"Pakai ini"
Daniel mendongak, sebuah payung berwarna ungu melindungi kepalanya dari hujan dan dari balik payung itu, dia melihat seorang gadis berjaket hitam. Tidak seberapa cantik seperti artis lainnya, tapi cukup manis untuknya
"Sampai kapan kau akan menatapku? Ambil payungnya" ujar gadis itu, dan Daniel menerimanya tanpa berkata. "Apa kau sudah lama disini?" tanya gadis itu
"Kau... Kenal aku?" tanya Daniel, si gadis mengangguk. "Kang Daniel, kan? Tentu saja aku kenal"
Daniel memiringkan kepala, "Kau.. haters ya?"
"Apa kau pikir haters akan repot-repot memberimu payung saat kondisimu terpuruk begini?" cibir gadis itu, dia lalu berjongkok hingga tingginya sejajar dengan Daniel
"Aku bukan fans atau haters, tapi aku kenal kau karena aku orang modern. Aku tidak akan berkata kepada siapapun soal ini, jadi pakai saja payungnya dan tenangkan dirimu. Sekeren apapun kau di televisi, kau tetaplah seorang manusia bernama Kang Daniel yang bisa stress" ucap gadis itu panjang lebar dengan tegas, dia lalu mengusap kepala Daniel yang masih terdiam sebelum beranjak berdiri dan pergi menembus hujan.
****
"Lalu besoknya ketika kau berniat mengembalikan payung, gadis itu tidak pernah ada disana?" Daniel mengangguk, dia mengamati payung ungu itu sekali lagi
"Daniel? Halo?"
Daniel tersadar dari lamunannya, "Ah, Iya hyung.. Maaf, aku hanya sedikit lelah" sahutnya beralasan
"Baiklah, besok saja bahas ini lagi, kau istirahatlah. Semoga bisa bertemu gadis itu"
"Iya, terima kasih"
Telepon putus. Daniel menggeletakkan ponselnya sebelum menyimpan payung ungu itu dengan penuh hati-hati ke dalam lemari.
"Astaga ada apa denganku? Kenapa aku terus memikirkan gadis itu?" gumam Daniel seraya menggeleng-geleng, dia menepuk pipinya dua kali, "Sadar Kang Daniel, gadis itu hanya kebetulan melihatmu dan kasihan makanya dia memberimu payung, iya.. jangan terus memikirkannya."
***
Besoknya Daniel kembali ke halte tempat dia bertemu gadis itu, dia duduk disana dan mengamati beberapa orang yang naik-turun bis. Sesekali dia akan tersenyum (dari balik masker hitamnya) ketika mengingat kata-kata gadis itu
"Aku bukan fans atau haters, tapi aku kenal kau karena aku orang modern. Aku tidak akan berkata kepada siapapun soal ini, jadi pakai saja payungnya dan tenangkan dirimu. Sekeren apapun kau di televisi, kau tetaplah seorang manusia bernama Kang Daniel yang bisa stress"
Kalimatnya panjang, namun Daniel bisa mengingat semuanya dengan jelas, termasuk penampilan gadis itu; tidak seberapa tinggi, rambut panjang berwarna hitam kecoklatan, serta mata berwana cokelat gelap.
Namun 4 jam kemudian, Daniel memutuskan untuk mengakhiri acara tunggu-menunggu nya karena prediksi cuaca hari ini salah, mereka mengatakan kalau sepanjang hari ini akan cerah, namun sekarang justru hujan deras
Cowok tinggi itu merogoh kantong plastik dan tidak menemukan payung lain selain payung ungu itu. Ah, dia pasti lupa membawa payung lain
Daniel menatap payung ungu itu lagi sebelum menggeleng dan membukanya, gadis itu tidak akan datang, jadi tidak apa kan kalau dia memakai payungnya lagi? Toh dia juga sudah 4 jam menunggu disini
"Ternyata seorang Kang Daniel sesuka itu ya sama payung warna ungu?"
Menghentikan langkah, Daniel berbalik dan gadis yang entah siapa namanya itu terkekeh pelan. Akhirnya datang juga, gadis payung ungu yang membuat seorang Kang Daniel selalu memikirkannya
"Apa kau disini untuk mengembalikan payungku?" gadis itu bertanya, melangkah mendekat dan meletakkan ponsel serta tasnya di bangku. Dia lalu menatap Daniel, "Kau tidak tiap hari kesini dan mencariku hanya karena ingin mengembalikan payung kan?"
Daniel mengerjap, "A-Anu.. itu-" ucapnya tergugu, gadis itu sempat terdiam untuk beberapa saat sebelum dia tertawa seraya memukul lengan Daniel main-main
"Aku hanya bercanda.. Jangan dibuat terlalu serius" ucapnya, Daniel menarik napas lega lalu menyerahkan payung itu, "Aku memang mau mengembalikan payung ini, terima kasih"
"Bawa saja lagi, sepertinya kau tidak membawa payung lain. Lagipula aku sudah bawa payung" gadis itu menunjuk payung kuning yang dibawanya sebelum memberikan payung itu kembali
"Omong-omong, Kang Daniel, apa kau tahu kalau orang hebat itu bukan orang yang berlindung saat hujan?" gadis itu mengeluarkan speaker kecil dari tasnya, dia lalu menyalakan sebuah lagu.
Beautiful dari Wanna one.
"Orang hebat adalah mereka yang menari di tengah hujan dan menghadapi apapun resiko yang disebabkan hujan nantinya dengan berani" ucap gadis itu lalu melangkah ke pinggir halte dan membiarkan dirinya basah karena hujan
Gadis itu bergerak dan menarikan koreografi lagunya dengan penuh penghayatan, "Kau termasuk orang-orang yang mana, Kang Daniel?" tanya nya disela-sela tarian
Daniel tetap terdiam, dia hanya berdiri dan mengamati gadis itu tanpa berkomentar apapun sampai lagu yang terputar hampir selesai, "Lagunya sebentar lagi habis, kau tidak akan menjawab pertanyaanku?" tanya gadis itu lagi
Menghela napas, Daniel melepaskan payung ungu yang daritadi dibawanya sebelum ikut menerjang hujan, "Kedua. Siapa namamu?" tanya Daniel
Gadis itu tersenyum, senyum yang sangat manis. "Yena. Choi Yena" jawabnya, dan di tengah tarian itu, Daniel terus mengulangi namanya dalam hati. Choi Yena. Nama yang cantik
"Oh oh! Bagian sakralnya Minhyun Oppa! Berbaliklah" gadis itu memerintah secara tidak sadar, Daniel mengerutkan kening. Minhyun Oppa? Oppa?
"So beautiful, beautiful.. eodiseonga ulgo itjin aneulkka" meskipun pelan dan nyaris tidak terdengar karena derasnya hujan, Daniel bisa mendengar suara gadis itu menyanyikan bagian Minhyun dengan serius. Suaranya halus, dan entah bagaimana membuat hati Daniel sedikit berdetak tidak wajar
"Kau trainee?" tanya Daniel begitu mereka menyelesaikan tariannya dan kembali berteduh di halte, Yena tampak berpikir sejenak sebelum menggeleng. Gadis itu lalu mengemasi barangnya dengan cepat
"Mau kemana?" tanya Daniel bingung, Yena memakai kembali tasnya lalu menoleh, "Sampai bertemu di hujan berikutnya" ucap Yena sebelum pergi menaiki sebuah bis yang kebetulan berhenti, meninggalkan Daniel yang basah kuyup dan bingung
*****
"Bagus... Pemotretan hari ini selesai" Daniel bangkit dari duduknya, sedikit membungkuk seraya mengucapkan terima kasih
Dia kembali ke ruang ganti, duduk di depan meja rias. Seseorang menghampirinya, Daniel mengangkat alis sebagai sapaan, bertanya "Sudah dapat sesuatu tentang Yena?"
Orang yang disapa itu duduk di sebelah Daniel lalu balik bertanya, "Kau yakin namanya Choi Yena?"
Daniel mengangguk. "Dia sendiri yang bilang, kenapa?"
"Ada beberapa wanita bernama Choi Yena, tapi yang sesuai dengan ciri-ciri yang kau katakan, tidak ada" jawab orang itu
****
YENA