Helen masih menatap kertas-kertas di tangannya. Helaan napas muncul dari mulutnya. Pikir Madam ia bisa dengan cepat menghapal nama-nama serta kebiasaan dari para tamu undangan tersebut, hah? Banyak sekali nama-nama asing yang harus ia hapal sedemikian banyak, karena semuanya memakai bahasa asing. Kebanyakan berasal dari Asia, sisanya dari Amerika dan semacamnya.
"Johnny... Suh?"
Dahi Helen berkerut saat membaca nama tersebut. Dilanjut dengan nama lain, "Lee Taeyong? Oh, Lee..." Helen mengangguk, lalu menatap berkas yang lain.
"Yohan... Nakamoto? Buset, campuran banget nih nama."
Menghela napas fristasi, Helen melihat kembali berkas lainnya. "William Wu? Yah, seenggaknya dia doang yang namanya normal."
Mungkin jika dipikir-pikir kembali, hanya orang kurang kerjaan yang mau menghapal biodata orang lain hanya untuk berkenalan dan melayaninya dalam waktu rentang kurang dari 12 jam. Tapi memang itulah keistimewaan dari club milik Madam Tiana. Wanita berusia hampir setengah abad tersebut mengatakan bila ingin mendapatkan sesuatu, maka usaha yang diberikan harus totalitas.
Tempat milik Madam Tiana memang berbeda, dikarenakan pelayanan yang standar bintang lima, namun masih menawarkan harga yang cukup masuk akal dibandingkan tempat 'malam' terkenal lainnya. Apalagi Madam Tiana yang sangat baik, mau memberikan pelayanan tambahan seperti bir atau wine yang dijual setengah dari harga aslinya, hanya supaya pelanggannya merasa puas.
Meskipun itu berarti, pengerahan para pekerja harus ditingkatkan, agar semua keinginan pelanggan terpenuhi. Seperti yang Helen lakukan sekarang, menghapal biodata tersebut. Hanya agar para tamu merasa nyaman dan serasa seperti tempat sendiri.
Sepak terjang Helen yang merupakan salah satu pegawai di club milik Madam Tiana bukanlah sesuatu yang bisa dianggap kecil dan remeh. Awalnya Helen hanya bekerja sebagai pengantar minuman dari bar ke VIP Room, tukang bersih-bersih private room, dan juga bertanggung jawab saat ada ketidaksengajaan di sana--baik muntahan orang mabuk atau pecahan botol akibat pertengkaran antar pengunjung. Semuanya telah ia coba--dan ia kuasai--kecuali posisi bartender. Ia tidak kuat kalau harus menghapal nama minuman, juga ia tidak ahli dalam menyajikan minuman alkohol. Bukannya tidak bisa, hanya saja tidak ahli.
Helen yang masih sangat muda saat itu mendapat gaji tidak tetap--sampai saat Madam Tiana memanggilnya dan memintanya sebagai kupu-kupu malam. Tapi tentu saja, Madam Tiana tidak sembarangan memberikan Helen pada pria asing yang ingin bermain-main saja. Sudah dapat diprediksi, penyewanya harus punya background check seperti biodata, penghasilan, dan lain-lainnya. Sama persis seperti yang dilakukan Helen sekarang.
Kini jabatan Helen sudah sebagai event organizer untuk segala macam pesta di club Madam Tiana. Terkadang ia juga turun sebagai night club ladies, kadang juga tidak. Untuk pekerjaan kupu-kupu malam sendiri, Helen hanya melayani Oh Sehun yang tadi sudah disinggung Madam Tiana di cafe.
Meskipun atasannya itu gila duit, Madam Tiana punya prinsip untuk menyewakan satu wanita pada satu orang, bukannya main sewa ke semua orang. Itu namanya etika--meskipun menyewakan seseorang untuk uang sudah bukan etika lagi.
Kembali berbicara tentang acara ini, katanya kalau berhasil, Madam Tiana akan mendapat bayaran sebesar satu miliar rupiah.
A one, freakin billion!
Bayangkan saja, uang sebanyak itu hanya digunakan untuk membayar pesta berisi kurang dari 50 orang? Bagaimana tidak tergiur?
Itu uang semua ya, ucap Helen dalam hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
See U Later | ft. Jaehyun NCT
Fanfic"see u later, maybe never." [nct song ver.] 13+, AU, 3rd Person, Romance, Fluff-Smut-Neutral, Harsh Words, Crack Pair [2nd Role], Harsh Words, Love-Hate. Status : On Going (Passive) © hankimjae, 2019