar saja.
"Mau apa, huh? Kamu mau melakukan apa lagi? Belum cukupkah selama ini kamu membuat hidup aku menderita? Sekarang apa lagi yang akan kamu lakukan?" tanya Ayanna dengan nada suara meninggi, meski ia takut sebenarnya saat berhadapan dengan Regi. Namun, ia tidak boleh memperlihatkan ketakutannya di hadapan lelaki itu.
"Ay, dengarkan aku. Aku mau minta maaf, aku tau aku salah. Tapi aku ingin memperbaikinya." Ayanna tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Regi, tiba-tiba saja telinganya berdengung. Kedua matanya mulai menggelap, kepalanya pusing sekali.
"Ayanna aku benar-benar minta ma-" Regi tak melanjutkan ucapannya, saat ia melihat tubuh Ayanna yang hampir saja terhuyung ke belakang jika ia tidak dengan sigap menangkapnya. "Aya, bangun. Ayanna," ucapnya saat kedua mata Ayanna terpejam, ia bisa merasakan rasa hangat di tubuh Ayanna saat ia menepuk pipinya.
Regi pun mengangkat tubuh Ayanna, menggendongnya ala bridal style. Lalu, membawanya masuk ke rumah. Ia membaringkan tubuh Ayanna di kasur berukuran kecil, lalu ia pergi mencari dapur untuk mengambil air kompresan untuk Ayanna.
---
Regi melilitkan kain kasa setelah telapak tangan Ayanna yang terluka sudah ia bersihkan dari darah segar, dan mengobatinya dengan betadine. Tak lupa, ia menambahkan plester di ujung kain kasa sebagai perekatnya.
Sampai saat ini, Ayanna belum terbangun dari pingsannya. Regi sudah mengompres dahi Ayanna yang panas, berharap panasnya akan turun setelah dikompres. Ia sangat merasa bersalah pada Ayanna, banyak sekali luka yang ia berikan pada perempuan itu. Karena kesalahannya, ia telah membuat hidup Ayanna menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altar >< Altarik ✓
RomansaPertemuannya dengan seorang anak laki-laki bernama Altar, membuat hatinya terasa hangat dan selalu ingin tahu tentangnya. Ia tak mengerti, kenapa tiba-tiba ingin selalu bertemu dengan Altar? Regi hanya bingung, kenapa wajah Altar terasa mirip dengan...