Bab 10

7.6K 482 3
                                    

Suara kicauan burung terdengar merdu di telinga Alexia membuatnya tersenyum. Alexia duduk di bangku taman hanya seorang diri, sedangkan pengawal pribadinya, Sani. Berdiri tak jauh darinya.

Alexia mengingat kejadian semalam, dia tidak bisa mencegah senyumnya. Hatinya bahagia ketika mengetahui Aksa yang sudah menerima kehadiran dirinya. Namun, senyumnya luntur ketika mengingat Aksa belum menemuinya hari ini.

Istana tampak ramai membuat Alexia bingung. Ketika dia bertanya kepada pengawal maupun pelayan istana, tidak ada yang menjawabnya. Mereka hanya menunduk dan pamit pergi untuk bekerja. Melihat reaksi mereka, Alexia bertambah bingung. Dan dia memilih tidak peduli dan berakhirlah dia di taman ini.

Dia menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya dan menerbangkan surai hitamnya. Hari ini langit tampak cerah dan bersahabat, tidak seperti biasanya. Walaupun biasanya langit selalu cerah, namun kali ini berbeda. Seperti ada sebuah hari bahagia yang akan terjadi.

Tapi apa? Alexia tidak tahu.

Sani menghampirinya. Dia menunduk hormat dan mengajak Alexia masuk ke dalam istana.

"Maaf, Queen. Mari kita masuk ke istana," ujar Sani.

"Nanti saja. Aku masih ingin di sini," ujar Alexia menolak.

"Tapi, Queen. Ini perintah dari Lord," ujar Sani berusaha mengajak Alexia yang enggan mengikutinya.

"Aku tidak peduli. Bilang kepada Aksa, aku masih ingin di sini," ujar Alexia keras kepala.

Tiba-tiba angin berhembus kencang. Muncullah sosok Aksa berdiri di belakang Alexia. Sani kaget dan menundukkan kepalanya dalam membuat Alexia heran.

"Ada apa? Mengapa kau kaget seperti itu?" tanya Alexia heran.

Sani menggeleng takut.

"Tidak, Queen. Hmm, lebih baik kita masuk sekarang, Queen." Sani kembali mengajak Alexia tapi Alexia tetap keras kepala.

"Aku bilang tidak ya tidak! Katakan pada Aksa, jika ingin aku menuruti perintahnya, suruh dia datang kemari," ketus Alexia.

Mendengar perkataan Alexia, Sani pun ingin membuka suara namun di irungkannya ketika melihat tangan Aksa terangkat.

Aksa menyeringai. Dia melangakah mendekati Alexia dan mendekatkan bibirnya ke telinganya.

"Aku di sini," bisik Aksa membuat Alexia menegang.

Dia langsung membalikkan badannya dan menatap Aksa kaget. Aksa melebarkan seringainya melihat ekspresi Alexia.

"Ada apa? Kau kaget?" kekeh Aksa.

Alexia gelagapan, bingung ingin menjawab apa. Dia membuka mulutnya untuk bersuara, tapi kembali menutupnya.

Aksa menggerakkan tangannya mengisyaratkan Sani untuk meninggalkan mereka. Ketika Sani sudah pergi, Aksa berdiri di hadapannya mematap Alexia dalam membuatnya gugup.

"Berhenti menatapku, Aksa," ujar Alexia kesal.

"Kenapa?" tanya Aksa menahan senyumnya.

"Aku gugup," ujar Alexia membuang eajahnya membuat Aksa terkekeh.

Aksa memeluk bahu Alexia dan berteleportasi ke kamarnya. Aksa mendudukkan Alexia di pinggir ranjang dan berjongkok di hadapan Alexia membuat dia bingung.

"Alexia Edelwis, my mate. Hari ini, aku, Aksa Rionard ingin melamarmu dan menjadikanmu permasuriku. Dengan segenap jiwaku, aku akan mencintai dan melindungimu sebagai belahan jiwaku dan membantuku memimpin kerajaan ini berdua denganmu dan memberikan penerus kerajaan ini." Aksa mengatakannya dengan serius, dia menatap Alexia dalam.

Alexia menegang. Hatinya berdesir. Perkataan Aksa sederhana, namun meninggalkan gelenyar aneh di hatinya. Dia tersentuk dengan kata-kata sederhana yang dia lontarkan.

Alexia mengangguk menerima lamaran Aksa dan Aksa memeluknya erat.

***

Alexia menatap dirinya dari lantulan cermin. Walaupun hanya bayangan yang dapat dilihatnya. Alexia tersenyum tipis mengingat malam ini dia akan menikah dengan Aksa.

Jika kemarin dia di nobatkan sebagai Queen dengan melakukan ikatan darah serta penyatuan, tapi kini dia akan menikah dengan Alexia dan resmi menjadi ratu dari segala ratu.

Alexia pun di antar menuju aula yang sudah ramai dengan tamu undangan. Dia berusaha tidak gugup dan sesantai mungkin dengan menebarkan senyum lembutnya. Dia berjalan di altar merah dan Aksa berjalan mendekati Alexia ketika melihatnya. Dia mengulurkan tangannya dan diterima oleh Alexia.

Ketika mereka sudah berada di atas singgasana, mereka berdiri berhadapan dan para tetua pun mulai melakukan tugasnya dengan merapalkan doa dan janji suci yang di ikuti oleh mereka. Ketika selesai, Aksa menautkan cincin perak dengan berlian di sekelilingnya. Berlian itu hanya ada di tengah laut yang dihuni oleh kaum mermaid dan terletak di paling dasar lautan.

Alexia pun melakukan hal yang sama seperi Aksa. Dan Aksa mencium kening Alexia, namun hal yang tak terduga terjadi pada Alexia membuat semua orang kaget dan tidak percaya melihatnya.

Lucifer of MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang