15. Close

9.4K 447 0
                                    

Setelah kematian Valron, ketiga gadis itu mengeluarkan diri menjadi agen. Natasya, Agatha dan Alisya lebih memilih menjalankan kehidupan mereka seperti biasa tanpa mengerjakan hal yang berbau darah. Mereka tetap satu apartemen bersama Viktoria tapi mengambil pekerjaan yang berbeda-beda.

Jangan lupakan juga, empat pewaris perusahaan terkaya itu juga sudah kembali ke keluarga mereka. Dengan memperkenalkan calon tunangan mereka yaitu mantan gadis mafia. Untungnya keluarga mereka menerima dengan senang hati ketiga gadis itu.

Tapi tidak dengan Devano yang masih cemberut belum bisa mendapatkan Viktoria sebagai gadisnya. Jangan salahkan dirinya jika gadis itu memukulnya sampai babak belur ketika dia menyampaikan perasaannya kepadanya.

" Ria, lo benaran gak mau keluar dari agen? Semuanya terlalu bahaya " kata Agatha menepuk bahu gadis itu, sedari tadi gadis itu hanya melamun di kamarnya menatap balkon dengan pandangan kosong.

" Lo baik-baik aja kan?" Tanya Natasya yang merangkul bahu gadis itu, dia hanya terdiam menatap sayup angin balkon.

" Gak ada yang baik-baik saja setelah keluarga gue hancur " guman gadis itu kecil, jelas mereka mendengar gumanan itu kareka jarak mereka hanya sejengkal.

" Kami ada disini buat lo! Jangan putus asa, kami akan selalu jadi bagian dari hidup lo Ria. Anggap kami keluarga " kata Alisya dengan nada sedih memeluk tubuh Viktoria.

" I'm fine guys " kata Viktoria yang melangkah menuju balkon, gadis itu menatap kerlap-kerlip bintang dengan damai.

" Jam berapa?" Tanya Viktoria.

" Jam 8 malam " balas Natasya singkat, dia juga menatap kemana arah pandang mata Viktoria.

" Gue pergi!" Kata Viktoria yang kembali masuk ke kamarnya dan mengambil kunci motor beserta jaker jens nya.

" Mau kemana? Ini sudah malam Ria!" Kata Agatha dengan sorot mata mengintimidasi, biar bagaimana pun dia tidak akan membiarkan sahabatnya ini pergi dengan perasaan terpuruk.

" Misi " balas Viktoria singkat, dia langsung meninggalkan ketiga sahabatnya itu dengan mulut menganga ingin bicara tapi orang yang akan di ajak bicara malah pergi nyelonong.

" Ihh gue jadi pingin ikutan!" Balas Natasya dengan raut wajah sendu, yang lain juga mengangguk. Tapi mereka tidak akan menjalankan misi itu lagi, karena sebentar lagi mereka akan tunangan tidak mungkin mereka mengacaukan acara itu.

Viktoria membelah kota dengan motor besarnya itu, dia berjalan menuju hutan tempat dimana markas mereka. Ralat dia sendiri. Seperti biasa disana sudah ada Gian yang menunggunya dan memberikan misi untuknya. Dan kali ini misinya akan berkelompok bersama Erlan, ntah kenapa laki-laki itu mau mengganti tugasnya lagi.

" Okey karena kamu sudah sampai jadi misi yang kalian dapat adalah, membatalkan penyeludupan narkoba di suatu Club malam. Mungkin ini mudah bukan?" Kata Gian dengan senyum smirknya, Viktoria hanya mengangguk saja tanpa memberi komentar.

" Baiklah, apa kami akan membunuh orang itu?" Tanya Erlan yang seperti menimang-nimang perkataannya.

" Tidak perlu, yang harus kalian lakukan hanya menelpon polisi dan memberi wewenang itu kepada mereka " kata Gian memperingati, mereka hanya mengangguk setuju dan berlalu pergi begitu saja.

" Sepertinya Viktoria dalam masa tidak stabil, dia bisa bertindak nekat kapan pun dan dimana pun. Dia sudah besar sekarang, banyak penderitaan yang menantinya di depan sana. Semoga dia bisa bahagia "

~ gian ~

.
.
.

" Ria, lo ngerasa aneh gak sama kota saat ini? Banyak banget kasus yang sulit untuk di ungkap polisi " kata Erlan yang menyeruput kopinya. Sehabis menjalankan misi mereka memilih diam di cafe untuk menikmati hilir angin.

