Dua puluh satu

5K 193 2
                                    

Udah mau satu minggu setelah bicara sama Lavina tentang kepergian Gue.

Lavina jadi aga murung...tak banyak bicara dan kurang ceria.

Apalagi setelah Gue minta restu sama Abangnya.

Dan hasilnya membuat Gue tercengang.

"Abang restuin kalian...tapi Abang tak izinkan kalian menikah. Selama kamu belum punya pekerjaan tetap. Karena menikah itu bukan cuma cinta yang harus ada. Hartapun bisa jadi penopang dalam menikah. Abang enggak mau, nantinya kalian berantem hanya karena hal sepele...alias tentang harta. Kamu harus memberi Lavina makan, pakaian dan semua kebutuhan istrimu. Kalau kamu tak punya kerja mau di kasih pake apa? Harta itu tak bisa datang karena kamu diam.tapi harta itu bisa datang karena kamu bekerja."

"Tapikan ada...yang diam punya banyak uang alias harta bang!" Kata Lavina

"Itu namanya orang ngipriii...alias minta sama setan! Allah itu takan memberikan rizqi pada orang yang malas. Berdo'a dan bekerjalah! Maka Allah akan melimpahkan rizqi pada kalian."

Itulah keputusan yang di ambil Abang untuk kami berdua.

Sebenernya sedih sih...tapi mau bagaimana lagi...karena keputusan keluarga Lavina ada di tangan Abangnya. Setelah kejadian gagalnya pernikahan Lavina.

"Laaav...sayaaang...kenapa sih! Kamu diemin aku teruuuus... akukan mmmppt!"

Gue melotot karena Lavina mencium dengan tiba-tiba. Bangaikan semut di beri gula. Ya...Gue balaslah tuh ciuman. Apalagi...udah hampir satu minggu Gue ga merasakan bibir Lavina

Setelah merasa kehabisan nafas, barulah Gue melepas ciuman kami.

Lavina menunduk. Gue tersemyum dan membawa dia supaya duduk di pangkuan.

Gue angkat dagunya dan merapihkan rambut yang menutupi wajahnya.

Cup!

"Kamu kenapa sayaaang..." kata Gue sambil menatap matanya lekat

Lavina bukan menjawab dia malah menangis.

Lah! Ko dia nangis sih. Kaya orang lagi hamil sensitif banget!

Masa bisa hamil, Guekan belom pernah belah durennya Lavina.

"Yaaang...kamu hamil sama siapa?" Kata Gue masih menatap dia. Malahan sekarang dengan tatapan sinis.

"Saiapa yang telah mengambil keperawanan pilik Mas!" Kata Gue jengkel

Plak!

"Aaaaww!! Sakit sayaaang..." Gue mengusap pipi

"Habisnyaaaa...bicara tuh dijaga. Jangan asal jeplak aja!"

"Lah! Akukan cuma nanyaaaa...siapa yang udah mengambil kep___"

Lavina menutup mulut Gue dengan tangan.

"Ya ampun yaaang...nutupnya pake ini...malah pake tangan lagi!" Perotes Gue sambil menunjuk bibir Lavina

"Itumah maunya kamu Maa__"

Cup!

"Ya am__"

Cup cup cup

Gue mengecup Lavina bertubi-tubi

"Ya ampun Maaaaas!!!"

Gue tertawa. "Makanya cepet bicaraaa...siapa yang mengambil kep__"

"Enggak ada!!" Lavina bicara keras sambil memukul dada Gue

"Terus kenapa kamu sensitif banget sayaaang...kaya orang yang lagi hamil!"

"Gimana aku bisa hamil! Kalau Mas ga gaulin aku. Malahan kita cuma mentok di ciuman aja!"

"Memangnya...kamu mau, kalau Mas gaulin sekarang?"

"Mau doooong...dedek udah ga tahan ni Maaas." Kata Lavina sambil ngusap pipi Gue dengan manja.

"Errrgggh! Jangan coba-coba mancing Mas sayaaang...kalau kamu masih sayang keperawananmu ada sampai kita kepenghulu." Kata Gue sambil memegang  tangan Lavina dan menciumnya.

Padahal di bawah sana adik Gue udah mulai beraksi. Apalagi...Lavina duduk ngangkang di pangkuan Gue. Jadi makin berat ini mah!

"Maaas...jangan tinggalin aku yaaa..."
Lavina kembali murung dan menunduk

"Sayaaang...heeeey..." Gue mengangkat dagunya supaya kembali menatap Gue

Cup! Cup cup cup!

"Maaaas..."

"Kenapaaaa?"

"Bisa ga. enggak cium aku terus!"

"Ga bisa!"

Cup!

"Maaa__"

Cup! Cup cup!!!

"Aaww...!! Kamu ko tega banget sih. gigit bibir Mas." Kata gue sambil menahan sakit

"Habisnya Mas terus ja cium aku. Kan jadi kesel!"

"Biarin dong yaaang...ciumin calon istrikan ga ada salahnya..."

"Belum tentu!"

Gue menaikan satu alis "maksud kamu?"

"Kita tuh belum tentu jadi suami itri Maaaas..."

"Enggak! Pokonyaaaa...kita harus jadi suami istri!" Kata Gue sambil cemberut

"Aamiiin...mudah-mudahan niat kita terlaksana."

"Harus! Pokonya harus terlaksana. Kita bakalan kerja keras untuk mewujudkannya!"

Cup! Cup cup cup!

"Iiiih....udah-udah-udaaaaah!!!"

"Emmm...ga mau!"

Cup cup!!

"Maaaaas!!! Aku pergi ah!"

"Ok ok! Mas ga bakalan lagi." Kata Gue sambil menahan pinggang Lavina yang mau pergi

"Bener enggak lagi!"

"Mungkin!" Jawab Gue santai

Habisnya bibir kamu menggoda imanku Laaaav

"Ya udah aku pergi!"

"Hehehe...baiklah-baiklaaah...tapi satu ciuman panjang dulu."

"Maaaaas!!!! Iiih nyebel__ mmpptt"

Gue langsung meraup bibir merah Lavina. Menjadikan sang empunya berontak. Namun Gue pegang tangannya dan menarik tengkuknya supaya makin memperdalam ciuman.

Lama-lama Lavina pun membuat Gue tersenyum karena dia membalas ciuman yang Gue lakukan.

Setelah agak puas. Gue lepasin lumatan.

Lavina terengah-engah menarik nafas dengan sebanyak-banyaknya.

"Kamu mau bicara apa sayang..." kata Gue sambil mengusap bibirnya dengan jempol

"Maaaas...kapan berangkat kuliah?"

"Kira-kira satu bulan lagi sayang..."

Lavina meluk Gue dengan erat. "Jangan lupain aku yaaa...awas kalau sampai cari cewek lain!" Lavina makin erat meluk Gue.

"Enggak sayang...karena rumah aku ada di kamu jadi aku pulangpun sama kamu."

Lavina mengangguk dalam pelukannya.

Gue tersenyum dan sekali-kali masih mencium puncak kepalanya.

****

Selamat membacaaa...

By limuuuup

Kepincut Jabang (Janda Kembang) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang