Bab 2

12.4K 1K 3
                                    

"Namamu menarik," ucap Pangeran sambil mengeratkan pegangannya pada rahang Alexia sehingga membuatnya meringis.
"Edelwis ya. Katanya Edelwis itu artinya abadi. Aku yakin, cepat atau lambat kau akan mati di tanganku."

Alexia mengepalkan tangannya namun masih bisa ditahan. Pangeran yang melihat itu kembali terkekeh.

"Aku tahu kamu pasti ingin sekali memukulku, bukan? Ayo pukul!"

Alexia semakin kesakitan. Rasanya rahangnya sudah mau hancur akibat Pangeran Iblis. Tanpa sadar, Alexia menepis tangan Pangeran. Berhasil lepas. Pangeran sedikit terkejut saat perlahan dia menemukan jawabannya. Aksa tersenyum.
"Ayo, tunjukkan kekuatanmu, mateku," bisik Pangeran.

"A ... apa? Kau tadi bilang apa?"

"Tunjukkan kekuatanmu."

"Aku tidak mengerti maksudmu."

Kehilangan kesabaran, Pangeran meminta penjaga untuk mengambil cambuknya untuk menyiksa Alexia. Cambuk itu tidak beracun. Setidaknya itu hanya membuat Alexia jera, bukan mati. Dia harus sadar sekarang sedang berurusan dengan siapa.

Pangeran dengan perlahan melibaskan cambuk itu ke arah punggung Alexia. Sekali. Tak ada reaksi, hanya sebuah ringisan. Kening Pangeran bertautan. Kembali cambuk itu menyapa punggung halus Alexia. Berdarah. Namun, tidak menghentikan Pangeran Iblis itu untuk menyiksa Alexia. Tujuannya adalah ingin membuktikan siapa gadis yang ada di depannya sekarang.

"Kenapa kamu diam saja? Kamu tidak asik!"

Hilang sudah kesabaran Pangeran. Gadis itu tetap bergeming meski Pangeran bertingkah seperti orang gila. Kali ini Pangeran mencekik leher Alexia. Mengangkatnya tinggi-tinggi hingga membuat gadis itu mengeliat di udara mencari oksigen.

"Harus berapa kali aku mengulang perintah?! Rasakan akibatnya!

"Le ... lepas ... kan."

Dengan sisa tenaga yang ada, Alexia berusaha melepaskan eratan Pangeran dari lehernya. Namun, kekuatannya seperti tersedot akibat lehernya dicekik.
Tak sampai sepuluh detik, Alexia pingsan. Membuat sang Pangeran terbelalak. Mendadak muncul rasa aneh dari dalam dirinya. Perlahan, tubuh mungil Alexia ambruk dalam dekapan erat Pangeran. Aksa menatap mata gadisnya yang tertutup erat.

"Tidak mungkin."

"Penjaga, bawa gadis ini ke dalam istana. Lebih tepatnya, bawa dia ke kamarku! Segera panggilkan tabib dan obati lukanya. Sekarang!"

Beberapa penjaga yang menyaksikan hal tersebut, terkejut bukan main. Mereka berlarian dan segera melaksanakan perintah. Beberapa pelayan di istana tak mengerti apa yang terjadi. Lebih tepatnya berprasangka sendiri. Sedangkan Pangeran tampak frustrasi. Dia tak mengerti apa yang sekarang dia rasakan. Yang dia pikirkan adalah menyelamatkan gadis itu dulu. Jika gadis itu mati, maka sia-sia sudah hidupnya selama ini.

"Argh." Kesal, Pangeran meninju dinding kamarnya dan kembali mengacak rambutnya kasar. Dia tak peduli apa yang dikatakan para pelayan tentangnya sekarang. Image tidak penting sekarang.

Lucifer of MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang