*Happy Reading*
Sepertinya, aku tak sadarkan diri setelah jatuh di trotoar siang itu. Apalagi saat merasa cengkraman menyakitkan dari bawah perutku. Rasanya, aku tak kuat menerima rasa sakit itu, hingga akhirnya menyerah pada kegelapan yang menyambut.
Pokoknya aku tak ingat apa-apalagi setelahnya. Yang ku ingat hanya tubuh yang ringan, dalam kegelapan yang menyelimutiku.
Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Yang jelas, saat kesadaranku kembali. Aku sudah berada di sebuah ruangan serba putih, yang beraroma antiseptic.
Rumah sakit. Ya, aku yakin jika sekarang aku ada di Rumah sakit.
Siapapun orang baik yang membawaku ke sini, aku sangat berterima kasib sekali. Karena itu berarti aku dan bayiku pasti sudah dapat pertolongan medis untu--
Ah, iya. Bayiku!
Menyadari hal penting itu, aku pun segera melirik dan mengusap perutku.
Alhamdulilah ... perutku masih sebuncit yang aku ingat terakhir kali. Itu berarti, bayiku masih ada, kan?
Huft ... Terima kasih Tuhan ....
"Eh, si Mbak nya udah bangun!"
Baru saja membuka mata setelah mengucap syukur dan menghela napas lega.
Tiba-tiba pintu ruangan ini terbuka, dan langsung menampilkan seorang wanita muda yang ....
Eh, itu kan wanita yang waktu itu.
Apa dia yang sudah membawaku kesini?
"Mbak? Mbak beneran udah bangun, kan? Alhamdulilah Ya Allah! Aika udah takut aja Mbak gak mau bangun lagi. Aika deg-degan tahu!" celotehnya heboh. Sambil menghampiri ranjangku dengan cepat.
Ya ampun, gadis ini rame sekali.
"Eh, iya. Aika sampai lupa. Kata Mas Bos kalau Mbak bangun 'kan, Aika suruh panggil Dokter. Kalau gitu bentar ya, Mbak. Aika cari Dokter dulu," pamitnya kemudian. Masih dengan kehebohan yang sama.
Tak ayal, aku pun hanya bisa terdiam bingung, melihat tingkah rame wanita muda itu yang ... antara ramah dan sok akrab.
Lalu, wanita itu pun segera berlalu pergi lagi dengan cepat, sambil berseru lantang sekali.
"Mas Bos!! Si Mbak hamilnya udah bangun!!!"
Astaga! Wanita ini benar-benar energic sekali.
Tetapi, satu yang sebenarnya ingin aku sampaikan padanya dari tadi. Itu ... uhm ... ngapain dia nyari Dokter sampai keluar? Kan, bisa panggil lewat alarm emergency.
"Aika, jangan teriak-teriak. Ini Rumah sakit!"
Tak lama setelah wanita itu memangil seseorang. Entah siapa? Sebuah suara berat pun langsung menyambutnya.
"Hehehe ... eh iya, Aika lupa Mas Boss. Maaf."
Meski mereka bicara di balik pintu. Sepertinya aku bisa membayangkan wanita itu sedang tersenyum konyol pada pria yang menegurnya itu.
"Ck, kamu ini lupa terus. Kapan ingetnya?"
"Ih, Mas Boss mah sukanya nyindir Aika mulu. Dasar suami durhaka!"
Oh, dia ternyata sedang bicara dengan suaminya toh.
"Kamu lebih durhaka ngatain suami terus!"
"Ish! Siapa juga yang ngatain. Itu pakta Mas Boss!"
"Fakta, Aika. Bukan pakta. Pake 'F'."
"Suka-suka Aika lah. Mulut-mulut Aika ini. Wlee ..."
Suami istri itu pun malah berdebat gak jelas, membuat aku tanpa sadar tersenyum mendengar keseruan debat mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/182488346-288-k63678.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nomor Dua (Judul Lama 'Istri Nomor Dua')
RomanceLink ebook ada di bio. Pemesanan cetak atau pdf bisa japri author. **** Menikah muda bukanlah impianku. Apalagi harus menjadi istri kedua. Ini mimpi buruk! Namun demi sebuah bakti, aku pun harus rela menerima takdir, dan menjadi orang ketiga di rum...