"Ehem. Maaf menganggu kalian,tapi aku penasaran. Kalian ... memperebutkan aku?" tanya Alexia heran.
"Kalau iya, kenapa?" jawab Aksa dan Aldrik bersamaan. Membuat mereka kembali beradu tatap.
Alexia memerah. Dirinya malu luar biasa. Niatnya adalah untuk mengalihkan dan mencairkan suasana. Nyatanya, mereka tetap beradu tatap sedangkan Alexia malah gelagapan.
"Bukankah sudah aku peringatkan. Jauhi dia!"
Aksa menarik paksa Alexia dan pergi meninggalkan Aldrik yang semakin terkekeh melihat sepupunya.
"Tunggu, Aksa."
"Apa kau bilang? Kau sadar tidak apa statusmu di sini? Kau mau mempermalukan aku?!"
Alexia meringis.
"Atau kau diam-diam menyukainya? Makanya kau hanya diam saja menikmatinya, bukan?"
"Lordku, Aksa. Hentikan," ucap Alexia dengan serak.
Kini, bukan hanya tangannya saja yang sakit, tapi hatinya juga.
Aksa yang menyadari perubahan suara Alexia segera menghentikan langkahnya. Baru saja dia mau membuka suara, namun tatapannya tertuju pada tangan yang sedang dia genggam. Bukan karena perlakuannya, tapi akibatnya. Tangan gadis itu seketika memar.
"Ah, maafkan aku. Aku tak sadar."
Alexia menepis dan berlari menuju kamarnya. Sedangkan Aksa berkedip tak tahu apa yang harus dia lakukan. Di satu sisi dia marah karena melihat sepupunya bersama dengan matenya bermesraan. Ralat, vampir licik itu yang membuatnya mesra.
Di sisi lainnya, dia merasa bersalah karena sudah keterlaluan dengan gadis itu. Aksa terdiam sebentar. Menyadari sebuah kejanggalan. Sejak kapan dia merasakan emosi campur aduk ini? Bukankah dia adalah orang yang tidak peduli dengan perasaan orang lain? Lalu, untuk apa dia peduli dengan Alexia?
Lagi-lagi, rambutnya menjadi sasaran. Hatinya seketika berdetak kencang dan berdenyut. Perlahan namun pasti, Aksa menyentuh rasa sakitnya. Seketika dia sadar, bahwa perlahan Alexia mulai mengganggu dan memasuki hidupnya. Bukannya dia tak suka. Hanya saja masih terasa aneh. Dia yang biasanya sendirian malah kini harus hidup bersama.
Langkah kakinya menuju kamarnya. Dilihatnya Alexia sedang berdiri membelakangi melihat pemandangan dari jendela.
Saat seperti ini malah mampu membuat Aksa terpesona pada Aleksia meski wanita itu membelakanginya. Rambutnya yang terurai dan bergerak naik turun akibat tiupan angin, membuatnya semakin cantik.
"Biarkan aku seperti ini 5 menit saja," ucap Aksa yang tiba-tiba sudah memeluk pinggangnya dari belakang.
Alexia hanya diam. Dalam hati, dia berusaha merutuki diri sendiri agar suara jantungnya tak terdengar oleh Aksa. Selama lima menit, Alexia membiarkannya. Selama itu pula, Alexia menahan degupan jantungnya agar tak meledak.
"Aksa?" panggil Alexia.
Tak ada jawaban. Mungkin Aksa sudah tertidur? Alexia membiarkannya lebih lama dan diam-diam dirinya tersenyum lebar.
"Kau cantik. Cantik sekali saat tersenyum," ucap Aksa yang membuat jantung Alexia semakin melompat tak karuan.
"Kau ... apa kau ... cemburu tadi?" tanya Alexia hati-hati.
Aksa hanya mendengus kesal. Kejadian yang berhasil dia lupakan kini harus diingatkan kembali oleh matenya. Apakah dia harus jujur dengan perasaannya? Jika iya, maka Aksaakan melakukannya.
Aksa mengeratkan pukannya dan mengangguk, "Ya. Aku cemburu."
Alexia menegang, benarkab Aksa cemburu? Tapi, Alexia tidak membalas perkataan Aksa. Dan Aksa pun melanjutkan perkataannya.
"Aku tidak tau kapan perasaan bodoh ini muncul. Aku tidak suka kau berdekatan dengan Aldrik atau pun pria mana pun. Perasaanku campur aduk, rasanya aku ingin menghancurkan orang itu supaya tidak bisa mendekatimu lagi," ujar Aksa lirih.
Alexia terdia sejenak dan meletakkan telapak tangannya di punggung tangan Aksa.
"Haruskah aku mempercayaimu?" lirih Alexia.
"Aku tak ingin memaksamu percaya atau tidak. Tapi itulah yang aku rasakan," ujar Aksa.
Hati Alexia menghangat mendengar perkataan Aksa. Tidak ingin munafik, dia sangat bahagia mendengarnya. Jika itu benar, maka Aksa sudah menerimanya di dalam hatinya.
Alexia melepaskan pelukan Aksa. Dia membalikkan tubuhnya dan menatap Aksa demgan kepala mendongkak karena Aksa yang lebih tinggi darinya.
Alexia mengelus rahang kokoh Aksa demgan semyum di wajahnya membuat Aksa memejamkan matanya karena merasa nyaman. Dia membalas tatapannya lembut dan menggenggam tangan Alexia yang berada di rahangnya.
Alexia menunduk, nampun dia kembali mengangkat wajahnya, "Aku percaya padamu."
Aksa tersenyum dan mengangguk.
"Ingat ... kau hanya milikku seorang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer of Mate
FantasyKehidupan gadis cantik namun buta, berubah 180° sejak kekacauan yang terjadi di desanya dan dia bawa ke kerajaan Lucifer, kerajaan terbesar dan terkuat di kota Amsterdam. Dia dibawa dan di masukkan ke sel tahanan kerajaan yang sangat menjijikkan k...