" Ntah, mungkin itu agen lain selain agen kita " kata Viktoria dengan nada cuek, memang gadis itu terlihat cuek tapi sebenarnya dia sangatlah peduli.

" Masalahnya ini bukan kayak pembunuhan apalah itu, kebanyakan rahasia negara kecolongan " kata Erlan dengan wajah gusar, Viktoria hanya mengernyit bingung.

" Apa masalahnya?" Tanya Viktoria menautkan kedua alisnya.

" Jika yang mengambil rahasia negara adalah terorisme, kita gak akan selamat. Mungkin nanti akan ada peperangan " kata Erlan yang sepertinya sudah memprediksi semuanya dari awal.

" Gue juga udah tau itu, semasih ada psikopat kayak Alice semuanya gak akan tenang. Gue yakin gadis itu akan balas dendam ke pemerintahan, karena bokap gue dulu angkatan darat " kata Viktoria panjang lebar, Erlan yang mendengar itu hanya mendecak singkat.

" Seharusnya waktu itu lo bunuh aja dia " kata Erlan sadis, gadis itu hanya memutar bola matanya.

" Bukannya waktu itu lo manggil polisi ya? Gue rasa dia bakal lolos dengan salah satu leher polisi terpenggal " kata Viktoria dengan senyum smirknya itu, Erlan hanya terkekeh pelan.

" Gue rasa juga gitu " lanjut Erlan yang kembali menyeruput kopinya.

" Dalam hitungan bulan dunia ini akan berubah, mungkin akan hancur " guman Viktoria yang dapat di dengar oleh Erlan, laki-laki itu langsung mengernyit bingung dengan gumanan Viktoria.

" Apa yang akan lo lakuin? Jangan bilang lo mau melampiaskan rasa kesedihan lo dan merusak dunia ini " kata Erlan dengan mata yang memicing menatap gadis di depannya itu.

" Bukan gue, tapi orang lain " kata Viktoria santai, bahkan terbilang sangat santai tanpa ada rasa takut.

" Alice?" Guman Erlan.

" Hmm... gadis itu gak bakal berhenti sebelum gue juga mati di tangannya " kata Viktoria sontak membuat kedua bola mata Erlan melebar. Dia tidak menyangka jika gadis di depannya itu memiliki pemikiran yang aneh, dan bahkan memprediksi sesuatu yang akan benar-benar terjadi.

" Apa yang akan dia lakukan?" Tanya Erlan lirih, dia tidak mampu bercakap sekarang.

" Hanya sebuah perang kecil yang akan mengguncang segalanya, kedua orang tua Alice adalah seorang ilmuan. Jadi tidak sulit bagi Alice untuk mempelajari apa pun, mungkin akan ada perang antara manusia dan zombie? Atau robot? Gue juga gak tau apa yang akan terjadi " kata Viktoria tenang, bahkan Erlan sudah mengeguk ludahnya dalam-dalam.

" Tapi orang tuanya sudah meninggal " kata Erlan dengan nada tidak terima.

" Kematian orang tuanya belum di ketahui Erlan! Gue juga gak tau apa motif dari gadis itu, kenapa dia seolah-olah menyalahkan kedua orang tua gue " kata Viktoria yang tambah membuat Erlan tidak mengerti.

" Apa maksudnya jika orang tua Alice belum diketahui kematiannya?" Tanya Erlan dengan perasaan was-was.

" Waktu itu Bokap gue dengan baik hatinya malah melepas orang psikopat itu! Dan mereka pergi begitu saja, dengan kasus yang sudah mengecap mereka jika sudah di hukum mati " kata Viktoria mendesis tidak suka.

" Woww... tapi kenapa mereka dilepaskan? Jelas-jelas kedua orang itu bersalah. Membuat granat dan menyerang presiden? Itu tindakan ancaman militer " kata Erlan berdecak.

" Gue juga gak tau kenapa bokap gue melepas orang itu, gue gak tau apa tujuannya " kata Viktoria dengan nada lirih.

Mereka akhirnya terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Jelas semua kasus ini terngiang-ngiang bingung di kepala mereka.

.
.
.

VOTE GUYS :)

MAFIA GIRL'S [Complete] (BOOK 1)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang