"Masuk!" Dua orang penjaga mendorong gadis berkulit pucat tersebut ke dalam ruang neraka.
Gadis itu gemetar menahan tangis. Walaupun dia tidak bisa melihat dan terbiasa dengan gelap, tetap saja gadis itu takut dengan kegelapan. Seperti sekarang. Membayangkan suatu hal berdasarkan penilaian dari indera penciumannya. Bau anjir terasa menusuk. Tangannya digerakkan ke kiri dan kanan mencari sesuatu. Gadis itu membulat, merasakan sesuatu di tangannya. Keras, pipih, seperti tulang?Refleks, ia menjauhkan tangannya dan memeluk dirinya sendiri. Setidaknya, ia tak bisa melihat.
"Aaahhh ...."
Suara itu berhasil membuat jantung gadis itu berloncat ria. Suara yang menggema dan rintihan parau. Melolong seperti anjing lalu berhenti. Suara deritan pintu dan langkah kaki. Gadis itu semakin memeluk dirinya. Pertahanan yang berusaha dia bangun, kini hancur sudah. Dia tak bisa membayangkan, apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin saja, tinggal menunggu ajalnya. Mati konyol di ruangan neraka.
Kau akan tahu kenapa ini disebut ruangan neraka. Suasana yang dingin dan mencekam, suara kesakitan yang terus menggema, langkah kaki yang tak beraturan, kibasan seperti cambuk. Setidaknya, itulah yang gadis itu tangkap berdasarkan indera pendengarannya."Kau dengar itu gadis buta? Tak lama lagi, kau akan menjadi mangsa kami," kekeh seseorang.
"Tunggu sampai pangeran kami tiba dan tahu apa yang sudah kamu lakukan!"
Gadis itu menelan salivanya. Jujur saja, dia takut. Siapa yang tidak takut berada di sini? Di ruangan dengan besi dan tembok yang menghalangi.
"Perhatian! Pangeran sudah tiba. Pangeran sudah tiba."
Bak dikomando, para penjaga menundukkan kepala tanda hormat. Sedang gadis itu penasaran, seperti apa pangeran itu.
"Selamat datang, Pangeran Aksa," ucap pimpinan penjaga tersebut.
Pangeran Aksa tampak mengendus mencari aroma yang sangat harum. Walau tidak kentara, tapi ia masih bisa menciumnya.
"Katakan padaku, wangi apa ini?"
Pangeran berambut pirang itu terus mencari. Sampai akhirnya dia menemukan aroma itu. Aroma yang ada pada gadis buta.
"Siapa gadis ini?"
"Ah, dia hanya gadis buta, Pangeran. Dia berani menantang saat kami membakar seluruh desanya."
"Hanya kau bilang?" sindir Pangeran.
Penjaga itu terbelalak, tak mengerti maksudnya.
"Apa benar aromanya dari gadis ini? Auranya memang berbeda, tapi masih samar."
Pangeran Aksa tampak berpikir. Bukan salahnya jika dia haus akan kebenaran. Dia adalah tipe orang yang penasaran.
"Buka pintunya!"
Penjaga itu tersenyum dan terkekeh. Dia yakin sekali bahwa Pangeran akan membunuh gadis itu.
"Gadis buta. Katakan padaku, apakah kau sudah siap untuk mati hari ini?"
Gadis itu menoleh. Dia merasa bersyukur masih bisa mendengar. Hanya dengan itu dia bisa bertahan hidup.
"Memangnya siapa kau? Kau bukan Tuhan, tapi kau adalah iblis."
"Menarik," kekeh Pangeran.
Pangeran Aksa menarik dagu gadis itu. Memerhatikannya dengan saksama. Bimbang. Itu yang dia rasakan sekarang."Siapa namamu?"
Tak ada jawaban dari gadis itu. Pangeran kembali mengulang pertanyaannya. Kali ini lebih lembut. Seolah terhipnotis, gadis itu membuka mulutnya.
"Alexia ... Alexia Edelwis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer of Mate
FantasyKehidupan gadis cantik namun buta, berubah 180° sejak kekacauan yang terjadi di desanya dan dia bawa ke kerajaan Lucifer, kerajaan terbesar dan terkuat di kota Amsterdam. Dia dibawa dan di masukkan ke sel tahanan kerajaan yang sangat menjijikkan k...