"Ash.. Sial" Eunbi mengumpat secara otomatis saat memasuki kelas dan keadaan kelas penuh, hanya tersisa satu kursi di sebelah Jisung —yang mana mau tidak mau harus dia ambil.
Pria itu tidak ceria seperti biasanya, —biasanya selalu teriak-teriak agar Eunbi mau duduk disebelahnya namun kali ini tidak, Jisung hanya menatap mata gadis itu dari kejauhan sejenak sebelum mengalihkan pandangan
"Kenapa dia?" tanya Eunbi heran, mendudukkan diri di sebelah pria itu. "Omong-omong, jangan salah paham ya.. Aku duduk disini karena pada dasarnya tidak ada tempat kosong lain. Jadi aku tidak punya pilihan lain" gadis itu berucap acuh, tidak mau Jisung salah paham karena dia duduk di sebelahnya
Pria berhidung mancung itu melirik Eunbi sekilas, menghela nafas sebelum menyembunyikan wajah di lipatan tangannya "Terserah" ucapnya datar
Eunbi mengerutkan kening, merasa ada yang aneh dengan Jisung namun dia tak mengatakan apapun karena sekali lagi, dia tidak mau Jisung salah paham
Tak lama kemudian, sang dosen datang dan memulai kelas.
Pada beberapa menit awal, Eunbi masih serius mendengarkan pak dosen menjelaskan materi sementara Jisung tetap di posisi itu. Namun pada menit berikutnya, gadis berambut panjang itu mulai kesal karena Jisung begitu pendiam dan terkesan dingin padanya
"Psst.. Jisung-ah!" panggil Eunbi berbisik, tidak ada jawaban dari Jisung
"Hei... Hei, Yoon Jisung!" gadis itu kembali memanggil, kali ini tangannya bergerak menggoyang pundak Jisung, namun tetap saja tidak ada sahutan apapun
"Kau kenapa sih? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Eunbi akhirnya, merasa kalau ucapannya pada Jisung mungkin ada yang terlalu tajam sehingga menyinggung perasaan pria itu
Yang tidak disangka, Jisung memiringkan kepala sehingga dia dan Eunbi bertatapan. Eunbi mengalihkan pandangan, meskipun dia tidak suka Jisung, tetap saja dia merasa malu ditatap begitu intens oleh pria setampan Jisung. Gadis itu tidak munafik, dia sadar kalau Jisung itu tampan, namun perasaanya sudah terjebak dengan Minhyun sehingga dia tidak bisa melihat kebaikan Jisung sama sekali
"Hah.. Kau bahkan tidak mau melihat wajahku" ucap Jisung, nada suaranya terdengar putus asa "Eunbi-ah, aku.. Lelah" lanjutnya, seakan merengek pada si gadis
Eunbi menoleh, "Lelah?" tanya nya. Jisung memandang dalam diam lagi beberapa detik sebelum menghela nafas panjang "Iya, aku lelah mengejarmu selama ini... Aku merasa-seakan aku hanya anak kecil sementara kau itu bulan yang indah di atas langit dan kemudian aku ingin memelukmu cuma untukku, tapi itu semua hanya jadi mimpi indah untukku karena apapun alasannya, aku hanya anak kecil" ucap Jisung
"Aku.. Aku tidak mengerti maksudmu" Eunbi berbohong, dia mengigit bibir dalamnya sambil mencengkeram celana jeansnya. Dia tidak suka ini, seakan Jisung akan mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkan dia sendirian, seperti yang sudah Minhyun lakukan
Jisung menegakkan posisi duduknya, menoleh ke arah Eunbi, "Kau tidak perlu paham, aku cuma... Perlu menyakiti diri lebih parah lagi" ucapnya, kemudian tersenyum lebar ke arah Eunbi. Mata gadis itu berkaca-kaca, kenapa? Kenapa Jisung memilih tetap bersamanya dan menyakiti dirinya sendiri daripada pergi dan mencari gadis lain?
"Hei, Jangan menangis. Duh... Kau ini benar-benar cengeng ya?" pria itu terkekeh pelan, menghapus air mata Eunbi yang tidak gadis itu sadari sudah menuruni pipinya. "Mau kupeluk?" tanya nya kemudian dengan nada jahil
Eunbi mengusap air mata, "Tidak mau! Jijik!" ucapnya ketus, tidak lama kemudian tertawa ketika melihat Jisung tertawa pelan
"Bodoh" gumam gadis itu, Jisung tersenyum "Ya kan? Jatuh cinta denganmu itu benar-benar hal terbodoh yang pernah kulakukan" ucap pria itu