Bab 1

3.5K 201 26
                                    

*Happy Reading*

"Saya terima nikah dan kawinnya Andara Prameswari binti Matheo Prameswari dengan mas kawin tersebut Tunai!"

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah ...."

Terdengar suara gemuruh, untuk kedua kalinya diluar kamarku, yang menyatakan keberhasilan Kak Sean mengucapkan ijab kabul hari ini.

Ya. Hari ini, adalah hari pernikahan Kak Audy dan Kak Sean, juga pernikahanku dengan pria yang sama.

Lalu, tadi itu adalah suara gemuruh para saksi, yang secara serentak menyatakan kalo sekarang aku dan Kak Audy sudah sah menjadi istri Kak Sean.

Miris, ya?

Setelah Kak Sean mengucapkan ijab qobul untuk Kak Audy. Tak berselang lama setelahnya, Kak Sean pun melakukan ijab qobul atas namaku.

Entah bagaimana pandangan orang sekitar tentang pernikahan kami ini?

Aku sudah tidak bisa membayangkan apapun lagi saat ini. Perasaanku terlalu kacau memikirkan semuanya.

Seharusnya hari ini aku merasa senang karena bisa menunaikan salah satu perintah Agama. Tetapi sungguh, aku juga tak pernah membayangkan, akan jadi istri kedua seperti ini.

Apalagi, aku harus jadi orang ketiga di antara orang-orang yang sudah kuanggap kakakku sendiri.

Ini konyol sekali!

Tok ... tok ... tok ....

Terdengar sebuah ketukan di pintu kamarku. Lalu tak lama kemudian, pintu itupun di buka dan memperlihatkan seorang wanita paruh baya, yang tersenyum menatapku.

Dia adalah Tante Sulis. Ibunya Kak Sean. Aka ibu mertuaku sekarang.

"Ayo, Sayang. Suami kamu sudah menunggu," ajaknya dengan lembut, seraya mengusap bahuku dengan pelan.

"Tante, aku--"

"Ssttt ... jangan panggil Tante lagi, dong. Panggil Mama. Kan, sekarang kamu udah jadi menantu Mama," selanya lembut.

Namun aku hanya bisa menunduk bingung menanggapinya.

Jujur saja, aku belum bisa menerima pernikahan ini sebenarnya. Karena ... memang bukan seperti ini pernikahan yang kuinginkan.

Aku memang mengenal keluarga Kak Sean dari kecil. Kami bertetangga, dan Tante Sulis sudah ku anggap seperti ibuku sendiri dari dulu. Apalagi, aku kehilangan Ibu kandungku sejak sekolah dasar. Karena itulah, sosok Tante Sulis sudah melengkapi hidupku selama ini.

Walaupun begitu. Tetap saja, aku tak pernah bermimpi akan menjadi menantunya seperti ini.

Bukan tak mau. Hanya saja ... apa, ya? Aku cuma masih merasa canggung dengan keadaan ini. Karena memang tidak pernah bermimpi akan menikahi anaknya.

Sudah kubilang, kan? Kak Sean itu sudah ku anggap seperti Kakakku sendiri. Namun kini, saat aku malah di haruskan menikah dengannya. Aku jadi seperti ... Aneh aja gitu rasanya.

Aku merasa seperti menikahi Kakak sendiri.

Kalian ngerti kan, perasaanku?

"Sayang, Mama tau ini berat buat kamu. Mama bisa mengerti perasaanmu itu. Tapi, Mama juga tidak bisa apa-apa. Karena permintaan Papimu memang di luar dugaan kami." Mama Sulis menatap aku dengan lekat.

"Entah apa yang di pikirkan Papimu waktu itu. Tidak ada yang tahu selain dirinya sendiri. Tapi, percayalah. Apapun yang dia inginkan. Itu semata-mata hanya untuk kebaikanmu."

Nomor Dua (Judul Lama 'Istri Nomor Dua')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang