part [1]

140 12 0
                                    

"Terimakasih untuk hari ini."

Mata gadis tersebut berkedip saat sebuah amplop terlempar padanya. Sementara pria yang melempar amplop tersebut kembali membenarkan kerah kemejanya.

"Tumben cepet banget? Apa Om takut, istri Om curiga karena pulangnya pagi mulu?"

Pria tersebut berdecih.

"Jangan sombong dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan sombong dulu. Istri saya nggak mungkin tau..." terdiam sebentar, lalu tersenyum. Alih-alih senyuman ramah, yang keluar adalah sinisan.

"Ya, dia nggak mungkin tau tentang jalang macem kamu."

Kini giliran gadis itu yang tertawa. "Terserah Om mau panggil aku apa. Pada akhirnya, Om bakalan terus manggil aku."

"Bukan begitu, Om Sehun?"

Pria itu menggeram, ia memakai jas yang ia pakai terakhir malam menuju ke arah pintu hotel.

"Terserah apa kata kamu. Yang terpenting adalah," jarinya menunjuk pada sang gadis, "nggak ada orang yang tahu tentang hubungan kita."

Dan sedetik setelah ucapan tersebut keluar, pria bernama Sehun itu membuka pintu, dan diakhiri dengan bantingan tegas.

"Cih. Emang dasar bapak-bapak banyak maunya."

Mulai tersenyum sambil menatap amplop di sampingnya, gadis tersebut mengambil uang yang ada di sampingnya. Tangannya menghitung lembaran kertas merah mulus tersebut.

"Dia tuh emang pelit banget. Untung aja duitnya mulus-mulus. Kalo enggak udah gue laporin tuh ke istrinya."

Setelah menghitung lembaran merah tersebut, ia meraih tasnya dan membuka sesuatu. Sebuah pil, pil pencegah hamil. Tangannya mengambil satu, lalu menatapnya sambil tersenyum miris.

Sebelum menelannya sambil meminum air dari botol kemasan hotel.

Setelah berdiam sebentar selama beberapa menit, ia pun berjalan dan berniat membersihkan diri.

Ia ada pertemuan penting nanti siang.

See U Later
See U Later
See U Later

"Akhirnya kamu dateng juga, Helen."

Gadis itu--Helen, namanya Helen--memberikan senyum formal miliknya, lalu duduk di salah satu bangku milik restoran terkenal sekitar daerah selatan di kota Jakarta. "Ada apa, Madam?"


"Huss, jangan ngomong Madam di sini," ujar wanita cantik tersebut. Helen hanya memutar bola matanya malas, sebelum wanita tersebut berucap lagi.

"Jadi... saya manggil kamu kesini karena saya butuh sesuatu dari kamu."

"Semua perempuan yang Madam punya juga tahu, kalau Madam perlu sesuatu."

"Sok tau kamuuuu~" wanita tersebut tertawa dan tersenyum setelah Helen mengucapkan kalimat tersebut.

"Madam mau nawarin saya ke lelaki mana lagi?"

Kini giliran wanita tersebut memalingkan wajah sambil tertawa kecil.

Kini giliran wanita tersebut memalingkan wajah sambil tertawa kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukan nawarin, sayang. Cuma ngerekomendasiin kamu."

"Sama aja itu, Madam."

"Aihehe... kamu lucu banget sih kalo ngelucu. Haaaahh... Selalu aja bikin saya ketawa."

Siapa yang ngelucu buset.

"Saya ngerekomendasiin kamu ke orang lain. Itu bapak-bapak tua bangka udah nggak lancar lagi ngasih duit lagi."

Helen tahu siapa yang dimaksud wanita berpakaian bling-bling itu. Oh Sehun, pengusaha Korea yang membuka cabang di Indonesia dan lumayan terkenal di tanah air.

Helen tidak mengerti apa maksud wanita dengan rambut cokelat itu, tapi yang pasti, Oh Sehun belum tua dan bangka. Tubuhnya masih sehat, ditambah dengan six-pack--terakhir Helen cek sih, masih keren, dan itu kemarin malam--juga, uangnya masih banyak. Toh dia pengusaha yang mungkin kalau terkena penyakit flu bisa langsung perawatan di Singapura. "Istrinya udah curiga kali, Madam," jawab Helen dan menggelengkan kepala. "Madam Tiana, aku mau tau tugasku."


"Oh iya, jadi lupa kan. Gara-gara ngomongin bapak-bapak tua itu sih."

Madam Tiana pun mengambil sebuah map di tasnya yang super mahal itu, lalu memberikannya pada Helen.

"Kamu bisa bantu saya buat melayani orang-orang itu? Mereka pengen bikin pesta acara di bar kita, dan mereka butuh... yah, kamu tahu lah."

Helen mulai membalikkan data mengenai para penyewa dan tamu-tamu undangan tersebut.

"Ganteng ya... kamu beruntung dapet mereka. Dulu jaman-jaman saya tuh belom ada yang nyewa mukanya kinclong begini."

Helen tidak bereaksi, mulai menatap wajah-wajah dari undangan, lalu beralih ke salah satu kertas.

"Jung Jaehyun?"

"Oh, iya. Itu salah satu orang yang ikut di pesta bar nanti. Ganteng ya," ucap Madam Tiana dengan nada centilnya yang khas. "Coba saya nggak nikah lagi, pasti udah saya–"

"Kalau gitu file-nya saya bawa ke rumah aja ya, Madam."

Helen pun menyimpan kertas-kertas tersebut di tas, sementara kakinya berdiri dan keluar dari meja. "Saya permisi ya, Madam. Sampai ketemu lagi."


Dan Helen pun pergi, tanpa mengucapkan apapun lagi.

"Cewek jaman sekarang emang pada jaim ya," celetuk Madam Tiana sebelum menyeruput tehnya.

"Sampe jodoh aja sama salah satu dari mereka, saya ketawain sampe ke tulang rusuk."

See U Later
See U Later
See U Later

That's it. Itu dia.

Btw visual Madam Tiana tuh Tifanny SNSD. Just reminding.

See u next chapter!

+ yang dulu pernah baca, itu castnya aku ganti jadi Sehun. Soalnya muka babang Kun tidak cocok jadi penyewa escort :'(

See U Later | ft. Jaehyun NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang