Ketika Alexia meminum darah Aksa, tubuhnya menjadi segar, dan dia dapat melihat walaupun hanya bayang-bayang saja. Dia tersenyum mereka dan menatap Aksa walaupun yang dia lihat hanyalah bayangan.
Dia berterimakasih kepada Aksa dan membungkukkan badannya memberi hormat. Aksa hanya mengangguk dan kembali menatap seluruh kaum yang menikmati perayaan dan makanan yang sudah dihidangkan.
Dia pun berkumpul dengan pimpinan-pimpinan dari kerajaan lain dan mulai menghabiskan waktu untuk mengobrol prihal pemerintahan.
***
Kini, Alexia berdiri di atas balkon kamarnya--lebih tepatnya kamar Aksa. Dia berdiri termenung memikirkan bagaimana keadaan neneknya. Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sudah makan? Apakah neneknya tengah cemas memikirkan cucunya yang tidak ada kabar? Seluruh pertanyaan muncul di kepalanya membuat dia gelisah.
Namun, tiba-tiba kalungnya bercahaya membuat Alexia kaget. Dia tidak dapat melakukan apa-apa, dia hanya menatap dan menunggu apa yang terjadi.
Seseorang berdiri di dekatnya, membuat Alexia kaget dan melangkah mundur. Dia ketakutan, karena berpikir itu adalah orang jahat. Tapi, orang itu tersenyum menatap Alexia.
"Kau tidak perlu takut, Putriku," ujar orang itu, seorang wanita.
"Siapa kau?" tanya Alexia takut.
"Ibumu," ujar wanita.
Alexia kaget. Ibunya? Tidak. Ibunya telah tiada. Tidak mungkin itu adalah ibunya,walaupun ada secuil harapan dan berharap itu benar adalah ibunya, karena dia merindukannya.
"Ibu?" tanya Alexia memastika.
Wanita itu tersenyum lembut. Walaupun Alexia tidak dapat melihatnya, tapi dia dapat merasakannya.
"Iya, Nak. Ini ibu." Selepas mengatakan itu, Alexia langsung memeluknya erat dan menangis sesegukan.
Wanita itu mengelus punggung Alexia dengan sayang, dia membiarkan Alexia menumpahkan air matanya dan segala beban kesedihannya. Dia tau apa yang di rasakan Alexia.
"Sudah, Nak. Jangan menangis," ujar wanita itu.
Alexia menghapus air matanya dan menatap wanita itu sayu, "Kenapa, Bu? Kenapa aku dilahirkan dengan mata yang buta?"
"Ini takdir, Nak. Jika ibu boleh menolak, ibu akan menolak takdir ini."
"Apakah suatu hari nanti aku bisa melihat?"
"Tentu."
"Kapankah itu?"
"Ibu tidak tau, sayang."
Alexia terdiam dan menunduk dengan perasaan sedih. Wanita itu menatap Alexia iba dengan takdir yang menimpa dirinya. Dia pun memegang pundak Alexia lembut hingga Alexia mendongkak menatap bayangannya.
"Percayalah. Suatu hari nanti kamu akan merasakan kebahagian yang kamu impikan. Jika kamu tidak merasakannya, maka yakinlah. Itu demi kabaikanmu dan orang yang kamu sayangi." Wanita itu berusaha menghibur Alexia, walau sulit diterima olehnya.
Wanita itu pun tersenyum dan tubuhnya langsung bercahaya dan masuk ke dalam liontin kalung Alexia.
Alexia menggenggam liontin itu dan kembali ke kamarnya ketika mendengar suara decitan pintu dan ternyata Aksa.
Aksa menatap Alexia dingin dan berjalan ke samping ranjang tidurnya tanpa mengatakan apapun, dia membaringkan tubuhnya untuk tidur.
Sedangkan Alexia berpikir dengan perasaan bingung tentang Aksa yang tiba-tiba bersikap dingin. Alexia berdiri bagaikan patung, bingung apa yang harus dia lakukan.
Aksa sadar dengan kebingungan Alexia dan mulai berbicara, "Apa yang kau lakukan di sana?"
Alexia tersentak mendengar pertanyaan tajam itu. "Ohh, tidak. Aku hanya melamun," ujar Alexia.
"Tidurlah. Hari sudah larut," suruh Aksa.
Alexia menurut dan tidur di sebelah Aksa dengan gugup, dia berusaha memejamkan matanya untuk terlelal walaupun sulit.
Aksa tau apa yang dipikirkan Alexia. Dia menatap dinding kamar dengan tatapan kosong. Dia mengingat surat yang dia terima dari salah satu prajuritnya. Ketika dia membacanya, alangkah kagetnya dia ketika tahu ada yang berusaha mengincar Alexia.
Yang dia pikirkan, siapa orang yang mengirim surat itu? Jika dia mengetahuinya, dia tidak akan membiarkan orang tersebut untuk dapat menghirup udara esok hari.
Aksa memang merasakan sebagian dari dirinya untuk tidak menerima Alexia sebagai matenya, namun sebagian dirinya yamg lain menginginkan Alexia, walaupun dia buka sekalipun.
Aksa bisa saja memutuskan hubungan mate mereka. Tapi ada sesuatu yang menahannya sehingga dia tidak bisa melakukannya.
Aksa melakukan perjanjian kepada Alexia bukan karena dia mencintainya. Dikarenakan dia akan dinobatkan sebagai raja, maka jika dia sudah memiliki mate dan mereka melakukan ikatan darah, itu akan membuat kekuatan Aksa bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer of Mate
FantasyKehidupan gadis cantik namun buta, berubah 180° sejak kekacauan yang terjadi di desanya dan dia bawa ke kerajaan Lucifer, kerajaan terbesar dan terkuat di kota Amsterdam. Dia dibawa dan di masukkan ke sel tahanan kerajaan yang sangat menjijikkan k...