Ending

10.7K 584 48
                                    

Pedang-pedang ini menghunus perut Alexia hingga menembus punggungnya. Mata Aksa terbelalak, begitu juga Aldrik dan komplotannya. Aksa mendekati Alexia dan menahan tubuhnya. Dia menatap Alexia khawatir denganmata berkaca-kaca.

"Queen, mengapa kau di sini?" tanya Aksa emosi bercampur khawatir.

"Untuk melindungimu," ujar Alexia lembut.

Alexia berusaha menegakkan tubuhnya. Dia meminta Aksa menjauh, tetapi Aksa tidak mau. Dengan kekuatan Alexia dia mendorong Aksa untuk menjauhinya.

Alexia menatap ke depan, kearah lawannya. Dia menatapnya tajam dan dingin, lalu Alexia menatap tiga pedang yang tertancap di perutnya. Dengan pelan, dia mencabut pedang-pedang itu dengan meringis menahan sakit.

Alexia menatap wajah-wajah lawannya, tangan kanannya terangkat ke atas dan muncullah pedang yang sangat indah berlapis emas dengan ukiran rumit di sekelilingnya. Lawannya mulai waspada, termasuk Aldrik.

Aldrik tidak mungkin bisa melawan orang yang dia cintai, tapi dia berusaha menepiskan pikirannya itu dan memilih melawan Alexia lalu membuatnya tunduk.

"Maju kalian," ujar Alexia serak tapi tidak ada yang maju satu pun.

Alexia yang geram pun mengibaskan pedangnya ke arah lawannya membuat mereka terpental.

"Aku bilang maju!!!" Alexia berteriak. Suaranya menggelegar di lapangan luas tempat terjadinya pertumpahan darah.

Mereka langsung bangkit dan maju menyerang Alexia. Dengan lincah, Alexia menghindar dan menangkis serangan mereka.

Gerakan pedang Alexia sangat anggun, tapi mematikan. Badannya meliuk indah melawan serangan lawannya. Dia berputar menghunuskan pedangnya sehingga mengenai perut mereka, termasuk Aldrik.

Alexia menyeringai, dengan gerakan yang cepat dia sudah berada di depan tiga lawannya lalu dia mengunuskan pedangnya di dada mereka.

Seketika mereka memekik kesakitan. Mata yang terbelalak itu seketika hilang digantikan tubub mereka yang berubah menjadi abu.

Kini tersisa dua orang lagi lawannya. Dia maju dan mulai bertarung. Pedangnya iya gerakkan ke arah leher mereka, namun mereka menghindar. Ketika mereka menghindar, Alexia mengambil kesempatan itu untuk menendang kaki mereka hingga mereka tungang. Cahaya biru keluar dari tangan Alexia yang di aliri dengan kekuatan petir.

Alexia mengarahkan kekuatannya kepada mereka hingga mereka memekik memohon ampun. Badan mereka berubah menjadi kriput dengan wajah yang sangat buruk, lalu menjadi abu.

Mata Alexia kembali menatap sekelilingnya. Ternyata Aldrik berusaha kabur. Alexia membentangkan sayapnya tidak membiarkan Aldrik kabur, lalu dia menarik Aldrik dan mengempaskannya ke tanah hingga tanah itu retak.

Aldrik meringis dan berusaha berdiri, senyum miring terbit di wajahnya.

"Ohh, ternyata kau sangat hebat Alexia. Aku semakin mengagumimu," kekeh Aldrik.

"Diam kau, Aldrik," geram Alexia.

"Aku tidak memiliki urusan denganmu, tapi urusanku hanya pada Aksa," ujar Aldrik dingin.

"Urusan Aksa adalah urusanku," balas Alexia dingin.

Tanpa Alexia sadari, tangan Aldrik bergerak membentuk pola yang rumit. Langit menggelap dengan petir yang menyambar-nyambar. Alexia menatap langit dan mengernyit bingung. Tanpa diduga, Aldrik berubah.

Wajah setengan sisik dengan taring di yang mencuat di sela bibirnya, membuat Alexia kaget.

Alexia mundur. Hati Alexia tidak menyangka. Jika Aldrik melakukan perjanjian dengan iblis, itu membuat kekuatan Aldrik tiga kali lipat lebih kuat.

Lucifer of MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang