Bab 29

3.2K 265 31
                                    

*Happy Reading*

Gara-gara nama Abdilla yang tercetus tadi, aku pun sukses tak bisa tidur malam ini.

Karena apa?

Tentu saja karena aku penasaran tentang pemilik nama itu sebenarnya. Apa seperti dugaanku? Atau bukan? Pokoknya, hal itu benar-benar menggangguku sekali.

Bukan apa-apa. Masalahnya, Mama Sulis juga punya nama belakang yang sama, dan aku benar-benar khawatir pada nenek dari bayiku itu.

Terlepas dari kelakuan anaknya yang sudah membuatku hancur sedemikian rupa. Mama Sulis tetaplah orang baik, yang sudah ku anggap seperti ibuku sendiri.

Tentu saja, aku tak ingin sampai terjadi sesuatu pada Mama Sulis.

Akan tetapi, bagaimana caraku mengetahui info tersebut.

Atau ... apa aku telpon Mama Sulis aja? Pura-pura tanya kabar atau apa gitu, gak papa, kan? Tapi .... Gimana kalau ternyata yang di operasi itu adalah Mama Sulis?

Bisa-bisa malah Kak Sean yang mengangkat telponku, dan ....

Ah, tidak, tidak! Aku tidak mau bicara dengan pria galak itu!

Aku belum sanggup menghadapi mulut kejamnya kembali, dan beresiko hancur lagi untuk kesekian kalinya. Makanya ... lebih baik tidak usah telpon saja.

Lalu, aku harus bagaimana, dong? Aku benar-benar penasaran dengan kondisi Mama Sulis.

Atau ... uhm ... aku suruh orang saja untuk menyelidiki kabar terbaru keluarga itu. Gimana?

Ya, begitu saja. Aku rasa itu lebih baik. Dengan begitu aku gak harus ketemu mereka, kan?

Tetapi ... bayarnya nanti pake apa? Aku kan benar-benar sedang pailit sekarang, dan tidak boleh sembarangan menghamburkan uang.

Menyuruh orang mencari info tentang mereka, pastinya harus mengeluarkan uang extra, kan? Sementara itu, Aku masih harus berhemat untuk menutupi hutang perusahaan. Tapi ....

Aarrggghhh ... aku harus bagaimana sekarang?!

Aku benar-benar penasaran, tapi juga tak bisa berbuat apapun. Bertanya pada Dokter Ken pun, pasti tidak akan dijawab. Karena setiap Dokter punya larangan khusus menyebar luaskan info tentang pasien pada khalayak publik.

Lalu, harus bagaimana agar rasa penasaran ini terobati?

Haaaahhh ....

Tak ayal, aku pun jadi kesal sendiri memikirkan semuanya. Karena benar-benar tak punya solusi sama sekali untuk rasa penasaranku ini.

Huffttt .... menyebalkan!

Sekali lagi aku pun mendesah berat, sebelum menerawang memandangi langit-langit Ruangan, yang tentu saja tetap tak akan bisa membantuku menjawab apapun.

Bodo, ah! Pikirin nanti aja. Aku butuh istirahat sekarang.

Iya, aku harus segera tidur. Karena ini sudah sangat larut, dan begadang bukan hal baik yang boleh dilakukan ibu hamil.

Kasihan anakku di dalam perut, pasti juga akan ikut gelisah jika aku tak bisa tenang.

Jadi, mending tidur aja!

Akhirnya, aku pun menyerah, dan berusaha untuk tidur dengan mengabaikan rasa penasaran ini

Meski sebenarnya sulit, namun aku harus bisa. Demi kesehatan bayiku.

Untungnya meski memerlukan waktu yang cukup lama, akhirnya aku pun berhasil. Entah di jam berapa, mataku pun mulai merasakan kantuk dan bersiap menyambut mimpi yang akan segera memelukku.

Ceklek!

Sayangnya, suara pintu terbuka mengambil usaha kerasku itu seketika, dan langsung membuat aku terjaga dengan waspada.

Terlebih ini juga sudah terlalu larut untuk seseorang berkunjung. Tentu saja, aku pun auto parno sendiri, dan melirik cepat menyambut siapa gerangan yang datang tengah malam seperti ini.

"Lho, kok belum tidur?"

Itu Dokter Ken!

Diam-diam aku menghela napas lega, karena ternyata yang datang adalah orang yang cukup aku kenal beberapa hari ini.

"Kenapa? Ada yang bikin kamu gak nyaman?" tanyanya kemudian dengan perhatian.

"Eh, enggak, kok. Cuma ... belum ngantuk aja," jawabku setengah bohong. Karena, aku gak mungkin menceritakan yang sebenarnya, kan?

Ken pun terlihat menghela napas pelan, sebelum mengambil duduk di pinggiran tempat tidurku.

"Jangan dibiasain. Gak bagus buat anak kamu," tegurnya kemudian.

Aku hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Karena aku juga tahu kok akan hal itu. Hanya saja ... memang sedang ada yang mengganggu pikiranku saja saat ini. Hingga aku jadi begadang seperti ini.

"Uhm ... Dokter sendiri? Kenapa ke sini? Dokter gak pulang?"

Sebenarnya, aku selalu merasa canggung jika berinteraksi dengan anak-anak Dokter Karina ini. Entah Kairo atau Kennet. Dua-dua memang bikin aku sungkan jika harus berbicara berdua seperti ini.

Mungkin karena kami tak terlalu akrab sebelumnya. Jadi ya ... wajar kan, kalau aku agak canggung begini?

Namun, terus berdiam diri juga gak bagus, kan? Karena mereka adalah penolongku saat ini, dan rasanya terlalu sombong saja jika aku menghindari mereka.

"Saya lembur."

Lembur lagi? Perasaan sejak aku di sini, Ken sering lembur. Itu hobbynya, atau gimana, sih? Kok, aku mulai ngerasa aneh, ya?

Lagipula ... bukannya dia pemilik Rumah sakit ini, ya? Kok, masih lembur, sih?

"Kenapa? Kamu heran kenapa saya lembur terus?"

Eh, Kok dia tahu apa yang aku pikirkan? Dia cenayang, ya?

Lalu, tiba-tiba Ken pun terkekeh, sambil mengetuk pelan dahiku dengan jarinya.

"Gak usah dipikirin serius gitu. Santai dikit kenapa sih, neng? Nanti cepet tua, loh!" seloroh Ken kemudian.

Tanpa sadar aku pun mendengkus kesal menanggapi ulahnya, dan mengerucutkan bibir.

"Dokter nih kerjaannya becanda terus, serius dikit bisa gak?"

Aku tidak bermaksud mengomelinya, hanya saja, entah kenapa mulutku ini tak bisa aku rem sedikitpun, dan begitu saja mengeluarkan omelanku itu.

Kukira, Ken akan marah atau gimana gitu, menanggapiku. Tapi, lagi-lagi dia pun tersenyum, dan memandangku lekat sekali.

"Yakin kamu nyuruh saya serius?" tanyanya kemudian, dengan alis terangkat satu.

Kenapa dia nanya gitu, sih? Emang salah ya, kalau aku minta dia serius dikit?

Soalnya aku ini bukan Aika yang bisa mambalas banyolannya, jadi ... wajarkan kalau aku memilih bahasan serius.

Masalahnya di mana?

"Yakin." Aku memberikan jawaban pasti padanya.

"Okeh! Mulai hari ini saya bakal serius naklukin hati kamu!"

Eh? Maksudnya?

================================
Rara ketemu playboy, gaes!
Gimana menurut kalian? Apa kita jadiin aja sama si Ken?
Mayan kan buat ngalahin Sean.

Harus kalian tahu, Ken ini anak sultan lho. Tuh, buktinya punya rumah sakit sendiri.

Jadi ... gimana gaes?

Yuk, kasih masukan di kolom komentar. Jangan lupa like sama sharenya juga ya ....

See u next part kesayangan💋💋💋
Publish
01 Juni 2021

Nomor Dua (Judul Lama 'Istri Nomor Dua')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang